Thursday, January 18, 2018

Meski Diragukan Ibu, Aku Hadiri Pernikahan Mantan


Beberapa waktu terakhir ini perasaan sering banget deh melihat berita orang yang menghadiri pesta pernikahan mantannya, trus bikin drama yang akhirnya viral di dunia maya. Ada yang nangis histeris, ada yang tiba-tiba meluk mantan yang lagi bersanding trus mewek, ada yang nyumbang nyanyi lagu-lagu kenangan, bahkan ada juga yang pingsan. 

Ondeh mandeeeh, kalo emang belum bisa move on, ngapain juga datang ke pernikahan mantan ?

Ah, elu mah cuman komen doang, coba aja alamin sendiri, bisa-bisa lo bunuh diri di sono.

Eits ... jangan suudzon dulu, ya. Aku pernah menghadiri pesta pernikahan mantan. Pria ini sudah 10 tahun aku pacari, kami pun sempat tunangan, trus putus, dan 3 bulan setelahnya dia nikah. 

Tragis ?
Banget.

Trus kenapa mau datang ke pestanya ?
Begini ceritanya, pada zaman dahuluuuuu ...


‘Love at the first sight’ = Failed

Seperti yang aku singgung di atas, aku dan dia pacaran sejak SMU. Kalau ada orang yang bilang love at the first sight itu hanya ada di cerita dongeng, aku udah buktikan sendiri. Kami bener-bener saling jatuh cinta sejak pandangan pertama. 

Kemudian dia pindah ke luar kota, dan komunikasi kami pun berlanjut lewat berita dari orang ke orang. Sesekali dia datang ke kotaku ketika Idul Fitri atau musim liburan tiba. Meski terpisah jarak dan waktu masing-masing kami tidak ada yang melontarkan kata-kata putus. Begitulah hingga tanpa terasa 10 tahun pun berlalu . Kami pun bukan remaja lagi, dan aku pun merantau ke kota lain.

Suatu waktu takdir kembali mempertemukan kami. Aku dan dia berada di kota yang sama, dan hubungan kami yang selama ini menggantung di udara kembali terajut indah.

Merasa yakin dengan perasaan yang ada, dia pun melamar, dan pastinya juga aku sambut dengan senang hati. Kami sangat yakin, cinta kami adalah takdir dari yang kuasa.

Persiapan pernikahan mulai dilakukan. Perkenalan keluarga, penentuan hari H, hingga perencanaan pesta. Bahkan kami juga sudah membeli kebutuhan rumah tangga bersama, lho.

Tapi, manusia memang hanya bisa merencanakan, tetapi keputusan tetap di tangan Allah. Tanpa alasan yang begitu jelas (yang hingga hari ini sebenarnya aku masih  belum tahu jawabannya), dia berubah 180 derajat. Menghindar saat ditemui, tidak mengangkat telepon, dan juga tidak membalas SMS. 

Singkat cerita, hubungan kami pun kandas, dengan menyisakan luka yang teramat dalam di hatiku. Mungkin ada sekitar sebulan yang aku lalui dengan air mata. Sampai-sampai mataku sulit untuk melihat karena sembab oleh air mata. 

Satu kalimat yang selalu aku bisikkan dalam hati saat itu, “aku yakin, Allah pasti tengah mempersiapkan seseorang yang jauh lebih baik untuk menjadi suamiku.”

Berbekal keyakinan itulah, aku bisa melewati masa-masa sulit itu. 

Hingga suatu siang, ketika jam istirahat di tempat kerja, handphoneku berdering, sepintas aku sudah tau yang menelpon adalah ayah si mantan. Luka yang hampir kering itu terbuka kembali.

Tapi, aku tetap terima panggilan itu. *dodol banget gak sih ?*

Suara diseberang terdengar sangat berat, dengan suara serak lelaki paruh baya itu meminta maaf dengan tulus, sekaligus memberitahukan bahwa anaknya yang merupakan mantanku akan menikah. “Papa tidak mau menyakitimu lebih jauh, tapi jika kamu bisa datang ke pesta nanti, papa akan sangat bahagia. Kamu harus selalu ingat, bagi papa dan mama kamu bukan lagi orang lain, kamu adalah anak kami. Kapan pun kamu mau datang, pintu rumah kami selalu terbuka untuk kamu.” Kata-kata beliau masih terngiang jelas hingga saat ini.

Dan semua kalimat panjang itu, aku jawab singkat, “Insya Allah. Aku datang, Pa.”


Meski Diragukan Ibu, Aku Hadiri Pernikahan Mantan

Ibuku sangat khawatir ketika mendengar aku akan menghadiri pesta si mantan. Karena dia adalah saksi mata yang menyaksikan langsung perjuangan aku untuk bisa move on saat baru putus beberapa waktu lalu. Sebagai ibu dia khawatir kalau-kalau kehadiranku nanti akan merusak suasana pesta, yang akhirnya jadi gunjingan orang banyak.

Tapi, tekadku sudah bulat.

Ada dua alasan kuat yang membuatku sangat ingin hadir di pernikahan mantan itu.
1.       Aku ingin memperlihatkan bahwa aku baik-baik saja, dan tetap bisa tersenyum bahagia, walau tanpa dia di sampingku.
2.       Aku ingin memperlihatkan bahwa aku adalah wanita yang terdidik dengan baik, dengan menghargai undangan langsung yang disampaikan ayahnya via telepon.

