Tuesday, September 30, 2014

Ambang Batas Maksimal

September 30, 2014 0 Comments
Hidup yang bermakna sejatinya memiliki target-target yang harus dicapai. Tanpa itu semua kehidupan yang dijalani akan terasa hambar. Karena tanpa ada target tertentu yang ingin dicapai maka akan sulit menilai kadar kesuksesan yang diraih. Bagaimana kita bisa menilai diri kita sukses atau berhasil jika kita tidak memiliki patokan target kesuksesan tersebut.

Misalkan saja pada diri seorang pemuda lajang, dia akan dikategorikan sukses jika telah menikah. Tentu saja sukses yang dimaksud disini adalah sukses menemukan pasangan hidupnya. Begitu juga seorang karyawan akan dikatakan sukses jika mencapai atau melebihi standar yang diberikan oleh perusahaan.

Nah dalam usaha pemenuhan target tersebut tentulah dibutuhkan langkah-langkah jitu yang ditopang oleh perencanaan dan strategi yang matang. Atau mungkin lebih tepatnya lagi adalah upaya yang maksimal. Apakah upaya yang maksimal itu ? Seperti apa bentuknya ? Dan adakah limit atau ambang batas maksimal itu ?

Sebagai seorang karyawan saya merasakan betul betapa susahnya dalam mencapai target yang diberikan perusahaan. Bahkan terkadang timbul perasaan putus asa dan nyaris membuat saya menyerah. Bila sudah begitu, saya lantas dengan mudahnya menganggap 'bos' saya sudah 'gila' karena memberi saya target yang menurut saya 'tidak masuk akal'. Namun benarkah demikian ? Apakah target 100% itu adalah 'gila' dan 'tidak masuk akal' ? Benarkah angka 1M itu 'gila' dan 'tidak masuk akal' ? jika semua target itu harus dicapai dalam satu hari, itu baru pas disebut gila. Tetapi untuk mencapai itu semua, kita diberikan waktu selama 30 hari dalam sebulan. Jadi ada tempo waktu untuk kita berfikir, menyusun rencana dan menerapkan strategi-strategi yang jitu guna mencapai target tersebut. Sekarang yang menjadi persoalannya adalah seberapa besar usaha kita dalam berfikir dan menyusun rencana itu. Seberapa kuat strategi yang kita punya untuk mencapai target tersebut. Bukankah untuk memperoleh sesuatu yang berharga itu dibutuhkan pengorbanan ? Lantas seberapa besar pengorbanan yang telah kita berikan ?

Pernah suatu waktu, saya berbincang-bincang dengan rekan kerja tentang produktifitas yang telah dicapainya. Saat itu saya sampaikan kepada dia bahwa performa dia menurun dibandingkan bulan lalu. Ketika bulan lalu pada tanggal sekarang telah mencapai angka 75% dari targetnya, sementara pada bulan ini dia baru mencapai 60%. Jadi ada 15% yang hilang pada bulan ini. Ketika saya tanya mengapa bisa begitu ? Apa yang salah pada bulan ini ? Bukankah pangsa pasar yang digarap adalah sama ? Bukankah wilayah juga sama ? Lalu dimana kurangnya  sehingga bisa berbeda jauh begitu ? Kemudian dia menjawab, karena sekarang musim hujan, makanya aktifitas jadi terganggu. Dengan mudahnya dia menjadikan faktor alam sebagai alasan atas kegagalannya.

Dalam mencari kambing hitam atas sebuah kegagalan, faktor alam memang selalu menjadi yang nomor satu dikemukakan. Namun jika kita berfikir lebih bijak, seharusnya faktor alam seperti itu bukanlah menjadi alasan atas kegagalan kita. Seharusnya yang menjadi alasan adalah kesiapan kita dalam menghadapi alam tersebut. Misalnya masalah hujan tadi, mengapa kita tidak mengenakan mantel hujan ? Bukankah teknologi sudah sedemikian maju menciptakan beraneka ragam bentuk mantel hujan sehingga orang-orang tetap bisa beraktiftas meskipun hari hujan. Jadi kembali lagi itu hanyalah sebuah bentuk alasan semata.

Nah.. dari semua itu diatas, berhasil atau tidaknya kita dalam mencapai target yang diberikan adalah tergantung kita sendiri. Kitalah yang menentukan ambang batas maksimal usaha yang kita lakukan. Jika dengan sekedar 'telah melakukan' dianggap sebagai upaya maksimal, maka jangan pernah mengkambing hitamkan pihak lain atas kegagalan kita. Namun jika semua kemampuan telah dikerahkan, rencana telah disusun rapi, dan action pun telah dijalankan sesuai rencana, jika hasilyang dicapai masih belum memuaskan maka kita tidak perlu berkecil hati. Tetaplah berbesar hati dengan selalu menghargai diri kita sepantasnya. Tidak perlu terpuruk dan larut dalam kekecewaan. Yang harus kita lakukan adalah tetap optimis untuk target-target berikutnya. Lakukan perencanaan ulang, temukan strategi baru dan actionkan tanpa ragu. Lakukan terus dengan penuh konsistensi, maka yakinlah sukses itu telah menunggu kita disuatu waktu.

Salam Sukses untuk Kita Semua

Saturday, September 27, 2014

5 Cara Agar Hubungan Jarak Jauh Tetap Awet dan Harmonis

September 27, 2014 0 Comments
LDRKetika dihadapkan pada permasalahan menjalin kasih dalam hubungan jarak jauh (LDR - Long Distance Relationship) tidak sedikit orang-orang berpandangan negatif. Kemajuan teknologi zaman sekarang pun tidak mampu memberi jaminan kelanggengan hubungan jarak jauh ini karena alasan perbedaan jarak selalu menjadi momok nomor satu yang menggagalkan jalinan kasih pasangan LDR ini.

Namun benarkah jarak adalah satu-satunya permasalahan terbesar dalam menjalin hubungan kasih ? Bukankah mereka yang menjalin kasih dengan tetangga sendiri juga bisa putus ?

