Saturday, April 4, 2015

[Cerpen] Bayi


Srok..srok..srok.. Sebuah suara sayup-sayup terdengar di sela-sela raungan kendaraan. Hari masih gelap, ayam jantan pun belum berkokok. Pak Moh dengan langkah tergopoh mencoba mencari asal suara, sebuah karung usang tersampir di pundaknya. Dari balik tumpukan kardus dia melihat sesosok bayangan putih yang bergerak turun naik. Suara itu semakin jelas terdengar.


“Siapa disana ?” tegurnya, sambil menjulurkan kepala ke balik tumpukan kardus. 

Teriakan Pak Moh membuat sosok itu kaget, lalu berkelebat pergi. Lari tunggang langgang. Pal Moh terkesiap, mengurut dada agar tenang. Sesaat senyap, lamat-lamat terdengar suara seperti anak kucing. Karena penasaran, Pak Moh mendekati suara itu. Dia berjinjit, pelan tanpa suara berusaha lebih dekat. Didepannya sebuah kardus bekas mie instant tampak bergerak-gerak. Dengan bergetar, dia ulurkan tangan untuk membuka tutup kardus. 

Astaga ! Pak Moh terperanjat, tubuhnya terpental ke belakang. Dalam kardus itu tergolek seorang bayi lengkap dengan tali pusarnya. Dia beristighfar beberapa kali, mencoba menenangkan hati. Melihat ke sekeliling, mencari orang untuk di minta tolong. Tidak ada seorang pun yang nampak. Orang-orang masih terlelap. Tanpa pikir panjang, dia raih kardus itu, memasukkannya ke dalam karung dan membawanya pulang.


“Lho .. kok balik lagi pak ?” Bu Moh heran, melihat suaminya pulang lagi. Pak Moh tidak langsung menjawab, dia menyeret tangan istrinya kedalam kamar, dan mengeluarkan kardus dari karungnya.


“Astaga ! kamu dapat dari mana ini pak ?” Bu Moh berteriak kaget. Tapi Pak Moh segera menyumpal mulut Bu Moh dengan tangannya.


“Ssstt.. kamu diam saja. Jangan ribut. Cukup kamu bersihkan anak itu, dan kubur ari-arinya” Matanya mendelik, memberi peringatan serius.


“Tapi pak..” Bu Moh masih ragu. Tapi melihat keseriusan di wajah suaminya, dia mengurungkan niatnya untuk protes. Bergegas, dia keluarkan bayi itu dari kardus, dan segera membersihkannya. Sementara itu Pak Moh, kembali pergi. Kali ini dengan sedikit mengendap-ngendap.


****

Suasana kota gaduh, televisi dan surat kabar heboh memberitakan tentang maraknya kasus penculikan bayi dan kematian misterius di beberapa tempat. Mendengar berita menyeramkan itu orang-orang jadi takut untuk keluar rumah. Mereka memilih untuk bertahan dan waspada di dalam rumah. 


Pak Moh berjalan di antara gang perumahan, memungut benda-benda terbuang yang bisa dia jadikan uang. Dia merasa sedikit aneh dengan jalanan yang sepi, tapi hanya sesaat, dia kembali teruskan berjalan.


****

Hari telah sore, Pak Moh mempercepat langkah kaki agar segera sampai kerumah. Perutnya yang keroncongan telah berontak meminta untuk segera diisi. Sedari pagi, hanya sepotong roti yang masuk ke perutnya. Itu pun ia dapat dari kotak yang tertinggal di bangku taman. Lagi pula dia tidak sabar untuk segera menemui bayi yang ia temukan tadi pagi. Naluri ayah-nya memanggil, setelah penantian panjangnya bersama istri.

Menjelang senja, dia sampai di rumah. Beberapa kali mengetuk, pintu tak juga terbuka. Dia memanggil istrinya berulang kali, namun tak juga terdengar sahutan. Hati kecilnya berbisik, ada sesuatu yang tidak biasa telah terjadi. Tanpa membuang waktu lagi, dia menendang sekuat tenaga, membuka pintu dengan paksa. Pintu lapuk itu tak berdaya, dia roboh seketika. Pak Moh segera lari kedalam rumah. Hanya beberapa langkah, dia terhenti dan berteriak histeris. Di depannya berdiri sosok mengerikan dengan potongan-potongan daging di tangannya. 



 

No comments:

Post a Comment


Terimakasih telah berkunjung ^.^
Tinggalkan komentar ya, biar kita saling kenal.

Note : Mohon maaf, komentar anonim dan link hidup saya anggap spam, ya.