Friday, March 27, 2015

Kekuatan Seorang Istri

March 27, 2015 0 Comments
Saya pernah membaca di sebuah buku, dulu sekali, judulnya saya lupa, dari buku itu saya mencatat satu buah ungkapan yang berbunyi "Dibalik Kesuksesan seorang Pria, pasti ada wanita hebat dibelakangnya. Tanpa saya sadari ternyata ungkapan tersebut bersemayam dibawah alam sadar saya. Oleh karenanya beberapa kali mengamati tokoh-tokoh yang sukses saya selalu berminat untuk mengetahui kehebatan wanita yang berada di belakangnya.

Salah satu tokoh negarawan yang sampai detik ini masih sangat saya kagumi adalah almarhum Presiden RI ke-2 yaitu Bapak Soeharto. Meskipun banyak berita miring yang mengelilingi beliau pasca lengser dari RI-1, tapi hati kecil saya tidak bisa memungkiri bahwa saya mengagumi beliau. Beberapa buku yang mengulas tentang biografi beliau sebisa mungkin tidak saya lewatkan. Mengingat saya bukanlah seorang pembaca yang maniak, terkadang untuk mempercepat waktu dalam menyelesaikan bacaan saya, jika ada beberapa halaman yang menurut saya bahasannya kurang saya minati, maka halaman tersebut pasti saya skip. Tapi setiap halaman yang membahas tentang tokoh-tokoh wanita yang ada dibelakangnya sudah pasti tidak akan saya lewatkan satu huruf pun.

Beberapa hari yang lalu saya mendapatkan pelajaran berharga dari seorang wanita yang menjadi istri salah satu kenalan saya. Dari sekian banyak kenalan yang saya miliki, dia adalah salah satu yang saya favoritkan. Ada beberapa kelebihan dia yang sangat menonjol dibandingkan yang lainnya sehingga saya berminat untuk menjadikannya sebagai salah satu orang yang patut saya teladani. Selain smart, dia itu juga humble dan sangat religius. Beberapa kali bertemu saya selalu iri dengan kesederhanaan beliau. Dan dia juga sangat suka berbagi ilmu dengan semua orang. Dan ketika mengkritik bawahannya dia selalu menggunakan bahasa yang sangat sopan, namun 100% mengena ke sasaran. Oh ya, untuk artikel ini saya sebut saja dia Pak Boy. 

Ternyata di balik ketaatannya dalam beribadah, tersimpan satu perjalanan spiritual yang menurut saya sangat luar biasa. Dari cerita yang saya dapat, dia terlahir sebagai penganut Hindu, dan diusia 20an menikah dengan wanita beragama Hindu juga. Ternyata pernikahan itu tidak berumur panjang, setelah dikaruniai oleh satu orang putra mereka bercerai. Selang beberapa tahun beliau menikah dengan seorang wanita Khatolik. Mengingat gereja Indonesia belum bisa menikahkan pasangan yang beda keyakinan, maka kuat dugaan saya beliau mengikuti agama sang istri. Pernikahan ini tidak bertahan lama, mereka pun berpisah. Cukup lama dengan kesendiriannya, beberapa tahun kemudian beliau bertemu dengan mantan pacar yang sudah terpisah selama sepuluh tahun. Cuma saya kurang tahu pasti, apakah ketika mereka bertemu si mantan pacar ini telah menikah atau belum. Yang menarik perhatian saya adalah, beliau memutuskan untuk menjadi seorang muslim ketika menikahi mantan pacar yang muslimah itu. Berkat keuletan dan kesabaran seorang istri, beliau yang masa mudanya bisa di bilang tidak begitu 'dekat' dengan Tuhan, mulai menemukan jalan untuk lebih mengenal Penciptanya. Bahkan kalau boleh saya bilang, beliau itu sangat taat menjalankan ibadah lima waktunya. Semua itu terjadi tentu saja melewati sebuah proses yang menurut saya tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Dan ternyata memang benar, beliau bisa menjadi setaat itu karena melihat contoh langsung ketaatan istrinya didepan matanya sehari-hari. Semua ilmu keislaman yang dia baca dari beberapa buku, menjadi semakin mudah dipahami karena kesehariannya selalu dicontohkan dengan baik oleh sang istri. Istilah kerennya orang-orang sekarang mungkin bisa disebut Learning by doing. Dari pancaran matanya, entah kenapa, saya merasa sangat yakin, beliau telah menemukan kedamaian hidup yang mungkin dulu belum ditemukan.

Selamat berbahagia ya Pak.. Senang sekali rasanya bisa mengetahui sekelumit kisah hidup bapak yang inspiratif.





 

Susahkah untuk Ngantri ?