Jadi buat kamu-kamu yang akan dan sedang menjalani hubungan jarak jauh, agar jalinan kasih tetap awet dan harmonis, tidak ada salahnya mencoba cara-cara berikut ini :

1. Kepercayaan
Ibarat membangun sebuah rumah, dibutuhkan pondasi yang kuat dan kokoh, sama halnya dengan menjalin hubungan, juga dibutuhkan kepercayaan sebagai pondasinya. Sebuah hubungan yang didasari kepercayaan, tidak akan rapuh oleh jarak dan waktu.

2. Komitmen
“Jangan pernah berjanji, jika tidak dapat menepatinya”. Yah… Komitmen itu bukan hanya kata-kata belaka, tetapi harus diiringi dengan tindakan, siap menerima segala konsekuensi di depan mata, baik dalam keadaan terhimpit dan menyesakkan dada.

3. Komunikasi yang Intens
Komunikasi tidak dapat dielakkan dalam sebuah hubungan. Bangunlah komunikasi yang intens dengan pasangan, karena dengan demikian bisa mengobati rasa sepi dan rindu yang pasti telah membuncah didada. Beruntunglah karena kita hidup di zaman yang sudah canggih, dengan adanya sarana komunikasi via telepon atau handphone seakan mempersempit jarak yang ada. Buatlah pembicaraan tidak hanya sekedar sapaan, ciptakan suasana segar dengan berbagi joke dan hal-hal menarik yang terjadi dan usahakan terjadi komunikasi dua arah.

4.Ketetapan hati atau Kesetiaan

Kesetiaan adalah kunci untuk sebuah hubungan bisa bertahan. Tidak peduli itu hubungan jarak jauh atau bukan, masalah kesetiaan ini tetap yang paling krusial. Namun untuk hubungan jarak jauh, masalah kesetiaan ini memang sedikit lebih mendapatkan perhatian karena dengan kurangnya kebersamaan dengan pasangan telah menimbulkan rasa sepi dan kosong di hati pasangan LDR. Maka jika tidak memiliki ketetapan hati yang kuat kehadiran pihak ketiga memang sangat mudah mempengaruhi keutuhan hubungan jarak kauh. Tidak jarang karena masalah ini memicu pertengkaran - dan perang dingin - yang akhirnya berbuntut pada perpisahan.

5.Kurangi khawatir berlebihan
Khawatir adalah akar dari rasa cemburu yang memang perlu dijaga namun tetap dalam porsinya. Rasa khawatir dan cemburu yang berlebih justru bisa membahayakan hubungan jarak jauh. Hal ini terjadi karena jika salah satu pihak memiliki rasa khawatir dan cemburu yang berlebihan akan membuat pihak yang lain merasa terkekang dan merasa tidak dipercayai. Maka kembali ke poin awal tadi yaitu Kepercayaan. Selalu berpikir positif adalah salah satu kunci sukses menjaga hubungan jarak jauh. Jangan menjadi pribadi yang over protective, over sensitive dan over reacting. Biarkan dia bergaul dengan teman-temannya dan jangan membiarkan rasa curiga berlebihan merasuki diri kamu. Seperti kata pepatah “Semakin dikejar, semakin menjauh”.

Nah.. bagaimana ? Cukup simple bukan ?

Jadi pada dasarnya jarak bukanlah masalahnya, tapi bagaimana cara menjalaninya itulah yang penting.

Mengenali Bakat Anak Sejak Dini

September 27, 2014 0 Comments
Beberapa pengertian bakat:



  • Bakat merupakan potensi yang dimiliki oleh seseorang sebagai bawaan sejak lahir

  • Bakat adalah suatu bentuk kemampuan khusus, yang memungkinkan seseorang memperoleh keuntungan dari hasil pelatihannya sampai satu tingkat lebih tinggi

  • Bakat merupakan potensi dan bukan sesuatu yang sudah benar-benar nyata dengan jelas. Bakat lebih sebagai kemungkinan yang masih harus diwujudkan

  • Bakat merupakan suatu karakteristik unik individu yang membuatnya mampu melakukan suatu aktivitas dan tugas secara mudah dan sukses

A. CARA MENGENAL BAKAT



  • Melalui pengalaman: Ketika mencoba hal tertentu, ternyata mengalami banyak kemajuan.

  • Mengikuti test bakat, yang sekarang tersedia beberapa test kemampuan / kecerdasan.

  • Memadukan antara pengalaman dan test bakat, kadang hasilnya lebih meyakinkan.

B. KECERDASAN SEBAGAI BAKAT

Ruang lingkup kecerdasan

Kecerdasan dapat dilihat sebagai bakat yang memungkinkan seseorang menguasai kemampuan tertentu atas aneka macam ketrampilan. Kecerdasan sebenarnya merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu. Sesungguhnya, Anda jauh lebih cerdas dari yang Anda sadari. Setiap manusia normal dapat mengembangkan ketujuh jenis kemampuan kecerdasan sampai kepada tingkat penguasaan tertentu

7 Jenis kecerdasan

Ada tujuh jenis kecerdasan, antara lain:
1. Kecerdasan Linguistik: Kecerdasan dalam mengolah kata
Ciri anak dengan kecerdasan ini:
Mampu beragumentasi; meyakinkan orang; menghibur; mengajar dengan efektif lewat kata-kata; senang dengan bunyi bahasa dan teka-teki kata, mempermainkan kata dan tongue twister (pembelit lidah); mahir dalam hal-hal kecil dan mampu mengingat berbagai fakta; gemar sekali membaca; dapat menulis dengan jelas; dapat mengartikan bahasa tulisan secara luas.
Kecerdasan ini harus di miliki:
Jurnalis, juru cerita, penyair, dan pengacara. Bisa jadi mereka adalah ahli sastra. (Shakespeare, Homeros, dsb.).

