Wednesday, December 12, 2018

Pengalaman Melahirkan Normal dengan Biaya Ditanggung BPJS



Halo, Gais.

Lagi santer berita bahwa biaya persalinan normal gak ditanggung oleh BPJS, yah? Mumpung masih fresh from the oven nih, kali ini aku mau berbagi cerita pengalaman melahirkan normal dengan biaya ditanggung oleh BPJS.

Bagi teman-teman pengunjung setia blog ini, pasti udah tau nih ya. Beberapa bulan yang lalu aku pernah posting cerita bahwa aku lagi hamil. Bagi yang belum dapat ceritanya, silahkan dibaca artikelnya, ya.


Hari Perkiraan Lahir atau HPL dari dokter adalah sekitar tanggal 2 Desember 2018. 

Trimester pertama kehamilan aku lalui bener-bener tanpa ada gejala yang berarti. Aku ga mual, ga muntah, nafsu makan bagus, bener-bener normal seperti tidak hamil. Alhamdulillah, dengan kondisi kehamilan yang 'ga neko-neko' ini aku pun bisa menuntaskan puasa ramadhan tahun ini. 

Tetapi begitu memasuki trimester ke-dua, tubuhku mulai bereaksi. Aku keluar flek saat lebaran hari ke-3. Mungkin karena kelelahan, atau terlalu banyak aktifitas, terjadi pendarahan di jalan lahir. Alhamdulillah, hasil USG memperlihatkan bahwa kondisi kandunganku baik-baik saja. Dokter pun menyarankan agar aku istirahat yang cukup.

Karena saat itu masih suasana Idul Fitri, dimana klinik fasilitas BPJS masih tutup, aku melakukan pemeriksaan di rumah sakit swasta. Sekalinya namaku dipanggil sama kasir, busyet ... tagihannya tembus 600 ribu chuuuy. Hiks...hiks... Duit segitu berasa bangetlah sama eike.

Untuk jaga-jaga kejadian dikemudian hari, selang beberapa hari kemudian akupun melakukan pemeriksaan kandungan di fasilitas kesehatan yang di tunjuk oleh BPJS. Tanpa membuang waktu, akupun menceritakan perihal flek yang aku alami beberapa hari sebelumnya. Karena dokter yang bertanggung jawab di fasilitas kesehatan adalah dokter umum, yang sebenarnya tentu saja bukan bidang yang tepat untuk melakukan pemeriksaan terhadap kehamilan, maka oleh dokter di fasilitas kesehatan aku pun di rujuk ke rumah sakit yang ada dokter spesialis kandungannya.

Jadi, berbekal surat rujukan dari fasilitas kesehatan, aku pun melakukan pemeriksaan di rumah sakit yang ditunjuk. Saat itu usia kehamilanku masih 4 bulan.

Long short story, sejak itu setiap bulannya aku kontrol kehamilan di rumah sakit itu, berbekal surat kontrol dari dokter kandungan.

Memasuki usia kandungan 8 bulan, aku kembali kontrol ke rumah sakit. Tapi, oleh bagian administrasi, surat kontrol yang aku bawa tidak berlaku karena surat rujukan yang dijadikan acuan sudah kadaluarsa. Ternyata surat rujukan dari BPJS itu hanya berlaku selama 3 bulan. Jadi agar bisa melakukan pemeriksaan di rumah sakit itu, aku harus meminta surat rujukan lagi ke fasilitas kesehatan.

Aku pikir, ini hanya masalah administrasi doang, tinggal datang ke fasilitas kesehatan, minta pembaharuan surat rujukan, trus aku bisa lagi deh kontrol di rumah sakit.

Ternyata, aku salah!
Tidak semudah itu, Ferguso!

Fasilitas kesehatan ga mau memberikan surat rujukan tanpa pemeriksaan ulang. Nah, lho. Jadi, aku terpaksa deh mengulang lagi prosedur dari awal. Huhuhu.

Long short story again, aku pun ikutin prosedur lah, ya. Warga negara yang baik gitu, lho. Aku ceritain lagi deh kondisi kandungan yang aku rasakan. Perut bawah terasa keras dan nyeri dibawa berjalan, tapi tidak ada flek. Trus sama dokter di fasilitas kesehatan aku pun kembali dirujuk ke rumah sakit.