Hari H pun datang, ditemani salah seorang rekan kerja (cowok, dan ganteng pastinya, hehehe) aku datang ke pestanya dengan dandanan terbaik. Ya, iyalah, masa iya tampil dekil, ntar dikira depresi karena makan hati lagi sama orang-orang. Hahaha.

Sesampainya di parkiran, ternyata pihak dari keluarganya yang mengenaliku langsung lari ke dalam. Dan gak lama kemudian orang tua, kakak dan keluarga terdekatnya yang lain pun berlarian keluar. Ibu dan ayahnya langsung memelukku-cukup lama-dengan erat. Bahkan salah satu tante si mantan memelukku dengan sangat kuat sambil berbisik, “kami sebenarnya gak mau dia yang jadi menantu, kami maunya kamu, tapi gimanalah.” Aku melepas pelukan tante itu, dan melihat matanya yang basah. Terharu sekaligus bangga juga sih saat itu. Dalam hati aku membatin, menantu idaman rupanya. Hahaha.

Sampai di dalam, aku bener-bener diladeni dengan maksimal, makananku diambilkan, minumanku dituangkan. Kadang jadi mikir juga, kalo aku yang jadi mantu dapat layanan kayak gini juga gak, ya ? Wkwkwkwk.

Momen yang menentukan itu tiba. Bersalaman dengan kedua mempelai. Rasanya seperti menunggu pengumuman lomba blog deh, deg-degaaaan. Sempat juga sih merasa was-was, tapi aku langsung berdoa, meminta diberi kekuatan, biar ga malu-maluin. Jatuh dong harga diri eikeh kalo sampe nangis bombay, hahaha.

Alhamdulillah, Allah mengabulkan doaku, proses salam-salamannya pun berjalan lancar. 

Aku berjalan menuju parkiran dengan perasaan lega. Plong ! Berasa musim semi seolah-olah hadir di depan mata. Seakan sukses menjalani terapi, rasanya kepercayaan diriku semakin kuat setelah meninggalkan pesta itu. 


Tips Menghadiri Pesta Pernikahan Mantan

Menghadiri pernikahan mantan bagi sebagian orang memang buang-buang energi. Buat apa, sih ? Gak ada manfaatnya. Hati sakit, uang pun habis buat kado. Rugiiiii !

Well ... memang ga salah, kok, kalo banyak orang berpendapat begitu.

Kalo kamu menghadiri pernikahan mantan dengan perasaan yang belum bisa move on, bisa dijamin, disana kamu cuma bakan jadi tontonan, gais. Trus kiri-kanan bakal bisik-bisik, bikin kamu makin tensi.

Tapi, jika kamu udah bisa move on, seperti yang pernah aku alami, menghadiri pernikahan mantan sebenarnya bisa banget jadi terapi jiwa, lho.

Nah, gimana caranya agar menghadiri pernikahan mantan menjadi terapi jiwa ?
1.       Pastikan dulu kamu sudah move on. Sudah bisa menerima keadaan dan ketentuan Allah, bahwa dia memang bukan jodoh kamu. Yakinkah di hati, Allah sedang mempersiapkan seseorang yang jauh lebih baik untuk menjadi pendamping kamu.
2.       Kalo sudah move on, pastikan dulu kamu di undang atau tidak ? Jangan pernah menghadiri pernikahan mantan tanpa di undang. Jaga harga diri, dong.
3.       Kalo udah pasti menerima undangan, jangan pergi sendiri. Dengan pedenya pergi sendiri, tau-tau liat mantan bersanding, malah pingsan. Bikin malu, ah. Makanya bawa teman, ya, kalo bisa lawan jenis yang wajahnya enak dilihat, mobilnya bagus yang si mantan gak kenal. Ini bisa menumbuhkan rasa percaya diri, lho.
4.       Kalo rasa-rasanya ga kuat menyalami mantan, tidak usah disalami. Ntar kamu jadi syuting film di sono, tiba-tiba meluk mantan, terus nangis sesegukan. Jadi lewatin aja proses salam-salamannya, siap makan langsung pulang aja, ya.
5.       Kalo yakin merasa kuat untuk menyalami mantan dan pasangannya, salamilah mereka dengan iringan doa. Doanya, “Ya Allah, berkahi pernikahan mereka, dan berilah hamba pendamping hidup yang terbaik menurutMU. Aamiin”. Lhooo, kok, malah mendoakan mereka ? Ingat ya, gais. Mendoakan sesama mukmin tanpa di ketahui oleh orangnya itu berpahala, lho. Dan Allah menjanjikan apa yang kamu doakan untuk orang itu, juga diberikan untuk kamu. Jadi percaya, deh. Gak rugi, kok.

Doain aja mantan bahagia, biar lu lega, kata Seo Da Yeong

Oke, ya, gais.
Itu sedikit (((SEDIKIT tapi lebih 1000 KATA))) cerita dari aku. Ambil yang baik-baiknya ya, yang rasanya ga bermanfaat lupain aja, pilih aja postingan yang lain. Kategorinya banyak, lhooo. *tetep modus*

Eh, ngomong-ngomong, kalo kamu berani gak hadir di pernikahan mantan ?

No comments:

Post a Comment


Terimakasih telah berkunjung ^.^
Tinggalkan komentar ya, biar kita saling kenal.

Note : Mohon maaf, komentar anonim dan link hidup saya anggap spam, ya.