2. Kecerdasan Logis-Matematis: Kecerdasan dalam hal angka dan logika
Cirinya:
Kemampuan dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numerik, pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional.
Profesi:
Ini merupakan kecerdasan para ilmuwan, akuntan, dan pemprogram komputer. (Newton, Einstein, dsb.)

3. Kecerdasan Spasial: Kecerdasan berpikir dalam gambar, mencerap, mengubah, dan menciptakan kembali berbagai aspek dunia visual spasial.
Cirinya:
Mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas, serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi.
Profesi:
Para arsitek, fotografer, artis, pilot, dan insinyur mesin. (Thomas Edison, Pablo Picasso, Ansel Adams, dsb.).

4. Kecerdasan Musikal: Kecerdasan dan kemampuan untuk menyerap, menghargai, dan menciptakan irama dan melodi.
Ciri anak ini:
Memiliki kepekaan terhadap nada, dapat menyanyikan lagu dengan tepat, dapat mengikuti irama musik, dapat mendengarkan (menikmati) berbagai karya musik dengan tingkat ketajaman tertentu.
Profesi yang sesuai:
Ini merupakan kecerdasan para komponis, pemain musik, penyanyi, pemimpin orkestra atau berbagai group musik. (Bach, Beethoven, dsb.).

5. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani: Merupakan kecerdasan fisik.
Cirinya:
Bakat dalam mengendalikan gerak tubuh, dan keterampilan dalam menangani benda; cekatan; indra perabanya sangat peka; tidak bisa tinggal diam, dan berminat atas segala sesuatu.
Profesi:
Memiliki keterampilan dalam menjahit, bertukang, merakit model. Dapat menikmati kegiatan fisik seperti: berjalan kaki, menari, berlari, berkemah, berenang, atau kegiatan fisik lainnya.
Ini adalah keterampilan para atlet, pengrajin, montir, ahli bedah, dsb.

6. Kecerdasan Antarpribadi: Kemampuan untuk memahami dan bekerjasama dengan orang lain.
Cirinya:
Kemampuan untuk menyerap dan tanggap terhadap suasana hati, perangai, niat dan hasrat orang lain.
Mempunyai rasa belaskasihan dan tanggungjawab sosial yang tinggi; dapat melihat dunia dari sudut pandang orang lain.
Profesinya:
Ini adalah kecerdasan seorang pemimpin kegiatan sosial, pemimpin perusahaan, seorang networker, perunding dan guru yang ulung. (Mahatma Gandhi = berbelaskasih; Machiavelli = manipulatif dan licik).

7. Kecerdasan Intrapribadi: Kecerdasan dalam diri sendiri Kemampuan mengakses perasaannya sendiri, membedakan berbagai keadaan emosi, menggunakan pemahamannya sendiri untuk memperkaya dan membimbing hidupnya.
Cirinya:
Mereka sangat mawas diri dan suka bermeditasi,
berkontemplasi, atau bentuk lain penelusuran jiwa yang mendalam. Mereka sangat mandiri, fokus pada tujuan, sangat disiplin. Mereka gemar belajar sendiri, lebih suka bekerja sendiri dari pada bekerjasama dengan orang lain.
Profesi yang cocok:
Ini adalah kecerdasan para konselor, ahli teologi, wirausahawan, dsb.

C. HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI BAKAT

Pengaruh unsur genetik, khususnya yang berkaitan dengan fungsi otak bila dominan otak sebelah kiri , bakatnya sangat berhubungan dengan masalah verbal, intelektual, teratur, dan logis dan bila dominan dengan otak kanan berhubungan dengan masalah spasial, non verbal, estetik, artistik serta atletis
Karena latihan, Bakat adalah sesuatu yang sudah dimiliki secara alamiah, yang mutlak memerlukan latihan untuk membangkitkan dan mengembangkannya.
Struktur tubuh mempengaruhi bakat seseorang. Seorang yang bertubuh atletis akan memudahkannya menggeluti bidang olah raga atletik.

D. MANFAAT MENGENAL BAKAT ANAK SEJAK DINI
1. Untuk mengetahui potensi diri: Dengan mengetahui bakat yang dimiliki, kita jadi tahu potensi anak dan bisa dikembangkan.
2. Untuk merencanakan masa depan: Dengan mengetahui bakat yang dimiliki, kita bisa merencanakan mengembangkannya dengan demikian juga turut merencanakan masa depan.
3. Untuk menentukan tugas atau kegiatan: Dengan mengetahui bakat yang dimiliki, kita bisa memilih kegiatan apa yang akan kita lakukan sesuai dengan bakat yang kita miliki

E. CARA MENGEMBANGKAN BAKAT
1. Perlu keberanian : berani memulai, berani gagal, berani berkorban (perasaan, waktu, tenaga, pikiran, dsb), berani bertarung. Keberanian akan membuat kita melihat jalan keluar berhadapan dengan berbagai kendala
2. Perlu didukung latihan : bakat perlu selalu diasah, latihan adalah kunci keberhasilan
3. Perlu didukung lingkungan : lingkungan disini termasuk manusia, fasilitas, biaya, dan kondisi sosial yang turut berperan dalam usaha pengembangan bakat
4. Perlu memahami hambatan dan mengatasinya : maksudnya disini perlu mengidentifikasi dengan baik kendala-kendala yang ada, kemudian dicari jalan keluar untuk mengatasinya

Semoga bermanfaat..





Dari berbagai sumber

Thursday, September 25, 2014

Bangkit dari Kegagalan

September 25, 2014 0 Comments
ViralGen Referral Shopping

Untuk mencapai sebuah kesuksesan tidaklah mudah. Dibutuhkan kerja keras dan mental yang kuat untuk mewujudkannya. Mengapa dibutuhkan mental yang kuat ? Karena kesuksesan itu sendiri adalah sebuah hasil dari proses yang panjang yang didalamnya selalu ada kegagalan. Kalau orang-orang dulu bilang, kegagalan adalah sukses yang tertunda. Terdengar seperti sebuah kalimat yang menghibur agar mereka yang mengalami kegagalan tidak lantas menjadi putus asa.