Kembali kontrol ke rumah sakit, oleh dokter aku dinyatakan baik-baik saja, usia kandungan masih 33 minggu, dan dijadwalkan kontrol kembali tanggal 25 November 2018. Padahal waktu itu masih tanggal 15 Oktober. Berarti masih ada waktu 1 bulan lebih untuk jadwal kontrol berikutnya.


Kontraksi Asli apa Palsu?

Lima hari setelah kontrol terakhir, aku merasakan mulas yang disertai diare. Rasa mulasnya bener-bener nyeri sampai aku ga sanggup berdiri, tetapi setelah mulasnya hilang, hasrat untuk BAB datang kuat banget. Ternyata diare. Begitu terus selama 3 hari berturut-turut, padahal ga ada salah makan ataupun masuk angin.

Diare hilang, tetapi rasa mulas ga juga berkurang. Bahkan semakin intens terjadi. Ibu mertuaku udah curiga, "Jangan-jangan kamu udah mau melahirkan tuh, Mer," katanya. Tapi mengingat kandunganku masih 34 minggu aku ga yakin kalau itu tanda mau melahirkan. Paling kontraksi palsu, sanggahku dalam hati.

Berharap rasa nyeri dan mulas berkurang, tetapi yang ada semakin kuat. Aku pun mulai was-was. Jangan-jangan bener nih yang mama bilang, wah...jangan-jangan udah bukaan lagi. Pikiranku semakin parno.

Tanggal 14 November, tepat sebulan setelah kontrol terakhir dan kurang lebih sudah 3 minggu rasa nyeri dan mulas itu aku rasakan. Keyakinanku pun mulai goyah. Akhirnya aku putuskan untuk melakukan pemeriksaan lebih cepat dari jadwal yang diberikan dokter. Aku hubungi bagian informasi menanyakan dokter kandungannya datang atau tidak. Qadarullah, dokternya cuti saudara-saudara. Allahu akbaar. Rasanya mau teriak saking keselnya, tapi sadar diri banget, percuma kan. Agar rasa penasaran ini terjawab, akupun meminta dokter alternatif. Ternyata oleh pihak rumah sakit, selama dokter itu cuti, semua pasiennya dialihkan ke dokter kandungan yang lain, yaitu dr. Darwin. Alhamdulillah.

Jadi tanggal 14 November, aku pun melakukan pemeriksaan ke dr. Darwin. Aku ceritakan semua yang aku rasakan selama kurang lebih 3 minggu terakhir. Kening dokter itu tampak berkerut mendengar ceritaku. "Kalau dilihat dari ciri-cirinya sih emang udah tanda-tanda mau melahirkan itu. Tapi usia kandungannya masih 37 minggu, ya. Sebentar, kita USG dulu, setelah itu kita lakukan pemeriksaan dalam saja, ya." kata dr. Darwin. Aku cuma angguk-angguk aja sih tanda setuju.

Setelah di USG, berat bayi diperkirakan 2.8 kg. Sudah kategori aman sih, kalau untuk dilahirkan. Selanjutkan akupun diperiksa dalam. Qadarullah, ternyata sudah bukaan 3. Mashaa Allah. Debay sepertinya sudah ga sabar pengen ketemu bunda, ayah, dan kakaknya.

Oleh dokter aku disarankan untuk stay di rumah sakit, karena prediksinya besok pagi bayinya lahir. Tapi mengingat masih bukaan tiga, status masih kategori aman, jika aku stay untuk dirawat di rumah sakit, maka biaya tidak akan di cover oleh BPJS.

Tanggal 15 November pagi, 15 menit sebelum azan subuh, ketubanku pecah. Tanpa pikir panjang lagi, kami pun meluncur ke rumah sakit, dan langsung menuju UGD, dan oleh UGD langsung diarahkan ke bagian kebidanan. Pukul 6 pagi aku dipasangin infus dan oksigen, pukul 9.45 WIB baby boy lahir dengan selamat lewat persalinan normal. Alhamdulillah. Semua biaya ditanggung oleh BPJS.




Jadi berdasarkan pengalamanku ini, dari kurang lebih 3 minggu merasakan nyeri dan mulas, maka kontraksi yang aku alami adalah kontraksi asli ya, gais. Karena ketika rasa sakitnya datang tidak bisa hilang atau berkurang hanya dengan berganti posisi. Tetapi karena masih bukaan awal, kontraksinya masih hilang timbul.

