Friday, April 29, 2016

Tentang Descendants of The Sun

April 29, 2016 0 Comments
Image result for descendants of the sun
Lama ga posting, tiba-tiba bahas drakor. Ahay, aku lagi mabok kepayang nih gais sama drakor yang satu ini.

3 Alasan Menonton Descendant Of The Sun


Ada 3 alasan utama kenapa aku recommended banget sama drama Korea yang satu ini.

1. Aktrisnya Song Hye Kyo 

Image result for song hye kyo 


Aku jatuh cinta untuk pertama kalinya sama si Song ini waktu liat paras cantiknya ketika dia membintangi drama Autumn in My Heart. Saat itu actingnya sih ga begitu 'wah' sih dimata aku, tapi entah kenapa paras cantiknya itu ga pernah bisa lepas dari ingatanku.

Trus waktu drama All In tayang ditahun 2003 aku pun ikutin ceritanya, dan di drama ini aku cukup surprise sama actingnya yang waktu itu aku nilai cukup 'berani' ketika beradegan mesra dengan aktor Lee Byunh-Hun. Satu bintang pun aku tambahin untuk Song.

Di tahun 2004, jagat Korea di hebohkan oleh drama Full House yang dibintanginya bersama aktor serba bisa Rain. Di drama ini aku sempat agak 'kaget' karena Song memerankan karakter yang jauh berbeda dengan karakter-karakter di dua drama yang ku tonton sebelumnya. Kalo soba-sobat ada nonton Autumn in My Heart dan All In pasti ngerti sama yang kumaksud barusan. Di dua drama itu Song memerankan karakter yang ga jauh berbeda. Cewek manis, imut dan lembut. Sementara di Full House, karakter Ji Eun yang di perankannya 'asyik' banget. Ceria, mandiri dan tetap baik hati. Tapi untuk adegan romantis sama Yong Jae kurang 'menggigit' menurut aku. Aku ga bisa merasakan debaran seperti ketika nonton All In.

Dan banyak lagi drama-drama lainnya yang Song bintangi, yang ga mungkin aku ulas satu-persatu di postingan ini. Karena bakal panjang banget pastinya. Yang pasti aku jadi pengen banget nonton drama Descendants of the Sun ini salah satu alasannya adalah karena bintangnya adalah Song Hye Kyo.

2. Aktornya Song Joong Ki
Image result for song joong ki

Kalo sama aktor imut yang satu ini sebenarnya aku ga begitu familiar sih sama drama-dramanya. Aku lebih suka mantengin baby facenya itu di reality show Running Man. Rasanya pengen nyubit pipinya deh karena gemes. Habis dia imut banget sih, hihihi..

Satu-satunya drama Song Joong Ki yang pernah aku tonton adalah Sungkyunkwan Scandal. *Tetapi setelah Descendants Of the Sun ini kayaknya aku bakal berburu semua drama dan film yang dia perankan deh.* Di drama ini Joong Ki berperan sebagai Goo Yong Ha yang playboy tapi baik hati. Aku cukup puas dengan akting Joong Ki di sini, karena dia berhasil merubah sosok imutnya menjadi menyeramkan ketika marah. Padahal karakter Yong Ha yang diperankannya adalah playboy yang genit yang pastinya ga perlu usaha ekstra buat Joong Ki memerankannya. Lha .. modal wajah imut itu aja pasti udah bisa melumerkan pada gadis, hahaha. Tapi ternyata wajah imut itu juga bisa menyeramkan saat emosi. Keren banget.

Makanya ketika tahu drama Descendants of the Sun ini juga dibintang oleh Joong Ki aku jadi penasaran banget. Karena dari info yang aku dapat waktu itu, di drama ini Joong Ki berperan sebagai tentara dengan pangkat Kapten. Aku pengen banget liat wajah imut itu dalam balutan seragam tentara. Apa dia tetap imut ? Atau jadi macho ?

3. Ceritanya beda sama drakor-drakor kebanyakan.

Image result for descendants of the sun

Kalo soal ide cerita, kayanya para penulis drama di Korea itu jago banget deh nyiptain cerita yang tiap episodenya seru. Penonton selalu di buat penasaran dan merasa ga sabar buat nonton episode seterusnya. Ada moment-moment tertentu yang sengaja di gantung di akhir episode yang membuat penonton nangis darah kalo sampe kelewatan buat nonton. Itu emang kelebihan drama Korea dibandingkan drama Indonesia. Please, jangan bandingkan drama ini dengan Tukang Bubur Naik Haji atau pun Anak Jalanan yang ga jelas sasaran ceritanya apa.