Apapun bentuknya, yang namanya kegagalan itu rasanya pasti sakit. Namun bagi mereka yang bermental kerupuk alias pecundang, akan menjadikan kegagalannya sebagai sebuah alasan atau kambing hitam baginya untuk tidak lagi berusaha. Dia akan menghindar dan tidak mau lagi melanjutkan apa yang telah dimulainya.

Sangat berbeda dengan mereka yang memiliki mental baja yang  menganggap kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Justru kegagalan dianggapnya sebagai sebuah awal baru untuk melangkah lebih baik karena dengan adanya kegagalan dia telah mendapatkan ilmu dan pelajaran yang berharga. Dengan demikian dia bukan down atau terpuruk dalam kegagalannya, tapi justru menjadikan kegagalan tersebut sebagai satu batu loncatan untuk mencapai kesuksesan yang diimpikan.

Berdasarkan pengalaman pribadi yang saya alami, saya menerapkan poin-poin berikut ini untuk bangkit dari kegagalan.

1. Terima Kenyataan

Kebanyakan orang malu dan tidak bisa menerima kegagalan. Dia tidak mengakui bahwa dirinya telah gagal. Hal ini tidak baik, karena hanya akan memperburuk keadaan, karena dengan terus-menerus tidak mengakui kegagalan berarti sama saja dengan membohongi diri sendiri. Tidak perlu mencari kambing hitam atas kegagalan yang telah terjadi, yang perlu dilakukan adalah terima kenyataan. Dan segera instrospeksi diri untuk mencari kesalahan diri, agar kedepannya kesalahan yang sama tidak terulang kembali. Langkah selanjutnya adalah kembali menyusun rencana-rencana baru dengan terus membuka diri dengan jiwa besar untuk meneriman masukan dan kritikan dari orang lain.

2. Kembali Ke Titik Nol

Titik Nol adalah titik awal untuk kita melangkah. Pada titik ini kita dipenuhi oleh semangat yang tinggi dan ide-ide segar yang menuntut untuk segera diwujudkan. Dari pada hanya diam dan meratapi kegagalan yang telah lalu, maka lebih baik tenaga dan pikiran yang ada dikerahkan untuk mewujudkan ide-ide tersebut dengan rasa semangat dan keyakinan yang tinggi bahwa tidak ada kesuksesan yang bisa dicapai tanpa langkah awal. Sekecil apapun langkah yang dibuat adalah lebih baik dari pada duduk dan diam tanpa berbuat apa-apa.

3. Mengintip Keberhasilan

Tidak ada salahnya jika sekali-kali kita membayangkan keberhasilan dan kesuksesan yang akan kita capai jika semua ide dan rencana yang telah disusun berjalan dengan baik. Bayangkan berapa banyak orang-orang yang bisa kita mudahkan jika kita berhasil. Bayangkan senyum lebar dan air mata haru dari orang-orang terkasih yang akan bangga dengan keberhasilan kita. Simpan semua bayangan tersebut di hati dan pikiran kita, agar bisa memberikan sugesti positif untuk kita agar tidak berputus asa dalam menjalankan semua proses dan tahap menuju impian. Karena semua keberhasilan kita kelak bukanlah untuk dinikmati sendiri, namun untuk membahagiakan orang banyak.

4. Selalu bersyukur

Terkadang kegagalan yang menimpa kita membuat kita terpuruk dan merasa sebagai manusia paling malang sedunia. Kita merasa Tuhan tidak adil dan kita merasa iri dengan kesuksesan orang lain. Buanglah jauh-jauh perasaan semua itu ! Lebih baik lihat disekitar kita berapa banyak orang-orang yang hidupnya jauh lebih kurang dari kita. Namun mereka tidak menyerah berjuang untuk hidup padahal mereka tidak memiliki modal yang lebih dari pada kita. Kita memang belum sukses, tapi modal untuk sukses itu kita telah miliki yaitu pengalaman, kemampuan dan kemauan untuk kembali bangkit. Jadi dari pada menghujat Tuhan dan iri akan kesuksesan orang lain, lebih baik mensyukuri apa yang telah dan masih dimiliki saat ini.

5. Buat daftar Kesuksesan

Buat daftar kesuksesan diri sendiri, sekecil apapun itu tulislah dan jadikan acuan hidup kita. Mulailah dari yang terkecil hingga yang terbesar. Jangan merasa malu akan impian-impian yang kecil, karena impian yang besar akan sulit terwujud jika impian kita yang kecil belum terwujud. Bukankah semakin besar impian, maka usaha yang dilakukan juga semakin besar ? Jika takaran usaha yang dilakukan adalah selalu standar maka jangan pernah bermimpi kesuksesan yang besar akan datang menghampiri.

6. Terima masukan dari orang lain

Masukan dari orang lain itu datang dalam berbagai bentuk. Ada yang bentuknya negatif adapula yang positif. Untuk masukan yang bentuknya positif tidak perlu diragukan lagi, karena sebagai manusia kita memiliki kecendrungan untuk selalu terbuka untuk masukan-masukan yang bentuknya positif. Namun ada kalanya masukan dari orang lain ini bentuknya negatif seperti ejekan, sindiran dan bahkan cacian. Nah sekarang tergantung kepada kita, apakah akan berkecil hati ketika mereka mengejek apa yang kita lakukan ? atau justru membuat kita melakukan instrospeksi diri dan melakukan pengecekan ulang atas apa yang kita lakukan. Jika telah melakukan pemeriksaan menyeluruh, kita tidak menemukan hal-hal yang mereka ejekkan, just forget it ! anggap mereka iri dengan usaha kesuksesan yang tengah kita raih.

