Thursday, May 26, 2016

OMG ! Ternyata OST Keren Ini Dinyanyikan Oleh Aktornya Langsung

May 26, 2016 0 Comments
Hai..hai.. gais !
Aku hadir lagi nih.
Kali ini lagi-lagi aku ngomongin tentang Original Sound Track a.k.a OST.

Iya, nih, gais. Rasanya ke'kepo'an ku tentang OST ini semakin menjadi-jadi deh. Terlebih lagi jika OST yang diputar itu pas banget iramanya dengan scene yang sedang berlangsung. Aku pasti langsung searching di internet, apa judul OSTnya dan siapa penyanyinya. OMG ! ternyata dari beberapa OST yang aku suka itu dinyanyikan oleh aktor utamanya.

Daebak !
Gimana ga makin cinta coba ?
Udah aktingnya bagus, tambah lagi suaranya merdu, owh .. aku ga ku-ku .. hihihi.

Silahkan baca juga "Let's Talk about OST"

Pada penasaran ga sama OST yang ku maksud ?
Kalo ga, ya ga pa-pa, aku ga maksa kok, gais.
Tapi bagi yang pengen tau, yuk simak beberapa OST favoritku yang dinyanyikan sama aktornya langsung. Check this out, ya, guys !

1. Because I Miss You (OST. Heartstring by Jung Yonghwa)

Drama yang dibintangi oleh Park Shin Hye dan Jung Yonghwa ini mengisahkan tentang perjuangan anak-anak muda untuk mencapai impiannya dalam bermusik dan dibumbui kisah cinta diantara mereka. Yup, bener banget, drama ini drama musikal lho gais. Jadi ga usah heran kalo tiap episodenya kita bakal di suguhi sama lagu-lagu keren dan juga romantis pastinya.

Tapi ada satu lagu yang bener-bener menyentuh hati aku saat menontonnya. Dan hebatnya, meski dinyanyikan lebih dari satu kali, tapi aku bisa merasakan 'sensasi' yang berbeda ketika mendengarnya. Pertama kalinya, lagu ini dinyanyikan oleh JYH di episode 6. Saat itu tokoh Lee Shin yang diperankannya sedang sedih karena baru saja kehilangan ayahnya yang meninggal karena mengidap penyakit keracunan alkohol. Suara JYH yang keren terdengar parau karena menahan kerinduan akan sosok ayah yang baru saja ia kenal dalam beberapa hari. Saking terlena dengan suara merdunya, aku sampai ikutan nangis lho gaais. Hiks.. hiks.. kacian banget Shin oppa. *Come to mama, babe, puk-puk..*

Kali kedua, lagu ini kembali dinyanyikan oleh JYH. Namun kali ini suasana hatinya berbeda gais. Dia menyanyikan lagu ini untuk mengungkapkan isi hatinya yang memendam perasaan kepada Lee Gyu Won yang diperankan oleh Park Shin Hye. Meski lagunya sama, tapi di kali kedua ini aku tidak merasakan kesedihan di lagu itu, justru merasakan rasa cinta yang begitu dalam dan begitu syahdu. Duh..duh..duh.. keren banget,  jadi pengen meluk JYH deh, hihihi..

Kalo urusan nyanyi, Jung Yonghwa emang ga diragukan lagi ya gais. Secara gitu, sampe hari ini dia kan masih jadi pentolan utamanya group CN-Blue. Selain jago main gitar, Jung Yonghwa ini juga jago banget nulis lagu. Owh, so sweet. Multi talenta banget ya oppa kita yang satu ini ?





 2. Really (OST. Innocent Man, by Song Joong Ki)

Aih..aih.. siapa yang ga kenal sama aktor cute bin manis ini ya, gais. Terlebih lagi sejak dia sukses besar meranin si Kapten 'pecicilan' bernama Yoo Si Jin dalam drama Descendant of The Sun ituh. Jujur aja nih, gais, sampe hari ini aku masih susah move on nih dari si Kapten, hihihi..

Yuk baca juga review aku Tentang Descendant Of The Sun.
Jauuuhh, sebelum drama DOTS yang sukses itu, sebenarnya Song Joong Ki udah bermain di beberapa drama gais. Sebut aja Sungkyunkwan Scandal, My Precious You, Deep Rooted Tree, Innocent Man dan lain-lainnya. Nah, dari sekian banyak drama yang dia bintangi. aku berkesan banget dengan drama Innocent Man. Meski pun drama ini ga seheboh Descendant of The Sun, tetapi drama Innocent Man ini spesial banget buat aku.