Selain cerita yang mumpuni, drama ini juga di dukung efek yang keren ketika ada menampilkan peristiwa bencana. Reruntuhan bangunan terasa sangat nyata. Aku yakin drama ini dibuat dengan modal yang ga sedikit karena selain melibatkan atribut-atribut tentara nasional seperti helikopter, pesawat dan lain sebagainya, drama ini juga dibuat di beberapa negara. Jadi di drama ini kita bakal diperlihatkan 'kecerdasan' si Kapten yang menguasai bahasa asing dengan baik.

Drama ini mengisahkan tentang kehidupan tentara pasukan khusus yang sering kali terlibat dalam urusan-urusan krusial yang menantang nyawa. Sebagai seorang tentara mereka harus menerima konsekuensi yang  terkadang 'tidak cukup adil' hanya karena melanggar perintah atau aturan. Padahal jika di analisa dari sudut pandang lain, apa yang mereka lakukan bukanlah salah, tetapi karena tidak sesuai dengan aturan dalam 'ketentaraan' tetap saja Si Komandan harus bertanggung jawab. Dalam drama ini penonton di beri tahu, "Ga mudah lho jadi tentara".

Selain mengangkat cerita dari sisi ketentaraan, drama ini juga mengangkat cerita kehidupan seorang dokter. Kalo cerita tentang dunia kedokteran sebenarnya sih bukan soal baru lagi ya. Karena aku sendiri udah cukup sering nonton drama korea yang berbau kedokteran itu. Yang terbaru aku tonton adalah D-Day, yang membahas dunia kedokteran ketika menghadapi bencana. Nah, drama Descendants of The Sun ini juga menyelipkan cerita dunia kedokteran, mulai dari intrik-intrik persaingan para dokter, perjuangan tim medis di area bencana, sampai ke resiko mereka terkena penyakit menular. Lewat drama ini penonton di beri tahu, "dokter itu profesi yang bergaji besar, tetapi resikonya juga besar."

Adegan demi adegan di kemas dengan apik, karena ada saat-saat menggemaskan, memalukan, mengharukan, menyedihkan, mengesalkan dan juga roman.

Memorable Scene & Quote at Descendant of The Sun

Ada beberapa quote dalam percakapan Kapten Yoo dan dr.Kang yang menurut aku memorable banget.

1. "aku tau cara lain untuk 'meminumnya'"

Ahhaayy ... ini adalah 'bahasa' lain si Kapten untuk mencium si Dokter. Ini adalah salah satu adegan roman favorit aku, dimana ketika dr.Kang dan Kapten lagi di dapur. Dr. Kang minum wine, tetapi Kapten ga 'mau' minum karena katanya tentara tidak boleh minum alkohol. Dr. Kang meminum wine itu langsung dari botol, sementara Kapten mengamatinya dengan tatapan tidak berkedip. Melihat itu, dr. Kang menawari Kapten untuk minum. "Ayolah, aku tau kau juga pingin minum, ini .. minumlah," kata dr. Kang sambil menggoyang-goyangkan botol wine yang disodorkannya ke Kapten. Kapten tersenyum masih dengan tatapan lurus ke dr. Kang, "tidak, karena aku tau cara lain untuk meminumnya". Trus Kapten mencium dr. Kang. Oohh.. baru ngeh, ternyata Kapten minum winenya dari ...... (isi sendiri ya gaiiss).

2. "apa aku harus minta maaf ?"

Ini adalah ungkapan untuk mengkonfirmasi perasaan cinta diantara mereka. Ada dua kali kalimat sakti ini muncul dalam drama ini. Pertama ketika Kapten ingin mengkonfirmasi perasaan dr. Kang setelah adegan ciuman mereka di dapur itu. Pengennya Kapten, mereka jadiankan. Tapi dr. Kang-nya malah pengen Kapten minta maaf aja, karena dr. Kang sendiri masih bingung dengan perasaannya. Jadi dr. Kang memilih untuk menerima permintaan maaf Kapten dari pada harus menerima perasaan Kapten. Aduuhh, aku kok merasa sedih banget ya melihat Kapten tertunduk kecewa gitu.

Tapi rasa kecewa aku terobati, ketika kalimat itu keluar untuk yang kedua kalinya. Ketika diatas mobil, Kapten menanyakan alasan dr. Kang menunda kepulangannya ke Korea.

