Tuesday, April 28, 2015

Berbagi Bahagia Dengan Membuka Hati


BERBAGI BAHAGIA DENGAN MEMBUKA HATI

Dalam pikiran saya berbagi kebahagiaan itu adalah membahagiakan diri sendiri dengan cara membahagiakan orang lain. Saya meyakini bahwa untuk berbagi kebahagiaan dengan orang lain tidak harus menunggu diri sendiri bahagia terlebih dahulu. 

Sebenarnya ketika saya mengatakan membahagiakan orang lain, sebenarnya saya sedang menunjuk diri sendiri. Sayalah yang paling berbahagia ketika bisa membahagiakan orang lain. Meskipun sebelumnya saya tengah galau dan terluka, namun ketika secuil kebaikan yang saya lakukan ternyata bisa membuat orang lain tersenyum bahagia, maka saat itu juga diri ini merasakan kebahagiaan yang luar biasa.

Kebahagiaan itu saya ibaratkan sebuah bola yang dipantulkan ke lantai. Ketika bola itu dipantulkan dengan lemah, maka pantulannya pun pelan. Sebaliknya jika bola itu dipantulkan dengan kuat, maka pantulannya akan cepat. Nah, begitu pula lah kebahagiaan itu. Ketika kita pelit membahagiaakan orang lain, maka kebahagiaan itu juga akan jarang menghampiri. Semakin banyak kita bahagiakan orang lain, maka kebahagiaan yang kita rasakan justru berlipat ganda. Begitulah cara saya dalam berbagi kebahagiaan.

Satu bukti nyata di depan saya adalah ketika melihat perjuangan suami dalam membahagiakan anak dan istrinya. Dalam semua keterbatasan fisik yang dia miliki tak sekalipun dia menyatakan lelah atau pun susah dalam membahagiakan orang lain. Dia selalu dengan hati terbuka membantu orang-orang yang bahkan dia tidak kenal. Padahal jika dia mengatakan hidup itu berat, pasti saya bisa sangat memakluminya. Saya yang normal saja terkadang pernah merasakan hidup ini berat, apa lagi dia, tentu berkali-kali lipat lebih berat. Karena sebagian orang telebih dahulu mencap dia ‘tidak bisa’ bahkan sebelum dia sempat mencoba. Tapi kenyataannya dari mulutnya itu tidak pernah terlontar kata-kata itu. Hatinya selalu terbuka untuk menebar kebahagiaan. Dengan haru saya berani menyatakan dialah sumber inspirasi kebahagiaan bagi kami.

Saya menyadari sepenuhnya tidak memiliki banyak hal untuk dilakukan dalam membahagiakan orang lain. Saya bukan dokter yang bisa menyembuhkan banyak orang, bukan pula guru yang bisa mengajarkan banyak hal. Saya hanya seorang ibu biasa yang sehari-hari berkutat di kantor dan perkerjaan rumah tangga. Nothing is speciall about me. 

Lantas apakah semua itu membuat saya tidak bisa membahagiakan orang lain ? Tentu tidak. Meskipun saya tidak memiliki keterampilan khusus dalam membahagiakan orang lain, ternyata masih ada jalan lain yang bisa dilakukan. Cara ini tidak butuh keahlian khusus, tidak memerlukan uang, hanya membutuhkan sedikit kemauan yaitu kemauan untuk selalu membuka hati. Saya percaya, kunci kebahagiaan itu terletak pada hati yang selalu terbuka dalam menerima semua keadaan.