Genre dramanya sih ga da yang istimewa sih, ya. Biasalah kisah hidup anak manusia yang bertahan hidup, dengan bayang-bayang masa lalu yang tidak bisa ia lupakan. Yang membuat drama ini terasa istimewa adalah disalah satu scene, ketika Kang Ma Ru yang diperankan Song Jong Ki melakukan adegan kissing dengan Seo Eun Gi yang diperankan Moon Chae Won. Adegan yang mengharukan itu diiringi dengan suara Song Jong Ki yang menyanyikan lagu Really. Jadi ketika mendengar lagu itu, seolah-olah itu adalah suara hati Kang Ma Ru yang benar-benar mencintai Seo Eun Gi. Dalaammmm banget.





3. That Man (OST. Secret Garden by Hyun Bin)

Ada lagi ni, gais. Soundtrack drama yang buat aku termehek-mehek. Kali ini dari drama Secret Garden yang fenomenal itu tuh. Hayoo.. siapa yang belum nonton ? Ah..aku yakin banget, semua teman-teman disini pasti udah nonton drama yang memorable ini. Ngaku deh, kamu pasti masih ingat sama adengan sit-up, capucino kiss, dan jiwa yang ketuker itu. Ya, kaaannn.. hehehe

Nah, salah satu soundtracknya dinyanyika dengan manis oleh Hyun Bin. Bener-bener deh nih cowo ye, paket komplit banget. Ganteng iya, jago akting iya, eh pintar nyanyi juga ? Ck..ck..ck.. Ga salah deh kalo cewe-cewe seantero dunia histeris cantik kalo liat dia. Keren pisaaaannn.. hihihi...




4. I'll Protect You (OST. Healer by Ji Chang Wook)

Hmm.. ada yang ga kenal cowo tampan ini ?
Ada ?
Iihhhh... kebangetan banget ???
Masa sih hari gini masih ada yang belum nonton Healer ? OMG, kalo beneran ada, yo wis, mending kamu close dulu, trus pergi nonton dulu gih. Soale rugiiiiii kalo ga nontooonn. Beneran lho, suer.

Sampe hari ini aku masih ngantongin drama ini dalam daftar 10 drama terbaik yang aku tonton. Drama ini bertemakan 'hero in the dark' gitu. Walo pun awalnya dia adalah 'agen bayaran', tapi dalam perkembangannya si agen ini ga mo lagi semata-mata berkerja karena uang, hati nuraninya terusik sehingga membuatnya berontak untuk menegakkan keadilan. Apalagi kisah kematian orang tuanya juga memiliki benang merah dengan orang-orang yang memakai jasanya itu. Hmm..

Aku suka banget drama ini. Suka sama aktornya, suka sama adegan actionnya, suka sama adegan romantisnya, hihihi. Dan semakin suka ketika tahu salah satu soundtracknya dinyanyikan oleh Ji Chang Wook. Woow... Rupanya dia juga paket komplit ternyata.



Nah, itu dia 4 soundtrack K-Drama yang bagi aku memorable banget. Sebenarnya masih banyak lagi lho gais aktor-aktor tampan negeri ginseng itu yang bersuara merdu. Cuma aku ga mungkin tulis disini semua kaaan ya. Ntar tulisannya bisa sepanjang sungai Siak tuh saking banyaknya, hehe..

Kalo kamu, suka yang mana gais ?

Saturday, May 21, 2016

No Excuse ! Anak-anak Dibawah Umur Tidak Pantas Mengendarai Kendaraan Bermotor !

May 21, 2016 0 Comments
Suka kesel ga sih kalo di jalan ketemu sama anak-anak di bawah umur ngendarain motor, ugal-ugalan, kebut-kebutan trus pake atraksi akrobatik pula ? Di jalanan umum lagi, ga peduli keselamatan diri sendiri, apa lagi keselamatan orang lain. Seolah-olah bangga banget kalo bisa memacu kendaraannya ala-ala Valentino Rossi gitu.

Image result for foto anak dibawah umur mengendarai kendaraan bermotor

Kesel, ya ?
Banget !
Rasanya pengen tangkepin mereka satu-satu, trus ikatin di tiang bendera, gantung tinggi-tinggi, biar jadi bendera sekalian. Huft .. sebel banget !

Rasanya suara ini udah habis neriakin mereka setiap kali ketemu, tapi bukannya mereka berhenti, eh malah nyengir dan tetap aja mutar gasnya kenceng-kenceng. Ga sopan banget, kan ?

Kalo udah gitu, dalam kepala pasti deh langsung nyalahin orang tua mereka. Tuh orang tua mereka pikirannya pada kemana sih ? Anak-anak umur segitu kok udah dikasih izin bawa motor sendiri ?

Aku pernah berbincang dengan salah satu kenalan, dia adalah salah satu orang tua yang aku anggap ga punya 'pikiran' tadi. Karena kesibukan mereka yang ga sempat buat antar jemput anaknya sekolah, sementara kendaraan umum untuk menuju sekolah anaknya tidak ada, makanya mereka pun kasih anaknya motor untuk dibawa sendiri kesekolah. Alasannya sebenarnya simple kan ya, dan masuk akal juga.