 "Bukan karena aku, kan ?" tanya Kapten dengan perasaan tidak menentu. "Tidak, kau salah." Jawab dr. Kang tenang. "Itu memang karena kamu. Aku ingin menghabiskan waktu lebih lama bersamamu. Hhhhh... sepertinya aku baru saja mengakui perasaanku, bagaimana, apa aku harus meminta maaf ?"

Kapten menatap dr. Kang dengan tatapan tidak percaya, lalu balik nanya, "menurutmu bagaimana responku atas itu ?"

Trus Kapten menarik kepala dr. Kang lalu menciumnya. Oww.. romantisnya.

Sesampai di 'markas' masing-masing mereka bersikap gugup. Dr. Kang kembali ke kamarnya dengan beberapa jerami menempel di kepalanya, begitu juga Kapten beberapa jerami nangkring manis di rambut cepaknya.

Trus dr. Song temannya dr. Kang yang melihat itu bilang gini, "mereka pasti baru saja melewati moment yang membahagiakan".

Ahhaayy... kira-kira mereka habis ngapain ya ?
*pikiiiirrrr*

Tak hanya adegan roman lho yang memorable banget, adegan-adegan lucu bin konyol juga banyak.
Beberapa yang paling berkesan diingatanku adalah yang berikut ini :

1. Rekaman 'wasiat' dr. Kang

Haha.. aku ketawa dulu deh kalo ingat scene ini. Awalnya scene ini menegangkan lho, karena saat itu dr. Kang mengalami kecelakaan mobil dan mobilnya tergantung di bibir tebing yang tingginya puluhan meter dari permukaan laut.

Nah, ceritanya dalam keadaan panik itu, dr. Kang melihat ada panggilan masuk dari Kapten Yoo di ponselnya, setelah berteriak-teriak minta tolong, sambungan telepon di putus sama Kapten Yoo karena dia langsung ngebut menuju TKP. Sementara dr. Kang yang masih super duper panik ga nyadar kalo ponsel yang dia pegang kepencet tombol record-nya. Dengan bersimbah air mata, tanpa dia ketahui sama sekali, dr. Kang pun 'berwasiat' di ponselnya itu. Dimulai dengan wasiat untuk ibunya, sampe curhat tentang perasaannya sama si Kapten betapa dia merasa menyesal udah nolak cintanya Kapten saat itu, padahal dia sendiri juga merasakan perasaan yang sama. dia nyesal banget kalo harus mati dengan perasaannya itu.

Tapi, dia kan ga jadi mati, karena sang pujaan hati yang super hero itu berhasil menyelamatkannya. Tentu saja pasal 'wasiat' tadi ga diketahui oleh siapapun, termasuk sama yang punya wasiat sendiri.

Nah, peristiwa konyolnya adalah ketika 'wasiat' yang tidak diketahui oleh siapa pun itu 'terbongkar'. Ceritanya saat itu, dr. Kang lagi hepi banget karena sound system di 'markas' mereka saat itu berhasil di perbaiki. Jadi dengan pede-nya dr. Kang menyetel lagu dari ponselnya. Dan lagu itu tersambung ke seluruh area di markas itu.

Kapten yang awalnya berada di ruangannya pun pergi ketempat asal suara. Dan .. ke'konyol'an pun bermula ketika lagu pertama yang di setel dr. Kang tadi habis, ternyata lagu berikutnya adalah 'wasiat' dr. Kang tadi. Bisa di bayangkan dong ya, kata-kata mengharukan yang keluar disaat seseorang sedang diambang kematian. Nah.. kata-kata itu dengan sukses terdengar dengan jelas oleh sang Kapten yang berada hanya 1 meter dari ponsel. Sementara dr. Kang yang sedang berjalan-jalan di halaman, begitu mendengar rekaman suaranya lewat speaker langsung berlari secepat kilat menuju ruang sound system itu. Tanpa melihat kiri-kanan-atas-bawah lagi dia menerobos ruangan itu dan langsung menarik ponselnya yang masih tersambung ke sound system. Hahaha.. konyol banget ga sih gaaisss ?

2. Ramah-tamah dengan Panglima

Ini adegan sederhana aja sih, cuma cukup konyol menurut aku. Ketika Panglima Yoon (yang juga ayahnya Letnan Meon Joo) itu mengundang Kapten Yoo, Serma Seo, Letnan Yoo dan dr. Kang untuk bicara di ruangannya pasca keberhasilan mereka dalam menghadapi virus ebola. Dimana saat itu Letnan Yoon adalah salah satu korbannya juga.

