Tuesday, October 28, 2014

The Most Important is Attitude

Sekarang sedang ramainya orang membicarakan tentang seorang anak desa yang jadi Menteri. Banyak hujatan datang karena latar belakang pendidikannya yang dianggap tidak layak untuk menjadikannya seorang Menteri. "Bahkan untuk menjadi seorang OB dikantor-kantor saja saat ini minimal adalah tamatan SMU, masa' sih tamatan SMP jadi Mentri, ya ga pantas lah !" Demikian salah satu tanggapan masyarakat yang mengomentari hal ini. Namun juga tidak sedikit yang mendukung si Ibu ini jadi Menteri. "Alaaaahh.. sarjana sekarang mah bukan jaminan untuk seseorang itu lebih pintar. Justru mereka-mereka yang pendidikannya lebih rendah itu lebih ulet dalam berkerja. Lihat saja konglomerat Indonesia seperti Bob Sadino itu. Sekolah aja gak tamat, tapi lihat dia bisa juga berhasil. Kaya raya lagi !". Tanggapan lainnya dengan berapi-api.

Keputusan Presiden Jokowi dalam menempatkan Ibu Susi Pudjiastuti ini dalam jajaran Mentri di Kabinetnya memang sangat fenomenal. Mungkin dalam sejarah dunia sekalipun, peristiwa ini baru pertama kali terjadi. Sebagai seorang yang terpelajar dan disekitarnya juga berada orang-orang terpelajar, saya yakin keputusan Presiden Jokowi pasti telah melewati proses yang matang dan beliau juga pasti telah mempertimbangkan dengan baik efek-efek yang akan timbul pasca pengumumannya itu.

Saya pribadi tidak bisa menempatkan opini saya pada satu pihak dengan yakin. Karena hati kecil saya mengamini semua pro kontra yang ada saat ini. Disatu sisi saya setuju dengan pendapat sebagian kalangan yang menyatakan seorang Menteri itu haruslah dari kalangan terpelajar dan berpendidikan tinggi. Karena semua ilmu yang dia dapat dari jenjang pendidikannya itulah yang diharapkan mampu mengarahkannya dalam membuat kebijakan demi kemajuan bangsa. Namun disisi lain hati saya berkata, bukankah pengalaman adalah guru yang paling baik. Untuk seorang Susi yang notabene hanyalah seorang berpendidikan rendah, namun dalam kenyataannya dia mampu mencapai kesuksesan dalam usaha yang dia bangun dari nol, apalagi yang bisa mendidik dia dengan sangat baik jika bukan pengalamannya ? Saya rasa pengalamanlah yang membuat dia memiliki ilmu yang luar biasa itu. Bedanya adalah sarjana memiliki ijazah, namun dia tidak.

Mata kepala saya sering menjadi saksi bahwa banyak sarjana yang bahkan dari universitas terbaik dinegeri ini justru tidak mampu menjadikan dia menjadi pribadi yang sukses. Ternyata ilmu yang dia peroleh dari bangku universitas tidak bisa dia terapkan dengan baik. Jangankan untuk menyukseskan orang-orang disekitarnya, menyukseskan dirinya sendiri pun tidak bisa. Coba kita bandingkan dengan sosok Ibu Susi tadi. Dia hanya lulusan SMP, namun arti hadirnya telah dirasakan oleh masyarakat disekitarnya. Dengan ilmunya yang 'tidak seberapa' itu dia telah menjadi 'the change maker' bagi masyarakat disekitarnya.

Sekarang yang menjadi persoalan berikutnya adalah soal 'sikap' ibu kita yang dianggap sebagian besar orang 'kurang sopan'  dan terkesan 'preman'. Sebut saja seperti tato di kaki dan rokok yang mengepul ditangannya. Negara kita memang masih memandang tabu' untuk seorang wanita yang merokok. Bahkan ada masyarakat yang memandang negatif wanita yang merokok dan mencapnya sebagai 'wanita yang tidak baik'. Ditambah lagi pemerintah kita sedang giatnya menggalakkan budaya hidup sehat dengan menjauhi rokok. Salah satu bentuk dukungan pemerintah adalah dengan adanya upaya Kementrian Kesehatan merubah slogan yang ada pada rokok. Nah dengan dipilihnya seorang Mentri wanita perokok dalam jajaran kabinetnya seolah-olah Presiden Jokowi bersikap sebagai orang yang 'pro' rokok. Buktinya saja Mentrinya merokok. Wanita pula. Whew :/

Hal tersebut diatas adalah menjadi alasan mengapa postingan ini saya beri judul The Most Important is Attitude !

Seandainya saja, sosok ibu Susi yang kontroversi ini bukanlah seorang yang merokok dan tidak bertato, saya yakin masyarakat tidak akan sedemikian hebohnya dalam memberi komentar. Karena seorang Mentri adalah tangan kanan Presiden yang semua tingkah lakunya akan menjadi sorotan masyarakat dan menjadi teladan bagi putra-putri penerus bangsa kelak.

Tidak bisa dipungkiri sikap dan penampilan adalah hal pertama yang dinilai pada diri seseorang. Sepintar apapun seseorang  jika tidak memiliki tata krama dan sopan santun yang baik juga tidak bagus. Pada dasarnya ijazah hanyalah sebuah bentuk pengakuan atas ilmu seseorang yang diberikan dalam bentuk kertas. Diatas itu semua ada yang lebih dari sekedar ijazah, yaitu attitude dan  implementasi dari ilmu itu sendiri. Jika ilmu yang dimiliki hanya berada pada selembar kertas ijazah, tidak akan ada artinya dalam hidup selain hanya untuk sebuah prestise saja. Ilmu yang sesungguhnya adalah ilmu yang mampu diterapkan dan dikembangkan khususnya bagi orang-orang di lingkungan sekitar kita, dan untuk negara dan bangsa pada umumnya.

So .. what ever I said, wouldn't be able to change anything.

To Mrs Susi, congratulations ! We are waiting for your breakthrough !

Semoga bermanfaat

~Salam Sukses~

No comments:

Post a Comment


Terimakasih telah berkunjung ^.^
Tinggalkan komentar ya, biar kita saling kenal.

Note : Mohon maaf, komentar anonim dan link hidup saya anggap spam, ya.