Tapi sebenarnya secara ga langsung mereka udah mengarahkan anaknya sendiri untuk jadi 'mesin pembunuh'.

Masih ingat sama kasus kecelakaan yang melibatkan Dul anaknya Ahmad Dhani tu kan ?
Atau kecelakaan yang menimpa Bu Lilis, yang meninggal saat berboncengan dengan anaknya yang masih berusia 13 tahun ? Suatu peristiwa yang sebenarnya bisa dielakkan jika orang tua tidak mempercayakan kendaraan kepada anaknya yang masih dibawah umur


Sumber

Sumber



Ya itu dia, gais, mesin yang bisa melaju sampe kecepatan 180 km/jam (bahkan lebih) itu adalah sangat mematikan jika berada pada seseorang yang tidak memiliki kemampuan yang baik dalam menggunakannya.

Kemampuan berkendara yang baik itu bukan hanya sebatas skill berkendara aja kan ? Bukan hanya sebatas tau nyalain motor, masukin gigi, putar gas lalu injak rem. Berkendara kan tidak hanya sebatas itu. Ada lagi yang namanya etika berkendara di jalan raya. Gimana etikanya kalo mau mendahului kendaraan lain ? Gimana etikanya kalo mau belok ? Gimana etikanya kalo mau ngerem ? Gimana etika kalo berkendara di tempat ramai ? Semua itu kan ada aturannya, bukan hanya asal injak pedal dan putar kemudi aja, kan ?

Nah, ketika orang tua memutuskan untuk memberikan kendaraan kepada anak-anak mereka yang masih di bawah umur ada mikirin etika-etika berkendara itu ga ? Alangkah bijaksananya jika orang tua yang mengalami kendala karena kesibukan tadi tidak lantas mengambil jalan pintas dengan langsung mempercayakan kendaraan kepada anak mereka. Aku rasa pasti ada jalan keluar untuk masalah ini jika para orang tua mau duduk bersama untuk mencari solusinya. Misalnya saja bus angkutan sekolah. Memang sih, pengadaan sarana ini di sekolah pasti membuat orang tua harus merogoh kocek lebih dalam untuk biaya sekolah, tapi anak-anak kita kan aman, orang-orang yang ada disekitar mereka juga nyaman.

Image result for bus sekolah
Sumber

Atau cara lainnya, cari jasa ojek terpercaya. Saya sengaja tekankan kata 'terpercaya' disini, karena mengingat adanya bebera kasus pelecehan yang dilakukan oleh tukang ojek pastinya para orang tua rada-rada khawatir untuk mempercayakan antar-jemput anaknya kepada orang lain. Tapi kalo ojeknya ibu-ibu ga pa-pa kan ? Banyak kok ibu-ibu rumah tangga yang nyambil jadi ojek anak sekolahan.

Image result for ojek perempuan
Sumber

Jadi ga ada alasan untuk mempercayakan kendaraan kepada anak-anak di bawah umur. Ayolah para orang tua, buka mata hati dan pikiran kita, jangan biarkan anak-anak kita tumbuh jadi pribadi yang mengabaikan keselamatan dirinya dan juga keselamatan orang lain. Mari kita arahkan mereka menjadi anak-anak yang sadar bahwa masa depan mereka masih panjang dan masih sangat layak untuk diperjuangkan. Jangan sampai kelalaian kita, membuat mereka salah langkah, kemudian hidup mereka kedepannya akan selalu dihantui oleh perasaan bersalah karena telah mencelakai orang lain.

Aku di sini memang lebih suka menekankan tanggung jawab ini kepada orang tua. Karena orang tua adalah pihak pertama yang bersentuhan dengan anak. Terkadang rasa sayang yang berlebih dari orang tua kepada anaknya, membuat para orang tua lupa. Bahkan ada orang tua yang mau melakukan tindakan curang dalam membuat SIM demi anaknya bisa berkendara. Ini kan salah banget !

Maka dari itu, tanggung jawab utama memang pada orang tua, tapi bukan berarti melepaskan tanggung jawab pengawasan dari pemerintah atau dalam hal ini pihak kepolisian. Justru seharusnya peran polisi dalam hal ini sangat diperlukan. Polisi harusnya benar-benar tegas dalam menindak pengendara dibawah umur ini. Tidak cukup hanya berupa surat teguran. Dalam hal ini tidak ada kata 'tidak tega' untuk menghukum pelaku, karena resiko yang bisa terjadi sungguh sangat fatal.