Jadi di awal obrolan, mereka berempat berbaris rapi di depan Panglima. Setelah memberi hormat, mereka pun di persilahkan duduk oleh Panglima. Dengan naifnya, dr. Kang mengiyakan kata-kata Panglima tadi dan langsung menuju kursi, sementara mereka yang bertiga tetap berdiri tegak dan serentak menolak untuk duduk. Ampuunnn.. tengsin banget ga sih ?

Tapi maklum aja kan, lha dr. Kang itu kan sipil, mana ngerti lah dia tetek benget etika tentara gitu. Tetapi ya tetap aja terasa konyol, haha..

3. 'Arwah Kapten' makan sesajen.

Hahaha.. aku ngikik habis kalo ingat adegan ini. Ini ceritanya adalah ketika dr. Kang menjadi sukarelawan di Albania. Dia memilih ikut menjadi sukarelawan di daerah ini karena sekalian dalam rangka hari peringatan 1 tahun kematian Kapten Yoo. Iya gais, ntar di episode 14 kita bakal disajikan  cerita dimana Kapten Yoo dan Serma Seo meninggal dalam misi. Aduuhh, aku pun ikut-ikutan nangis darah saat itu. Sedih banget lho gais.

Nah, walau pun belum sepenuhnya pulih dari kesedihannya, dr. Kang pun ikut jadi sukarelawan di Albania. Jadi disela-sela kesibukannya menjadi sukarelawan medis, dr. Kang menyempatkan diri pergi ke gurun dimana batu peringatan duo prajurit itu ada. Ternyata Kapten Yoo dan Serma Seo tidak tewas saat itu. Dan di gurun inilah mereka kembali bertemu. Kalo penasaran sama moment mereka ketemu nonton aja yah gais :)

Sekembalinya dari gurun, Kapten pun mendapat perawatan 'private' dari dr. Kang di tendanya. Dalam keadaan terinfus, Kapten menanyakan kok ada banyak buah-buahan di tenda dr. Kang ? Trus dr. Kang pun bilang, ya itu dia bawa khusus buat peringatan hari kematian Kapten. Nah, karena sekarang yang mau di peringati itu masih hidup, maka buah-buahan 'sesajen' itu harus dimakan langsung oleh yang bersangkutan. Dengan ekspresi 'geli campur senang campur haru' Kapten pun memakan 'sesajen' itu.

Disaat yang sama, teman-temannya dr. Kang yang ga ikut jadi sukarelawan menelpon pake video call. Mereka menelpon untuk memberi support kepada dr. Kang. Karena pencahayaan tenda yang kurang pas, mereka meminta dr. Kang untuk merubah posisi agar mereka bisa melihat wajah dr. Kang lebih jelas. Nah, ketika itulah mereka melihat 'penampakan' arwah Kapten Yoo yang sedang makan 'sesajen' tadi. Saking kagetnya, teman-teman dr. Kang tadi langsung terpental.

Hahaha... lucu banget ketika salah satu dari mereka bilang gini, "dr. Kang, kami tahu betapa beratnya hal ini buat mu, tapi kami harus katakan ini, katakan kepada yang dibelakangmu itu, setelah makan sebaiknya dia pergi, kita akan mendoakan agar arwahnya tenang."

Hahaha... Kapten yang lagi makan lahap di bilang arwah. Hahaha...


At least, drama dengan 16 episode ini telah rampung aku tontong semua. Dan H+7 sesudahnya aku masih susah move on. Masih kebayang sama adegan romannya, masih suka ketawa-ketawa sendiri kalo ingat adegan konyolnya, dan masih suka terharu sendiri terbayang saat dr. Kang menerima kabar kematian Kapten. Hufft .. rasanya ga rela drama ini berakhir. Tapi ya itulah gais, itu hanya drama yang udah jelas batasan episodenya. Rela ga rela aku harus rela, dan harus segera move on untuk drama-drama korea lainnya.

Jangan lupa buat nonton juga ya gais. Biar sama-sama susah move on kita. Haha..
See yaa..
















Monday, April 11, 2016

#Mom's Working Stories : Siapa Yang Jagain Anak ?

April 11, 2016 0 Comments
Sejak memutuskan untuk kembali berkerja sebenarnya aku mengalami dilema yang luar biasa. Masalahnya sih klasik, kurang lebih samalah dengan para mom's working lainnya. Apa lagi kalo bukan masalah "siapa yang jagain anak ?"

Tidak seperti dikota-kota besar kebanyakan, dimana-mana ada tempat penitipan anak alias daycare, di kota tempatku berada usaha sejenis itu masih sangat minim. Mungkin jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari. Dan itu pun lokasinya sangat jauh dari rumah kami.