March 27, 2015 0 Comments
Selama hidup di muka bumi ini, ada satu hal yang paliiiiingg aku ga suka yaitu Orang yang ga mau antri. Kalo ketemu sama orang tipikal begini, kulit ku bisa mendadak bentol karena alergi. Yak.. aku alergi *pake banget* sama orang yang suka nerobos antrian. Berasa cuman dia aja yang paling penting, paling mendesak, merasa istimewa lantas minta di dahulukan. Huft *sabar*

Berbekal kejadian kemarin sore nih, aku mau share sama teman-teman tentang budaya yang orang Indonesia *khususnya* sering abaikan.

Sebenarnya gejala alergi ku itu mulai muncul waktu siangnya ngantri mengisi bbm di salah satu SPBU di Pekanbaru. Panas terik, antrian panjang, sementara petugas hanya ada dua orang. Bisa kebayang donk panjangnya antrian waktu itu. Udahlah berpeluh-peluh, capek ngantri, eh pas giliranku hampir tiba, sekonyong-konyong dari belakang ada ibu-ibu yang menerobos antrianku, dia minta di dahulukan karena ada keperluan mendesak. Saya sempat protes kepadanya, tapi susah ya bo' ngelawan ibu-ibu, akunya baru ngomong satu huruf eh dianya capcus nyampe tiga paragraf, mengemukakan berbagai alasan yang sepenuhnya aku ga begitu paham. Tapi ya sutralah.. aku coba ikhlas, berlapang dada, menanamkan pikiran positif, mungkin memang benar ada keadaan urgent yang mengharuskan dia menerobos antrian. *alhamdulillah bentol ga jadi muncul*

Sorenya, waktu dalam perjalanan pulang ke Duri, alergi ku kumat lagi. Kejadiannya waktu itu beberapa ratus meter di depan kami, ada mobil mengalami kerusakan. Dan apesnya lagi kerusakan itu terjadi pas di sekitar ruas jalan yang rusak pula. Waduh, dengan kondisi jalan yang rusak aja, sudah pasti kenyamanan berkendara terganggu, ditambah lagi dengan mobil yang rusak pas disitu *garuk-garuk kepala*. Oleh karena itu terciptalah antrian kendaraan yang puuuaaaannjaaaang sekali. Syukurnya dari informasi yang kami dapat, ada petugas dari kepolisian yang mengatur lalu lintas dengan memberlakukan buka-tutup di ruas jalan yang rusak. Lagi bete-betenya ngantri, tiba-tiba mobil lain yang berada di belakang kami, menerobos antrian dengan memacu kendaraan pada ruas jalan disebelah kami yang sengaja dikosongkan agar kendaraan dari arah berlawanan bisa jalan *ternganga*. Belum lagi sempat menutup mulut yang menganga karna kaget, eh aksi mobil tadi justru di ikuti oleh mobil-mobil yang lainnya. Apa yang terjadi berikutnya ? Bisa di prediksilah, kendaraan dari arah depan yang seharusnya bisa lewat, jadi terhambat karena ruas jalan mereka telah diisi penuh oleh kendaraan yang ga sabar ngantri tadi. Sehingga terjadilah macet berlapis. Mau maju ga bisa, mau mundur juga ga bisa. Mau ke kiri ada tebing, ke kanan ada jurang. Jadilah kami kaya ikan pepes yang terjepit di tengah kerumunan kendaraan.

Akibat ulah ketidak sabaran dalam mengantri, kemacetan yang seharusnya bisa diatasi dalam waktu 30 menit, jadi molor hingga berjam-jam. Rasa kesal dan capek berbaur jadi satu sehingga menelurkan bahasa yang tidak sedap dari mulut mereka-mereka yang terjebak dalam situasi itu.

Aku jadi merenung dan bertanya pada diri sendiri, begitu susahkah untuk mengantri itu ? Begitu sulitkah untuk bersabar menunggu waktu giliran tiba ? Begitu beratkah membiarkan orang yang berada lebih di depan untuk menadapatkan kesempatan lebih dulu ?

Untuk semua pertanyaan itu, dengan mudah sih jawab "TIDAK"

Aku belajar pada pada alam yang selalu teratur dan berjalan dengan tertib dalam antriannya. Belajar dari sabarnya bulan yang muncul menghiasi langit setelah matahari puas mengitarinya disiang hari. Belajar dari siang yang mendapatkan giliran setelah pagi, dari sore yang sabar antri dibelakang siang, dan malam yang dengan sigap menggantikan sore kemudian belajar dari sabarnya pagi yang hadir setelah malam yang panjang. Pagi dan senja tak pernah protes mengapa giliran mereka lebih singkat dari pada malam. Siang pun tak pernah protes karena harinya tersengat panasnya matahari. Karena segala sesuatunya telah di atur dengan baik oleh Tuhan Yang Maha Tahu apa yang terbaik bagi hambanya.