Begitu juga lembaga pendidikan yang menaungi anak-anak ini. Pihak sekolah harus membuat peraturan yang jelas agar tidak ada anak-anak yang mengendarai kendaraan sendiri kesekolah. Sebisa mungkin pihak sekolah harus menyediakan bus angkutan sekolah agar tidak ada lagi alasan anak-anak untuk membawa kendaraan sendiri ke sekolah.

Jadi, intinya, dibutuhkan kerja sama semua pihak untuk melarang anak-anak dibawah umur ini dalam mengendarai kendaraan bermotor.

Image result for foto anak dibawah umur mengendarai kendaraan bermotor
Sumber
Oh ya, satu lagi. Bagi para orang tua yang udah menerapkan peraturan pelarangan kepada anak-anaknya untuk berkendara sendiri itu udah bener banget. Jadi, jangan pernah berubah pikiran ya bapak-bapak n ibu-ibu. Tapi ada satu yang perlu aku ingatin nih, melarangnya sih udah, tapi kalo bapak atau ibu naroh kunci motor atau mobilnya sembarangan tetap aja kan anaknya bisa ambil, trus kabur deh sama motornya. Berarti sebagai orang tua kita bener-bener ga boleh lalai ya.





Saturday, May 14, 2016

Akhirnya Aku Dibedah Juga

May 14, 2016 0 Comments
Hidup itu bener-bener susah diprediksi ya. Hal yang sekuat mungkin berusaha dihindari tetap saja bisa terjadi sewaktu-waktu. Mungkin itu yang dinamakan takdir kali, ya. Mau ga mau, suka ga suka, rela ga rela, kalo Allah bilang 'itu' terjadi, ya, terjadi deh.

Seperti kejadian yang baru-baru ini aku alami. Ga pernah terbayangkan sama sekali kalo aku akhirnya masuk ruang operasi. Padahal waktu melahirkan Aira aja berhasil menghindari ruangan itu. Hanya gara-gara sakit perut, trus diare, aku harus dioperasi karena diagnosa radang usus buntu.

Image result for gambar operasi usus buntu
Sumber

Gimana ceritanya sih, kok bisa didiagnosa radang usus buntu ?

Nah, ini memang sedikit aneh. Aneh menurut aku yang awam tentang dunia kedokteran, tapi mah lumrah bagi mereka yang paham dunia itu.

Ceritanya, siang itu seperti biasa aku pergi nyetor ke bank. Hal yang emang udah rutin aku lakukan setiap hari. Pas perginya itu baik-baik aja, bahkan sangat baik malah. Aku baru saja selesai santap siang di warung depan kantor. Makanku lahap banget karena kebetulan bibi warung itu masak sambal kesukaanku yaitu Sayur Pakis Gulai Ijo dan Teri Main Bola. Menyantap makanan ini membuat aku bernostalgia kembali ke masa ketika ibuku masih ada. Saking lahapnya makan, sampe ga nyadar nasi semangkok lewat. Hahaha..

Habis makan kenyang, aku pun pergi ke bank diantar sama salah satu ojek langganan. Ga ada yang spesial sih waktu nyetor itu. Yang anehnya itu setelah nyetornya, pas lagi di tangga waktu mau pulang (ruang tellernya ada di lantai 2) aku mendadak merasa pusing, dan juga mual. Aku pikir, aah ini asam lambungku pasti naik lagi nih. Karena biasanya emang begitu, setiap habis makan gulai cabe ijo perutku pasti suka ga tahan.

Jadi sebelum maagku kumat, aku pun segera berlari ke apotik yang kebetulan berada pas di sebelah bank. Sesampai di sana, aku beli obat maag dan langsung meminumnya. Setelah minum obat maag itu, aku sempat bersendawa beberapa kali. Rasanya lega banget.

Pas mau pulang, tiba-tiba kok mendadak sempoyongan. Bumi terasa berputar, dan aku pun nyaris terjatuh karena pusing. Sementara rasa mualku semakin menjadi. Karena takut keburu pingsan, aku pun meminta ojek langgananku untuk mengantarkan ke klinik terdekat.

Sesampai di klinik, tanpa ba-bi-bu lagi, aku langsung masuk dan berlari menuju toilet. Dan hueeekkk...
Yah, sorry. Aku muntah di sana. Untung perawat kliniknya ramah banget, dia menyuruhku untuk segera berbaring menjelang dokter datang. Ooh, ternyata dokternya belum datang, karena hari masih pukul dua, sementara klinik bukanya pukul 3. Hiks.. hiks.. Dan aku pun pasrah nunggu dokter sambil menahan mual dan juga nyeri di perut. Sementara ojekku tadi ga tau dimana rimbanya.
*Maafkan aku, Pak Ojek. Aku terpaksa mengabaikanmu.*

Pukul 3 kurang, dokternya datang dan langsung memeriksa keadaanku. Tekanan darah normal, tapi wajah pucat pasi. Aku dikasih obat penahan rasa mual, dan alhamdulillah mualnya berkurang. Tapi perutku masih nyeri. Trus sama dokternya perutku bagian kanan ditekan, aku berteriak kesakitan. Aduh ! Sakit banget. Trus dia tekan lagi perut yang sebelah kiri, tapi sakitnya terasa di sebelah kanan. Trus dia menaikkan lututku yang sebelah kanan, dan masih terasa sakit. "Ini usus buntu, Bu. Ibu saya rujuk ke rumah sakit, ya."