7. Alihkan kesedihan untuk melakukan kegiatan yang positif

Ketika kita mengalami kegagalan, sudah pasti kita merasakan sakit dan sedih yang mendalam. Kita menjadi murung dan tidak semangat melakukan apapun. Namun sadarkah kita bahwa semua itu sia-sia ? Apakah dengan kita bermuram durja kegagalan itu akan pergi ? Apakah dengan berdiam diri dan mengurung diri dikamar itu membuat kesuksesan itu datang ? Jawabannya adalah tidak. Yakin dan percayalah kesuksesan itu hanya untuk mereka yang terus melangkah dan memperbaiki diri. Nah dari pada pasang wajah bertekuk dan cemberut, lebih baik tersenyum dan langkahkah kaki untuk melakukan hal-hal yang positif. Misalnya bersihkan rumah, pergi piknik dengan orangtua, berkunjung ke panti jompo, dan lain-lain. Buatlah orang lain tersenyum. Semakin banyak orang yang kita bahagiakan, maka semakin cepat kita bisa bangkit dari kegagalan.

Wednesday, September 24, 2014

Warung Sadaqah

September 24, 2014 0 Comments


Pernah mendengar atau membaca tentang Suspended Coffee (Kopi yang ditangguhkan) ? Jika belum, sedikit saya ulas disini. Di sebuah kota di Italia, ada sebuah kedai kopi yang cukup terkenal. Jadi seperti kedai kopi pada umumnya, orang-orang ramai mengantri di depan bar dan juga kasir yang bersebelahan. Hingga kemudian datang dua orang pemuda memesan 5 cangkir kopi. Ketika membayar dikasir, mereka berkata "Dua cangkir kopi untuk kami, tiga ditangguhkan". Kemudian mereka membayar seharga 5 cangkir kopi dan membawa dua saja. Hal yang sama dilakukan oleh pengunjung-pengunjung berikutnya, yang juga memesan dan membayar kopi mereka namun tidak membawa semua pesanan mereka, selalu ada 1 atau lebih yang ditangguhkan. Tidak berapa lama kemudian, datanglah seorang pria yang berpakaian lusuh dan bertanya kepada barista "apakah anda memiliki kopi yang ditangguhkan ?"
Inilah sepenggal cerita yang di tulis oleh John Sweeney diakun Facebooknya, yang kemudian menginspirasi banyak orang diberbagai negara. Suspended Coffee adalah program yang menawarkan pelanggan untuk membayar beberapa cangkir kopi yang ditangguhkan atau ditunda. Kopi tersebut nantinya akan diberikan kepada mereka yang menginginkan kopi, namun tak mampu membayar.Prosesnya sederhana. Pelanggan dapat membeli kopi untuk diri sendiri, ditambah satu atau dua cangkir tambahan untuk orang yang mungkin membutuhkan. Kopi yang sudah dibayar, disimpan oleh barista, lalu ditawarkan kepada mereka yang membutuhkan. Dalam program ini, para pendonor dan penerima kopi tidak saling kenal.

Hal serupa juga terjadi di Indonesia. Tidak banyak yang tahu mungkin, namun sebenarnya di Indonesia telah ada Warung Sadaqah yang menyediakan makanan dan minuman khusus untuk fakir miskin dan kaum duafa. Bila Anda tidak punya uang untuk makan, silakan mampir ke warung tersebut. Ajak siapa saja yg butuh makan, tetapi terkendala uang. Silakan pesan menu apa saja yg Anda mau, dan tersedia di situ. Tak akan dimintai bayaran sepeserpun. Misalkan Anda punya uang seribu atau duaribu dan berniat membayar, silakan masukkan uangnya ke tempat yang disediakan.
Warung ini buka setiap hari mulai jam 06.00-09.00. Lokasinya di alun-alun Kota Pekalongan. Menu masakannya cukup beragam, ada ayam opor, nasi megono, telur bacem, telur ceplok, sampai daging rendang. Setiap hari, banyak saudara kita yang berprofesi jadi tukang becak, kuli panggul, pengemis, dan sebagainya makan di situ.

Warung ini dibuka dan dibiayai oleh seorang yang hanya ingin dikenal dengan sebutan 'Hamba Allah'. Tujuannya, untuk membantu orang yang kekurangan. Ia ingin agar rakyat kecil bisa ikut menikmati makanan murah bahkan gratis di kawasan alun2 yang merupakan tempat favoritnya semasa kecil dulu.



Semoga menginspirasi Anda untuk selalu berbagi kepada sesama yang membutuhkan.

Friday, September 19, 2014

Etika berbahasa di tempat kerja

September 19, 2014 0 Comments
Saya tuh orangnya simple. Tidak begitu suka dengan suasana yang kaku dan formal. Santai lebih asyik. Namun ada satu kejadian yang membuat saya tergelitik.

Hari itu, seperti hari-hari sebelumnya, saya beraktifitas seperti biasanya. Ditengah-tengah kesibukan kerja, agar suasana kerja tidak monoton, terkadang saya dan rekan-rekan kerja yang satu ruangan bersenda gurau satu sama lain. Jadi pernah satu waktu, ketika itu saya dideadline oleh atasan untuk menelusuri masalah yang terjadi pada salah satu anggota tim kami. Jadi agar saya mendapatkan data yang akurat tentulah saya harus menghubungi pihak-pihak terkait agar cerita dan data yang saya dapat berimbang. Jadi siang itu mereka-mereka yang terkait ini saya hubungi satu-persatu. Dari 3 pihak yang saya hubungi, 2 diantaranya telah memberikan jawaban yang menurut saya "memuaskan", karena mereka memberikan kronologis kejadian itu dengan jelas dan rinci. Yang membuat saya sedikit sensi adalah orang yang ketiga ini. Entah karena masih terbawa suasana gurauan tadi pagi, atau karena faktor lain, beliau ini memberikan jawaban yang membuat saya sangat gerah. Padahal saya sudah berkali-kali mengingatkan dia bahwa saya serius, jadi tolong jangan bercanda lagi. Saya katain begitu eh balik dia yang jutek kepada saya. Karena kesal tidak mendapat tanggapan saya lalu bilang, "ya sudahlah, kalo kamu tidak bisa memberikan informasi yang saya minta, untuk selanjutnya urusan ini saya serahkan ke HRD saja", lalu saya tutup teleponnya. Namun beberapa saat sebelum sambungan telepon saya tutup, dari seberang saya mendengar dia mengucapkan kata-kata yang sangat tidak pantas dan kotor ditelinga saya.