Diantara rasa bimbang dan ragu yang mendera aku bener-bener merasa pusing luar biasa. Pengennya ketika berkerja nanti aku tidak perlu merasakan risau tentang keamanan dan kenyamanan anak. Ada tetangga yang menawarkan diri untuk menjaga Aira waktu itu, tapi aku tetap saja merasa tidak yakin. Rasanya kok ya remeh banget ya sama anak, kok main dititipin gitu aja. Walaupun mereka 'dibayar' tapi hati kecil ini tetap aja merasa kontra. Gimana juga mereka kan orang 'asing'. Jadi ga mungkinlah aku bisa mempercayakan Aira seratus persen dalam pengawasan mereka selama 8 jam setiap harinya.

Suami mengusulkan, gimana kalo kami meminta pertolongan mertua untuk menjaga Aira selama kami berkerja. Sebenarnya itu ide yang bagus lho. Apalagi kita semua tahu lah ya, biasanya kakek dan nenek itu lebih sayang sama cucunya daripada anaknya. Jadi udah bisa dipastikanlah berada dibawah pengasuhan mereka Aira pasti aman dan nyaman serta tidak kurang kasih sayang.

Tapi aku kembali ragu. Kok rasanya jadi menantu kok ya 'jahat' banget ya, bisa,-bisanya mengalihkan tanggung jawab sama orang tua. Rasanya ga tega harus membebani masa-masa istirahat mereka untuk ngurusin anak kecil lagi.

Keputusan harus segera diambil, karena kontrak kerja telah ditanda tangani. Akhirnya aku dan suami sepakat mengambil jalan tengah. Aira kami masukkan PAUD, dengan begitu selama aku dan ayahnya berkerja, kurang lebih 8 jam sehari, 4 jam dia di sekolah, dan 4 jam sisanya dia bersama kakek dan neneknya. Dengan begitu dia bisa tumbuh dan bermain bersama dengan teman seumurannya di sekolah tetapi juga tetap bisa merasa kasih sayang yang cukup dari orang-orang terdekatnya.

Bagi sobat Jeoja yang sempat mengalami kegalauan seperti yang aku rasakan, aku punya kiat sederhana nih agar mom's working bisa berkerja dengan tenang.

1. Tanamkan dalam hati dan pikiran, perkerjaan adalah part time, sementara profesi sebagai ibu adalah fulltime.

Jadi dalam kondisi apa pun urusan anak adalah prioritas nomor 1. Sekalipun anak dititipkan pada pengasuh atau daycare, usahakan agar kebutuhan makan dan minumnya dibuatkan oleh kita ibunya. Saya selalu menyempatkan diri untuk menelpon minimal satu kali untuk berbicara dengan anak untuk menanyakan apakah dia senang ? Apakah dia sudah makan ? Jika anak masih terlalu kecil untuk bicara, maka cukup perdengarkan suara kita ditelinganya. Dengan demikian si anak akan tetap merasakan kedekatan dengan kita orang tuannya. Ini juga salah satu bentuk kontrol kita terhadap pengasuhan anak, terlebih lagi jika anak dititipkan kepada pengasuhnya.

2. Anak tidak harus memahami orang tuanya berkerja.

Terkadang mom's working ini suka lupa, kalo dia adalah seorang ibu. Tanggung jawabnya utamanya adalah mengurus tumbuh kembang anaknya. Tetapi ketika perkerjaan menumpuk, tidak jarang mom's working ini setelah pulang berkerja masih saja mengurusi perkerjaan dengan alasan di buru deadline. Padahal waktu itu adalah masa-masa bermain dengan anak setelah seharian ditinggal berkerja. Bahkan tanpa sadar mengarahkan anak dunia digital. Anak cukup disodorin tivi, game dan tablet. Tanpa sadar kita telah memaksa anak untuk memahami perkerjaan orang tuanya.

3. Dunia anak adalah bermain.

90% kecakapan pada anak muncul dalam aktivitas bermainnya. Dalam permainan yang dilakukannya syaraf motorik dan sensorik anak berkembang. Terkadang mom' s working lupa fakta itu dn hanya mengutamakan perkembangan otaknya, tetapi tidak diimbangi dengan perkembangan syaraf motoriknya. Hal ini bisa memicu anak menjadi pribadi yang kurang mampu bersosialisasi. Bermain dengan anak selain mendekatkan hubungan ibu dan anak, juga meningkatkan kinerja otak dan otot anak.

Nah itu dia beberapa kiat dari aku, semoga bermanfaat ya.
Sampai jumpa lagi.