Blam !
Serasa palu besar menimpa kepalaku saat itu.
Masa sih, Dok ? Saya sakit usus buntu ?
Kok bisa ? Bukannya maag ?

Aku masih juga berusaha untuk berargumen dengan si Dokter. Untung dokternya sabar, kalo ga dia pasti udah jawab, "yang dokter itu saya, jadi yang buat diagnosa juga saya."



Singkat cerita, aku pun dirujuk ke rumah sakit dan langsung masuk IGD. Di sini aku dipasangin infus dan diambil darah untuk cek labor. Karena sudah ada memo dari dokter klinik tadi, dokter IGDnya ga banyak komentar lagi. Dia hanya menyuruh aku untuk berbaring menunggu dokter spesialisnya datang. Dan, di sinilah derita sesi ke dua ku bermula.

Yah, sesi pertamanya kan di klinik tadi, hehe.

Aku masuk di IGD itu sekitar pukul 5 sore, masih dengan keluhan mual (sepertinya obat penahan rasa mualnya udah ga mempan lagi) dan nyeri di perut. Tapi masih belum diare. Hanya terasa begah aja. Ga lama setelah dokter IGDnya selesai memeriksa, aku ngerasa perutku melilit karena mulas. Daripada brojol di tempat tidur IGD, aku pun menyambar botol infus dan lari ke toilet. Blasssshhh ... yang keluar udah cairan. Ga ada ampasnya lagi. Dan itu terjadi lebih dari 8 kali sampai dokter spesialisnya datang pada pukul 8 malam.

Dokter spesialisnya memeriksa aku dengan seksama, dan diagnosanya persis sama dengan dokter klinik tadi. Tapi dia masih ga mau terburu-buru, dia butuh observasi lanjutan. Jadi malam itu aku pun harus dirawat inap guna melewati serangkaian tes.

Keesokan harinya, dokter datang lagi, memberi tahu hasil tes darah. Dia bilang jumlah sel darah putihku meningkat, itu mengindikasikan bahwa dalam tubuh sedang terjadi infeksi. Hasil USGku tidak begitu memuaskan, karena peradangannya tidak tampak jelas. Jadi, untuk memastikannya aku harus menjalani tes terakhir, yaitu pemeriksaan lewat dubur. Addoww... ini adalah satu hal yang paling aku ga suka, tapi musti dijalani. Sama halnya ketika bidan meriksa proses 'bukaan' waktu melahirkan dulu. Ga nyaman banget.

Tapi, ya seperti yang kubilang di awal-awal tadi, suka ga suka, rela ga rela, nyaman ga nyaman, ya, harus dilewati biar sembuh.

Setelah melewati 'drama' pemeriksaan dubur tadi, dokternya menghela nafas berat. "Positif, Bu. Ini usus buntu."

Lha, kalo dokter spesialisnya udah ngomong gitu aku harus bilang apa lagi coba ?
*Jadi ingat si Kapten nih, "apa aku harus minta maaf ?"*
*haiyyaaa... ini apa hubungannya ???*
*ga .. ada... cuma lagi rindu sama si Kapten ajjaahh.. hihihi*

"Jadi solusinya apa, Dok ?"


Satu-satunya pertanyaan terbego yang pernah aku lontarkan saat itu. Karena jawabannya udah jelas, kan ? Makan obat atau operasi ? Itu aja kok masih ditanyain.

Tapi dokternya mah baik banget, dia ga marah tuh dengar pertanyaan bego ku tadi. Dia hanya senyum aja, dan bilang, "solusinya ada dua, ibu minum obat, tapi saya ga bisa jamin sepenuhnya sembuh karena sewaktu-waktu usus buntunya bisa infeksi lagi, atau, ibu bisa operasi, 99% pasien infeksi usus buntu menyatakan tidak ada keluhan pasca usus buntunya dibuang. Jadi keputusannya ada ditangan ibu."

*Tuh, benerkan, jawabannya itu-itu juga.

"Ya, udah, Dok. Operasi aja."

Damn.. akhirnya keputusan yang paling kontroversial itu keluar juga dari mulutku. Iyyaahh.. aku ini orangnya paling anti sama yang namanya operasi. Kalo masih bisa hindari, ya hindari aja sejauh mungkin. Tapi, ya, itu kan maunya aku, sebelum berhadapan sama penyakit ini. Lha kalo udah kadung begini, masa aku masih pertahankan prinsip ? Ga lah, realistis aja.