Compare hotel prices and find the best deal - hotelscombined.com

Wahhh.. saya betul-betul meradang kali ini dibuatnya. Langsung saja saya kirimi dia SMS "tolong ucapan anda dijaga ya, karena kalau bukan karena urusan perkerjaan saya tidak akan menghubungi anda. Dan satu lagi, saya masih atasan anda, yang berhak melakukan evaluasi atas kinerja anda !". Dia tidak membalas pesan saya lagi. Dan saya cukup bersyukur atas itu. Karena bagaimanapun saya juga tidak menginginkan konflik terbuka dengan rekan-rekan kerja saya.

Dari kejadian tersebut saya mendapat pelajaran yang cukup berarti. Bahwa ternyata perlu juga menjaga sedikit jarak antara atasan dan bawahan, agar mereka tetap respect dan menghargai atasannya. Sebagai atasan sebenarnya saya bukan tipikal orang yang gila hormat dan ingin ditakuti bawahan. Tapi sebaliknya, saya ingin menciptakan keakraban dan kenyamanan dalam berkerja sama. Namun ternyata, tidak semua orang bisa menerima perlakuan ramah kita sebagai bentuk penerimaan terhadap dia. Sebagian mereka menganggap keramahan kita sebagai bentuk sinyal bahwa kita 'murah'. Itu yang saya tidak bisa terima.

Jadi agar kenyamanan dalam berkerja bisa tercipta, masing-masing individu semestinya bisa mengontrol diri dan mengetahui manajemen waktu yang tepat. Harus bisa membedakan antara perkerjaan dan pertemanan. Mungkin diluar kantor seseorang itu adalah teman. Namun untuk urusan perkerjaan dikantor antara atasan dan bawahan itu tetap tidak sama. Harus tetap saling menjaga kesopanan dan etika dalam berbahasa satu sama lainnya.
ViralGen Referral Shopping

Thursday, September 18, 2014

Kejujuran yang Berharga

September 18, 2014 0 Comments
Adalah siang itu setelah menyelesaikan urusan di bank, saya menunggu angkot di pertigaan jalan menuju kantor. Cukup lama saya menunggu, sampai angkot yang saya tunggu-tunggu pun datang. Ketika saya naik, didalam telah ada dua orang penumpang. Satu kakek-kakek dan cucunya yang berumur sekitar 7-8 tahun. Kalau dilihat dari penampilan mereka saya meyakini mereka itu (maaf) pengemis.

Angkot berjalan pelan, karena siang-siang begini memang penumpang sepi. Orang-orang memilih berdiam diri dirumah, dari pada harus berperang dengan terik matahari yang menyengat. Untuk menghilangkan jenuh, iseng-iseng saya mengeluarkan telepon genggam dari tas saya. Dari main game, facebook-an, bbm-an dan buka-buka galeri foto anak saya lakukan. Tanpa saya sadari, kantor tujuan saya terlewat. Dan sontak saya berteriak agar supir menghentikan laju angkotnya. Setelah membayar ongkos, saya pun bergegas turun. Cukup jauh juga saya berjalan kaki menuju kantor saya yang terlewat tadi.

Jalanan yang ramai membuat saya tidak bisa segera menyebrang jalan. Ditambah lagi mobil-mobil besar seperti truk, fuso dan teman-temannya itu yang berjalan seperti balapan. Hati saya semakin ciut untuk menyebrang. Diantara suara deru kendaraan sayup-sayup saya mendengar suara anak-anak yang memanggil-manggil "KAK !" berulang kali. Saya pun menoleh mencari sumber suara itu. Dari kejauhan saya melihat anak yang tadi bersama saya di angkot berlari kearah saya. Anak tadi ? ada apa ya ? batin saya bertanya-tanya. Beberapa saat kemudian anak itu sampai dihadapan saya, dengan nafas ngos-ngosan dan keringat bercucuran di kepalanya. Aduh kasihannya anak ini, hati kecilku membatin.

"ada apa dek ?" tanyaku pelan. Karena masih ngos-ngosan anak itu tidak langsung menjawab. Hanya tangan kecilnya yang terulur ke arah saya. Saya bingung, namun saya sambut uluran tangannya itu. Dan mendapati selembar uang Rp20.000 dari tangannya.
"uang kakak yang jatuh diangkot tadi" katanya dengan nafas masih belum teratur. Hati saya terenyuh, dan kaki saya pun mendadak terasa lemas.
"Ya Tuhan, jadi kamu berlari sejauh itu untuk mengembalikan uang kakak ? Mengapa kamu tidak ambil saja ?"
Dia menggeleng, "Atuk saya marah, dia bilang itu bukan duit kita, kalau diambil sama dengan mencuri"
Tanpa saya sadari mata saya jadi berkaca-kaca terharu melihat kejujuran dari kaum papa dihadapan saya.
"sekarang atuk kamu dimana? Kenapa kamu sendirian ?"
"Atuk saya disana, dia saya suruh tunggu dekat kedai. Dia tidak sanggup lari kejar kakak tadi" jawabnya polos sambil menunjuk kearah kedai sekitar 100 meter dari saya berdiri. Saya pun bangkit berdiri, dan kemudian tanpa ragu melangkahkan kaki ketempat kakek anak itu berada.