1. Membuka hati untuk membantu orang lain.

Memberi bantuan kepada orang lain bisa dilakukan dalam banyak hal bukan ? Menurut saya tidak perlu menunggu jadi orang hebat baru bisa membantu orang lain. Seperti hal-hal kecil yang saya lakukan di kantor misalnya, saya melihat rekan kerja yang beberapa kali di tegur oleh atasan karena dianggap lamban menyajikan data. Dilain waktu data yang diajukan tidak akurat, sehingga pimpinan tidak bisa menganalisa dengan tepat. Saya pun menawarkan bantuan kecil berupa rumus-rumus simple untuk laporannya sehingga bisa disajikan dengan cepat dan akurat. Dengan begitu dia tidak lagi mendapat teguran dari pimpinan, bahkan beberapa kali pujian dia terima karena dianggap mampu menjawab tantangan perkerjaan. Dia bahagia ? Pasti. Tapi tahukah anda ? Dibalik kebahagiaannya itu sebenarnya saya orang yang paling berbahagia, karena bisa meringankan sedikit beban perkerjaan yang dia hadapi.

       2. Membuka hati untuk kata maaf.

Disengaja atau tidak sebuah kesalahan yang dilakukan akan menimbulkan dampak pada seseorang. Baik itu korban atau pun pelaku. Untuk orang yang menutup hati, lalu terpuruk dalam rasa bersalah dan penyesalan yang dalam, yang ada adalah dia telah menyiksa diri sendiri dan orang lain yang ada disekitarnya. Lain halnya jika dia membuka diri, menganggap kesalahan itu sebuah pelajaran yang berharga tentu saja dia akan tetap optimis memandang hidup. Dia telah membuka hati untuk memaafkan dirinya sendiri. Dan juga membuka diri untuk lebih rendah hati mengakui kesalahan itu dan segera meminta maaf kepada korban yang dirugikan. Masing-masing pihak membuka diri untuk memaafkan dan dimaafkan. Hidup pun terasa damai, tidak ada lagi prasangka, hilang sudah semua  duka. Bahagia jadi milik bersama. Yeeyy J


      3. Membuka hati terhadap kritikan.

Melihat sesuatu yang salah, tidak berada di tempatnya, atau tidak dilakukan dengan sebagaimana mestinya, lidah saya cenderung gatal untuk melontarkan kritik. Rasanya hati ini belum tentram jika yang salah itu belum di perbaiki. Jika berhadapan dengan situasi seperti ini biasanya saya akan langsung memberikan kritik dan saran kepada orang yang bertanggung jawab. Seperti kejadian dirumah tempo hari. Satu kebiasaan suami yang suka nyebelin plus ngangenin itu adalah habis menggunakan peralatan tapi tidak di simpan ketempat semula. Semua dibiarkan berserak di tempatnya berkerja. Naahh.. biasanya lagi si Papa mertua akan nyerocos dari pagi hingga sore karena keberatan barang-barang kesayangannya itu ditelantarkan. Kalau sudah begini, si Mamah yang ga tahan mendengar omelan Papah jadi ikutan sewot. Pertengkaran pun tidak bisa dihindarkan. Menyedihkan bukan ? Jadi sebelum itu kejadian, saya terlebih dahulu mengkritik suami. Alhamdulillah, suami saya terbuka hatinya menerima kritikan, sehingga dia menyadari kesalahannya dan segera memperbaikinya. Melihat anaknya tertib dalam menggunakan barang, si Papah pun senang, darah tingginya ga jadi kumat. Si Mamah pun senang karena rumah ga jadi berantakan. Yeeaayyy .. hepi bertubi-tubi.

Saya rasa masih banyak lagi yang bisa dilakukan untuk berbagi bahagia dengan orang lain. Selagi kita bisa membuka hati sudah pasti kita bisa berbagi kebahagiaan itu dengan semua orang. Berbagi bahagia bersama sahabat, berbagi bahagia bersama keluarga. Karena semua kebahagiaan itu akan menjadi gelombang tsunami yang sangat besar sehingga menyeret diri sendiri kelautan bahagia yang sebenarnya.

No comments:

Post a Comment


Terimakasih telah berkunjung ^.^
Tinggalkan komentar ya, biar kita saling kenal.

Note : Mohon maaf, komentar anonim dan link hidup saya anggap spam, ya.