Dan, operasi usus buntu pun selesai.


Kalo dipikir-pikir ternyata ga salah juga alasan aku menghindari operasi selama ini. Ternyata operasi itu benar-benar ga enak banget. Berikut 3 alasan mengapa aku tidak menyukai operasi.

1. Anestesi itu menyakitkan

Image result for gambar anestesi
Sumber
Hal pertama yang membuat trauma untuk masuk ruang operasi lagi adalah proses anestesi (pembiusan). Tapi aku ga tau juga apa hal ini berlaku juga buat orang lain. Tapi dari yang aku alami sendiri rasanya sakit banget. Jadi untuk operassi usus buntu itu, sistem pembiusannya kurang lebih sama dengan orang melahirkan yaitu pake bius lokal. Jadi anestesi dilakukan pada ruas tulang belakang. Ntar, dokter anestesinya bakal menyuntikkan biusnya dari tulang belakang, dan saat itu adalah saat tersakit yang pernah aku rasakan. Emang sakit melahirkan itu luar biasa, tapi sakit saat proses anestesi itu sungguh berbeda. Sakitnya sampe ke tulang. 




2. Suntikan untuk tes alergi

Image result for gambar suntikan tes alergi
Sumber
Sepertinya ini juga tahapan yang penting banget sebelum operasi, untuk mengetahui apakah pasien alergi terhadap antibiotik atau tidak ? Dan suntikan ini juga sakit banget. Karena ga disuntikkan ke otot langsung ya, tapi ke jaringan di bawah kulit ari. Jadi tipis banget, jarum itu diselipkan di bawah kulit ari, dan obatnya disuntikkan di sana. Sakitnya ? Bangeett.




3. Ga bisa langsung beraktifitas

Image result for gambar susah jongkok
Sumber
Alasan ini adalah yang paling menyiksa menurut aku. Pasca operasi itu ga bisa langsung beraktifitas normal. Sekitar 3-4 hari masih bed rest aja, ga bisa ngapa-ngapain. Mo jongkok di toilet pun ga bisa. Belum lagi kalo tidur, mo miring pun susah, terlentang lama punggung pun pegal. Rasanya bener-bener ga nyaman.






Nah, itu dia ceritaku ketika operasi pertama kalinya. Maksudnya sih bukannya mendiskreditkan operasi itu sendiri ya, cuma pengen ngingatin diri sendiri, juga kamu-kamu semua agar selalu menjaga kesehatan. Karena sakit itu benar-benar ga enak, apa lagi kalo harus sampe operasi.

Buat tambah-tambah informasi nih, berikut aku kasih ciri-ciri gejala radang usus buntu, ini base on my story yaaa...
1. Mual dan muntah
2. Konstipasi atau begah
3. Susah buang angin
4. Diare
5. Nyeri pada perut bagian kanan

Oh ya, buat kamu-kamu yang juga pernah ngalamin sakit perut, jangan remehkan ya, apa lagi kalo gejalanya mirip seperti yang aku bilangin tadi, ada bagusnya diperiksa lebih lanjut, buat jaga-jaga aja kalo-kalo ada penyakit, semakin cepat cepat kita tau semakin baik, kan ?

Kasihan oppa Joong Ki, kan dia jadi khawatir karena ga bisa jagain. Hiks..







Thursday, May 12, 2016

I Have My Own Style

May 12, 2016 0 Comments
Sumber: https://www.buzzfeed.com/gayatrijayaraman/broke-hungry-and-on-trend?utm_term=.nfLXDrMZa4#.guMjwRPoGY

Judulnya sok-sok-an yak ? *langsung dijitak*

Ini tanganku ku mendadak gatal pengen nulis ini gara-gara satu artikel di buzzfeed yang wara-wiri di timeline FB. Kaya'nya aku ga sendirian deh, di timeline kamu-kamu juga ada kan ?

Di artikel itu disebutkan bahwa di India ada orang-orang yang 'rela' kelaparan demi ngikutin trend. Biar dibilang gaya dan trendy, tiap hari makan cantik di cafe-cafe mahal. Pake baju, tas dan sepatu branded, tapi faktanya uang di dompet ga cukup buat bayar makan siang. Gembel banget ga sih ?

Tapi sebenarnya peristiwa ini kejadiannya ga hanya di India aja lho. Bahkan aku yakin di Indonesia aja ada kok orang-orang yang mengutamakan penampilannya. Aku aja pernah liat orang yang tinggal di lingkungan rumahku sendiri, tiap hari harus menghilang lewat pintu belakang, gara-gara takut sama debt collector. Gayanya diluar sih wah banget, tapi ternyata ngutang. Sama rentenir lagi. Gak banget !