Sesampai disana alangkah kagetnya saya, ternyata kakek itu buta. Dia tidak bisa melihat sama sekali. Namun instingnya yang begitu tajam mengenali keberadaan cucunya di yang tak jauh darinya.
"Aa.. gimana, dah kau kembalikan duit orang tadi ?" tanyanya dengan suara serak. Cucunya belum sempat menjawab, saya langsung potong mendahuluinya.
"Udah kek, terimakasih banyak. Tapi mengapa tak diambil saja kek? Anggap saja rezeki dari Allah". Dia menggeleng "itu bukan hak kita, hak orang lain. Saya tidak mau memakan hak orang lain" katanya dengan suara tegas.
Salut ! Sungguh saya salut dengan prinsip kakek ini. Meskipun dalam keadaan serba kekurangan, dia tetap memelihara sifat jujur dalam dirinya. Dan itu pun dia ajarkan kepada cucunya.

"Sebenarnya kakek sama cucu ini mau kemana ?" tanya saya pula kemudian
"Tadi dari rumah, nak ke pasar menjual sayur" jawabnya pelan. Saya langsung beristighfar dalam hati, memohon ampun karena telah salah menduga kalau kakek itu pengemis.
"Oo.. sekarang mana sayurnya kek ?"
Dia tertawa, menampakkan giginya yang tinggal beberapa "Alhamdulillah udah dibeli orang tadi, jadi dah habis" Nada riang tersirat jelas di suaranya.
"Alhamdulillah ya Kek.. O ya Kek, ini dari saya untuk kakek dan cucu. Semoga bermanfaat" ucap saya, seraya menyelipkan sejumlah uang ketangannya. Namun alangkah terkejutnya saya, karena dengan cepat dia menepis tangannya.
"Saya bukan peminta-minta nak, saya masih bisa kerja dan memenuhi kebutuhan cucu saya" jelas dia sangat tersinggung dengan pemberian saya. Saya menjadi serba salah.
"BUkan begitu kek, saya tidak bermaksud untuk menyinggung perasaan kakek. Saya cuma merasa berterimakasih dan bersyukur karena bertemu dengan kakek. Terimalah kek"
"Ndak ada yang istimewa dari saya. Kalau anak merasa berterimakasih dan bersyukur lakukanlah sama Allah, bukan sama saya" dia tetap kukuh untuk menolak pemberian saya.
"Baiklah kek, saya paham. Saya akan turuti nasehat kakek. Kalau begitu saya permisi ya kek" dan secepat kilat saya menyelipkan uang itu ke saku bajunya. Cucunya melihat perbuatan saya, namun karena saya memberi tanda dia menurut diam saja.

Hari ini saya mendapat pengalaman yang begitu berharga dalam perjalanan hidup saya. Pelajaran hidup dari orang-orang yang selama ini oleh saya tidak terperhatikan keberadaannya. MEmang tidak bisa menilai seseorang dari penampilan semata. Siapa yang menduga dari orang-orang seperti mereka, kejujuran itu nyata adanya.

Bagaimana dengan kita ??

Saturday, September 13, 2014

Menjadi Dewasa dengan Masalah

September 13, 2014 0 Comments
Bagaimana anda memandang masalah dalam hidup anda ? apakah sebagai hambatan ? atau justru sebagai tantangan ? Semua orang yang hidup pasti memiliki masalah. Beragam masalah hadir dalam kehidupan seseorang tanpa memandang usia, jabatan, agama dan golongan. Mereka yang lajang sering dihinggapi masalah pasangan. Yang mengganggur dilanda masalah keuangan. Yang sehat pun juga sekali-kali diberi masalah berupa penyakit. Jadi semua yang bernyawa memiliki masalah. Masalah yang dihadapi oleh setiap orang itu berbeda-beda tingkat kesulitannya. Ada yang ringan, berat dan rumit. Masalah yang ringan biasanya bisa diselesaikan oleh orang itu sendiri tanpa melibatkan orang lain. Namun tidak demikian halnya dengan masalah yang berat dan rumit. Dikehendaki atau tidak, untuk masalah yang jenis ini harus melibatkan orang lain guna penyelesaiannya.

Saya sendiri, saat ini telah berusia 33 tahun. Sejak usia 26 tahun saya telah berkali-kali mengalami masalah yang berat dalam hidup saya. Bahkan puncaknya, masalah tersebut nyaris membuat saya gelap mata untuk mengakhiri hidup saya sendiri, sebuah tindakan yang jika saya lakukan sudah sangat pasti mendapat kutukan dahsyat dari Sang Pencipta. Namun saya tersadar, ketika mendengar bisikan malaikat kecil di telinga saya. Ya .. panggilan dari anak tercintalah yang menggagalkan niat buruk saya. ASTAGHFIRULLAAH.. Sesaat saya tertegun, dan langsung beristighfar sebanyak-banyaknya. Saya memohon ampun pada Sang Khaliq atas semua dosa-dosa saya. Dan saya langsung bangkit dan menegaskan kembali pada diri saya "Yakinlah, semua masalah ini adalah cobaan dari Allah, yang pasti Allah Maha Tahu, bahwa saya mampu menghadapinya. Yakinlah, semua masalah ini adalah sebuah teguran kecil dari Allah atas kesombongan saya selama ini, karena DIA ingin saya lebih dekat kepadaNYA" Kata-kata tersebut diatas saya ulang-ulang setiap saat didalam hati.

Pernah juga beberapa tahun yang lalu, ketika masih lajang, saya mengalami masalah dengan mantan tunangan saya. Buat sebagian orang, masalah saya itu tidak seberapa, bahkan ada sahabat saya yang bilang begini "apaan sih Mer ? cowok kaya' gitu aja mu tangisin. Ga' pantas tuh, airmatamu itu terlalu berharga untuk mu buang-buang demi dia" (thanks to M.Danil, wherever you are). Saat itu semua saran dan nasihat dari orang-orang terdekat mental semua tak berarti. Karena saat itu saya larut dengan rasa kecewa, benci, sakit hati, marah dan sedih yang mendalam. Tapi semua itu saya lalui tidak lebih dari satu bulan ! Mengapa bisa ? Ya memang bisa, karena saya sadar sesadar-sadarnya semua perasaan kecewa dan sedih yang saya pendam untuk dia itu justru merugikan saya. Apa untungnya saya tenggelam dalam semua perasaan itu ? Toh disaat saya terpuruk, dia tengah menikmati hari-hari bahagia dengan wanita selingkuhannya itu. Jadi rugi 2x donk saya ! Tidak bisa ! Saya tidak mau terlalu banyak dirugikan lagi. Dan saya pun bangkit.