Untuk lebih jelasnya, ciri-ciri kontraksi asli adalah sebagai berikut:
  • Kontraksi menunjukkan pola, jarak, frekuensi yang tetap, dan semakin terasa lama.
  • Kontraksi terus terasa meski berganti posisi tidur atau ganti aktivitas. 
  • Rasa nyeri mulai merambat dari perut, pinggang, hingga pinggul.
  • Jika berjalan, bagian dalam kemaluan terasa bagaikan tersentrum, dan itu nyeri banget.
  • Timbul bercak darah, atau lendir berwarna merah muda.


Syarat-syarat persalinan normal yang ditanggung BPJS


Persalinan normal pada dasarnya tidak lagi ditanggung oleh BPJS. Tetapi dalam kondisi tertentu tetap bisa di cover oleh BPJS, yaitu jika ketika datang ke rumah sakit pasien telah menunjukkan tanda-tanda darurat sebagai berikut:
  • Ketuban belum pecah, tetapi sudah pembukaan enam atau lebih.
  • Ada atau tidak ada pembukaan jalan lahir, tetapi ketuban sudah pecah
Jika kamu mengalami hal-hal tersebut diatas, segeralah menuju UGD ke rumah-rumah sakit yang berkerja sama dengan BPJS. Meskipun tidak ada rujukan dari fasilitas kesehatan, tetapi jika sudah dalam kondisi tersebut di atas, BPJS tetap menanggung semua biaya persalinan.



Hati-hati Ketika Memilih Rumah Sakit Rujukan

Sebelum mengeluarkan surat rujukan, dokter di fasilitas kesehatan akan memberikan beberapa pilihan rumah sakit. Nah, hati-hatilah dalam memilih rumah sakit yang diajukan. Agar tidak kecewa di kemudian hari, pastikan untuk mempertimbangkan hal-hal berikut ini:

  • Pilihlah rumah sakit yang jaraknya tidak jauh untuk mempermudah proses pengobatan disaat kondisi darurat.
Disaat kondisi kesehatan tidak memburuk, jarak rumah sakit dari tempat tinggal memang tidak akan menjadi masalah besar. Tetapi bayangkan jika dalam keadaan darurat, jika rumah sakit yang dipilih terlalu jauh dari tempat tinggal, maka resiko yang dihadapi akan semakin besar.
  • Pastikan kredibilitas rumah sakit sudah terjamin. 
Rajinlah mencari informasi tentang rumah sakit yang layanannya bagus. Karena bukan rahasia lagi, ada beberapa rumah sakit yang 'kurang ramah' dengan peserta BPJS.
  • Pastikan dokter spesialis yang dituju selalu bertugas sesuai jadwal prakteknya. 
Rutinlah mencari informasi tentang dokter-dokter spesialis di rumah-rumah sakit yang ada di kotamu. Karena ada sebagian dokter spesialis yang statusnya 'on-call'. Jadwal prakteknya sih ada di rumah sakit itu, tetapi dia tidak selalu ada. Jadinya antara ada dan tiada, deh. Hihihi.

Ini berdasarkan pengalamanku, lho. Dokter spesialis yang menanganiku itu tempat tinggalnya ternyata di luar kota, kurang lebih 2 jam perjalanan gitu deh. Nah, karena jaraknya yang jauh ini, si dokter ga selalu datang pada jadwal prakteknya. Jadi kalo mau periksa, terpaksa deh telpon-telpon bagian informasi dulu, mastiin dokternya masuk atau enggak. Apesnya, waktu ditelpon pukul 10 pagi, bagian informasi bilang dokternya masuk sekitar pukul 2 siang. Pas pukul 2 siang aku nyampe di rumah sakit, bagian informasi malah bilang dokternya tidak jadi datang. Asem banget, kan? Untung saat itu kondisi bumil masih sehat dan cantik. Apa jadinya kalo udah pecah ketuban? Bisa brojol di meja informasi tuh bayik. Huft

Nah, itu dia beberapa hal yang perlu banget kamu pertimbangkan sebelum memutuskan untuk memilih rumah sakit rujukan.

Sekian ya cerita aku tentang pengalaman melahirkan normal dengan biaya ditanggung oleh BPJS. Semoga gak ngebosenin dan bermanfaat pastinya.

Teman-teman ada yang mengalami cerita yang sama?
Share di kolom komentar, ya.










No comments:

Post a Comment


Terimakasih telah berkunjung ^.^
Tinggalkan komentar ya, biar kita saling kenal.

Note : Mohon maaf, komentar anonim dan link hidup saya anggap spam, ya.