Itu gara-gara apa coba ?
Itu gara-gara peer pressure yang ga bisa mereka hadapi dengan santai.

*Gila loe Mer, peer pressure dihadapi dengan santai ? Sok banget loe ?*

Eh.. eh.. tapi tunggu dulu. Sebelum aku lanjutkan berargumen, sebelumnya aku mo kasih  dulu pengertian dari peer pressure itu. Ini buat kamu-kamu (termasuk aku sendiri) yang mungkin masih belum ngeh apa itu peer pressure.

Aku kutip dari http://www.hellodoctor.co.id/stres-dan-kecemasan-akibat-gaya-hidup-peer-pressure-tekanan-dari-teman-sebaya/, katanya Peer pressure itu adalah tekanan dari teman sebaya yang terjadi ketika seseorang atau sekelompok individu mempengaruhi orang lain untuk mengikuti kemauan mereka, biasanya dengan cara memaksa. Tujuannya adalah untuk mengubah sikap, nilai-nilai moral atau perilaku seseorang – biasanya kerap berkaitan dengan agama, obat-obatan, minuman keras, dan seks. Meskipun umumnya dianggap negatif, peer pressure juga dapat memiliki efek positif, misalnya: ketika orang-orang dianjurkan untuk berprestasi secara akademis, berolahraga, atau berpartisipasi dalam kegiatan sosial.

Kembali ke pernyataan aku di atas tadi.
Itu gara-gara peer pressure yang ga bisa mereka hadapi dengan santai. 

Kalo aku bilang sih iya, emangnya siapa yang suruh n maksa kita buat menjalankan gaya hidup seperti itu ?
Teman ? Lingkungan ? Tuntutan kerja ?

Kalo teman udah maksa-maksa kita untuk mengikuti sarannya yang negatif itu namanya bukan teman lagi. Jadi buat apa digauli. Menjauhlah dari lingkungan itu. Toh ga satu manusia di dunia ini. Asal mau buka mata, buka telinga dan yang terpenting buka hati untuk berteman dengan orang lain.
 
Trus kalo ada yang bilang peer pressure mereka datang dari tuntutan kerja, menurut aku sih itu alasan mereka aja yang dibuat-buat. Emangnya, kalo kamu kerja di perusahaan besar yang membuat kamu harus sering ketemu klien hebat, lantas itu harus menjadi alasan buat kamu berpakaian serba branded ?
Ga juga kan ?

Menurut aku sih yang harus diperhatikan itu adalah penampilan yang rapi, ga bau dan ga dekil. Rapi ga harus pake baju mihil kan ya ?

Asal pakaian itu bersih, ga kusut dan warnanya matching pasti keliatan menarik kok. Semahal apa pun pakaian loe, tapi kalo warnanya ga nyambung tetap aja keliatan norak. Kalo udah norak, semahal apa pun pakaian yang kamu pake, jatohnya tetap aja murahan. Nah lho ?

Trus, biar ga bau juga ga butuh parfum mahal kan ? Banyak kok parfum di luaran sana yang harganya ga nyampe seratus ribu, tapi wanginya enak.

Begitu juga kosmetik, ga perlu merek tertentu kan biar tampak cantik. Yang diperlukan itu adalah ilmu untuk menggunakan kosmetik itu dengan tepat. Semahal dan sebagus apapun kosmetik yang kamu punya, tapi kalo ga tau cara mengaplikasikannya dengan tepat, hasilnya ya tetap aja kaya ondel-ondel.

Jadi ga ada alasan tuh maksain diri beli produk branded demi tuntutan perkerjaan.

Trus kalo ada acara seminar, gathering dan ngumpul-ngumpul dengan komunitas itu harus banget ya nampak "wow' gitu ?
Buat apa sih ?
Biar jadi sorotan ?
Trus dapat pujian ? wah .. baju loe bagus ya, beli dimana jeng ? Lipstik kamu juga bagus, merk apa ?
Kalo emang itu alasannya, berarti bukan lingkungan dong masalahnya. Tetapi ada di diri kita sendiri.
Ga yakin dan ga percaya sama diri sendiri.

Kalo aku berpendapat sih ya, tanpa harus tampil 'wow' sekalipun orang-orang yang udah mengenal loe dengan baik lewat prestasi loe akan tetap menyimpan pendar-pendar 'wow' di mata mereka. Tanpa harus membuat diri jadi sorotan, spotlight itu bakal tetap menemukan keberadaan loe. Karena apa ? Karena prestasi yang loe toreh jauh lebih terang dari semua lampu-lampu sorot itu.

Jadi ga perlu lah ngerogoh kocek dalam-dalam, trus nyiapin budget khusus buat memenuhi style yang loe anggap 'wow' itu.