Dan hebatnya lagi (hehe .. saya merasa hebat) saya datang dengan gagahnya ke pesta pernikahan mantan tunangan saya itu. Tau apa yang terjadi di sana ? saya pingsan ? NOOOOO !!! Saya datang ke pesta itu dengan dandanan terbaik saya, dan saya disambut dengan pelukan dan tangisan dari kedua orangtuanya. Nah lho ? Iya bener banget, malah salah satu tantenya sesegukan menangis dan meminta maaf atas perlakuan ponakan mereka kepada saya. Sungguh-sungguh perasaan saya tidak bisa digambarkan saat itu. Ada perasaan menang dan unggul dari si 'pengantin' karena saya lebih diinginkan dikeluarga itu. Ada perasaan terharu karena keluarga yang begitu baik kok bisa punya anak bejat seperti itu ? Ada rasa bangga, kerena bisa memperlihatkan kepada mereka bahwa saya 'baik-baik' saja setelah ditinggalkan oleh dia. Seperti Syahrini bilang, rasanya "Sesuatu banget !"

Dan yang lebih membuat saya bersyukur adalah kejadian beberapa bulan kemudian. Ketika 'si istri' tadi datang kekantor saya, dia curhat bahwa suaminya kurang perhatian, pulang selalu larut malam, dan sering dalam keadaan mabok. Nah lhooo ??!!! Saya boleh bersyukur dong ya ? Syukur banget Allah ga jodohkan dia sama saya, kalo nggak tentulah saya yang berada dalam posisi si istri itu sekarang. Jadi agar rasa syukur saya tidak terlalu mencolok saya hibur dia dan sarankan agar dia banyak-banyak berdoa sama Allah, agar diberi kekuatan dan agar si suami segera berubah menjadi lebih baik. Kemudian lama tidak terdengar kabar mereka, karena beberapa bulan setelah mereka menikah saya juga menemukan pasangan hidup, dan kami pindah keluar kota. Ada sekitar 3 tahun kemudian, kakak mengabari saya bahwa dia bertemu dengan mantan saya itu, dan dia telah bercerai.

Jadi semenjak itu, saya merasa menjadi lebih dewasa. Ketika masalah hadir dalam hidup saya tidak lagi membuat saya murung dan terpuruk. Justru menjadi cemeti penyemangat agar saya bisa bangkit dan menjadi lebih baik. Ibarat anak sekolah, setiap ujian pertanda mereka bisa naik ke kelas berikutnya. Ibarat orang main game, sebagai tantangan untuk naik ke level berikutnya. Karena saya menanamkan dengan kuat dalam hati saya :

"Yakinlah, semua masalah adalah cobaan dari Allah, yang pasti Allah Maha Tahu, bahwa saya mampu menghadapinya. Yakinlah, semua masalah ini adalah sebuah teguran kecil dari Allah atas kesombongan saya selama ini, karena DIA ingin saya lebih dekat kepadaNYA" Selalu ada hikmah dari setiap kejadian. Selalu ada ilmu dari setiap kegagalan.

Sunday, September 7, 2014

Adil milik siapa ?

September 07, 2014 0 Comments
Ada orang yang terlahir dengan "kesempurnaan" dunia. Cantik iya, pintar iya, kaya iya. Rasanya tidak ada yang dia tidak punya.

Bahkan ketika menikah pun dia juga beruntung, dapat suami tampan iya, mapan iya, pintar iya. Jadi benar-benar lengkaplah kehidupan yang dimilikinya. Sudah bisa dipastikan anak-anak mereka pun tumbuh dan berkembang dalam keadaan serba berkecukupan.

Masa depan cerah pun sudah menanti mereka.

Disisi lain ada orang yang terlahir dengan kondisi Cantik, pintar namun miskin. Dia bercita-cita memiliki pendidikan yang tinggi, sehingga kelak bisa merubah keadaan ekonomi keluarganya. Namun sekuat apapun usaha yang dia lakukan untuk mencapai impiannya, semua kandas ditengah jalan. Semua itu terjadi karena masalah ekonomi. Ada-ada saja masalah yang menghalangi jalannya dalam mencapai sukses.

Bahkan ketika menikahpun dia mendapatkan suami yang "biasa-biasa" saja, Wajah lumayan, perkerjaan ada. Namun secara materi belum bisa dikatakan cukup, karena untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya tetap saja harus minjam kesana-kemari.

Ada lagi mereka yang terlahir dengan serba kekurangan. Cantik tidak, kaya pun tidak. Soal pintar atau tidaknya pun susah untuk menakarnya. Karena kesulitan ekonomi, mereka ini tidak bisa sekolah. Alhasil mereka pun hidup dengan mengandalkan otot bukan lagi otak. Ada yang jadi kuli pikul, kuli bangunan, kuli pasar. Semua perkerjaan yang mengandalkan otot harus mereka jabani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kemudian dapat pasangan hidup yang juga dari kalangan pas-pasan. Sehingga anak-anak mereka yang tumbuh dan berkembang dalam kondisi serba kekurangan tak pelak lagi, kembali mengulang sejarah orangtua mereka. Tidak mengenyam pendidikan yang memadai.

Sekarang ada yang terlilit utang karena demi memenuhi kebutuhan hidup. Sementara ada mereka yang berfoya-foya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Ada lagi yang terpaksa harus menahan lapar demi memenuhi kebutuhan hidup.

Jika ditanya tentang kebahagiaan, bisa dibilang tidak ada yang menjawab 100% bahagia dengan kehidupan mereka. Tetap ada sedih, tetap ada kecewa, tetap ada tertawa.

Adilkah hidup ini ?

Sebenarnya adil itu milik siapa ?