Style kok bergantung sama penilaian orang lain ?
Emangnya kalo dibilang beda itu dunia kiamat ya ?

Sebenarnya kalo pengen tampil beda itu ga harus mahal kok gais. Banyak kok tutorial mix and match pakaian yang murah meriah tapi cantik yang seliweran di internet. Tinggal seberapa keras usaha kitanya aja buat nyari ilmu.


Itukan dari segi penampilan, giman dong soal nongkrong di cafe mahal itu ?

Itu kembali ke diri masing-masing orang ya. Kalo aku pribadi nih, mending makan di warteg tiap hari tapi ga kelaparan sampai akhir bulan, dari pada makan mahal trus besoknya beli nasi padang aja ga bisa. Kalo emang mau makan enak n mahal itu sesekali sih boleh lah, kapan lagi nikmati hidup. Tapi tetep pake limit lah, jangan sampe harga seporsinya 3/4 gaji. Kalo udah tau harga makanan di cafe itu seporsinya 3/4 dari gaji, tapi demi gengsi tetap juga masuk, menurut aku sih kamu bunuh diri.
Ngapa ga nyemplung aja sekalian ke wajan kokinya, biar jadi menu istimewa berikutnya ?


Jadi, kalo aku berada dalam keadaan peer pressure seperti di atas itu, aku hadapi dengan kalimat santai aja, "Ini gayaku, so what, masalah buat lo?"



Tentang Euforia Kelulusan

May 12, 2016 0 Comments
Aku merasa tergelitik untuk menulis hal ini gara-gara melihat iring-iringan anak-anak sekolah yang merayakan hari kelulusan mereka. Berbondong-bondong di jalan raya, kebut-kebutan, tanpa helm dengan seragam penuh coretan warna-warni.

Mereka ketawa terbahak-bahak, cekakak-cekikik di tengah jalan raya yang rame sama kendaraan. Ga peduli dengan keselamatan diri sendiri juga keselamatan pengguna jalan lainnya. Yang ada dalam pikiran mereka cuma mereka hepi, senang, dan bahagia karena sudah lulus sekolah.

Image result for pesta kelulusanImage result for pesta kelulusan 
Image result for pesta kelulusanImage result for pesta kelulusan

Pertanyaannya, apakah lulus sekolah itu adalah ending dari kehidupan ?
Seperti film gitu, yang kalo udah kelar masalah, bintang utamanya tersenyum bahagia, trus senyum bahagia itu abadi di balik tulisan 'the end'.

Tapi kehidupan kan tidak sesimple itu. Seandainya saja anak-anak yang telah beranjak dewasa ini bisa berpikir sedikit lebih bijak, mereka tentu tidak akan se'gila' itu dalam mengekspresikan kegembiraan mereka. Seandainya saja mereka mau mengulurkan pikiran mereka sedikit lebih jauh ke depan, bahwa perjalanan mereka masih sangat panjang, pasti akan timbul pertanyaan besar di benak mereka. Akan jadi apa mereka setelah lulus nanti ?

Tulisan ini aku buat, juga sebagai reminder bagi diri sendiri. Karena aku sendiri juga punya anak, yang kelak bakal melewati fase seperti mereka. Dan adalah PR besar bagi aku dan suami agar Aira tidak latah ikut-ikutan mengikuti jejak pendahulunya.

Aku bisa menuliskan ini, karena memang Alhamdulillah ketika lulus SMU dulu aku dan teman-teman lainnya tidak mengikuti budaya jahiliyah ini. Tapi apa itu berarti perayaan kelulusan kami tidak bermakna ? Justru sebaliknya, perayaan kelulusan kami jauh lebih bermakna karena tanpa harus mencoret-coret baju, tanpa harus mubazir membeli cat semprot, kami rayakan kelulusan kami dengan berkumpul, saling mendoakan masa depan, dan saling mendoakan agar silaturrahim tidak terputus. Momen itu justru menjadi benang merah yang selalu menghubungkan kami dalam ikatan yang disebut 'keluarga'. Bukan hanya sebatas teman alumni yang setiap tahunnya ngumpul dalam acara reuni.

Mengutip status dari salah satu temanku di FB. Dia adalah seorang guru, pemerhati pendidikan dan dengan bangga aku sebutkan, dia adalah teman SMU dulu. Sejak lulus tahun 2000 hingga kini tahun 2016, sudah 16 tahun kami terpisah jarak dan waktu. Dan persaudaraan kami masih terjalin utuh, memori persahabatan kami tetap gak pernah hilang, walaupun ga melewati euforia corat-coret itu.

Jadi kepada adek-adek (atau harus ku panggil anak-anak ?) yang lulus sekolah hari ini. Apa yang kalian dapat dari aksi corat-coret itu ?

======
Link Gambar di sini
======