Jadi kamu ! *nunjuk yang tadi nerobos antrian panjang*
Susahkah untuk ngantri ??
*masih sebel ternyata*


Friday, March 20, 2015

Memaknai Arti Sebuah Tanggung Jawab

March 20, 2015 0 Comments
Sebenarnya saya merasa tidak terlalu pede jika harus membahas tentang sebuah tanggung jawab. Karena dengan pengalaman hidup yang masih sautil rasanya masih belum pantas saya memberikan pendapat seputar hal ini.

Tapi banyaknya peristiwa yang terjadi disekitar saya, yang jika dirunut ke belakang, sebagian besar terjadi karena adanya faktor kelalaian akan tanggung jawab yang diemban. Hal inilah yang akhirnya mampu menggelitik sanubari saya untuk menuangkan beberapa pendapat saya tentang Memaknai Arti Sebuah Tanggung Jawab.

Sebelum membahas tanggung jawab pada orang lain, terlebih dahulu saya membahas tentang tanggung jawab yang melekat pada diri saya pribadi. Saya tidak berani mengomentari orang-orang disekeliling saya, sebelum saya mengkaji lebih dalam diri saya sendiri.

Siapa saya ?

Ini adalah langkah awal saya untuk mengetahui tanggung jawab yang saya emban. Saya adalah seorang ibu, seorang istri, seorang menantu, juga seorang karyawan. Dengan semua label yang ada dipundak saya, saya harus memahami dengan baik apa tugas dan tanggung jawab saya sesuai label-label tersebut. Selain itu saya juga harus mengetahui dengan persis apa resiko yang terjadi jika saya melalaikan tugas dan tanggung jawab saya itu. Dan masih banyak lagi label yang melekat pada diri seseorang, dan tentulah semua label itu memuat tugas dan tanggung jawab di dalamnya.

Agar resiko yang tidak diharapkan itu tidak terjadi masing-masing orang yang memegang tanggung jawab hendaklah menjalankan tugasnya dengan baik. Jangan sampai hanya karena rasa jenuh sesaat, orang itu lalai dengan tugasnya. Sudah banyak terjadi bukan, hanya karena mengabaikan rasa kantuk yang mendera, seorang supir bus bisa merenggut nyawa semua penumpangnya. Siapa sih yang mau musibah seperti itu terjadi ? Tidak ada bukan ? Tapi karena pihak-pihak yang bertanggung jawab didalamnya suka lalai dan remeh karena merasa telah mahir atas apa yang dikerjakan, resiko ini harus diterima oleh semua orang yang berada disekitarnya.

Image result for gambar animasi
Sumber
Saya rasa hal ini juga berlaku dalam hal berkerja. Sebagai seorang admin saya memahami dengan baik tugas dan tanggung jawab saya adalah mengirim laporan tepat waktu. Terkadang karena jenuh atau terlena dengan mudahnya perkerjaan, tidak jarang saya menunda perkerjaannya dan sibuk melakukan aktifitas lain yang tidak berhubungan dengan perkerjaannya. Padahal jika mau merenung lebih dalam, sebenarnya ada orang lain yang dirugikan ketika kita menunda kewajiban yang seharusnya kita lakukan tepat waktu.
Memahami betapa besarnya dampak dari sebuah kelalaian, saya pun berbenah diri. Setelah melihat banyak bukti yang terjadi, akhirnya saya sampai pada satu kesimpulan bahwa Kedisiplinan kita mempengaruhi efektifitas kerja orang lain.





Thursday, March 19, 2015

Aku Rindu Ibu

March 19, 2015 0 Comments
Semalam aku melanggar janji kepada suami karena kembali mewek di depannya. Padahal sebelumnya aku pernah berjanji untuk tidak akan menangis lagi di depannya. Tapi semua ini benar-benar di luar kendali aku sebagai empunya hati.

Tanggal 26 Maret 2015 ini, berarti enam tahun sudah ibuku tercinta berpulang ke sang Khaliq. Semenjak ditinggal oleh beliau aku merasa nelangsa karena menjadi yatim piatu ditengah-tengah pusaran badai kehidupan seorang diri.

Dari remaja hingga dewasa ibu adalah satu-satunya teman tempat aku berbagi semua keluh kesah. Dekapan hangatnya selalu mampu menjadi obat penawar untuk semua kerisauanku. Dia sosok yang sangat tegar meski sering kali berhadapan dengan kerasnya benturan ekonomi. Tak pernah sekalipun dia terdengar mengeluhkan kesulitan yang dia hadapi. Kesabarannya merawat bapak yang stroke sejak aku SMU sungguh tidak bisa ditandingi. Meskipun tubuhnya tak lagi bugar karena beberapa penyakit tua telah menggerogotinya, tapi dengan penuh senyum dia selalu bisa bangkit tatkala bapak memanggil minta di perhatikan. Ah.. mengingat semua itu mata ini selalu basah oleh air mata.

Pernah suatu waktu, ketika bulan baru menunjukkan angka 20, sementara uang ditangan tersisa tidak sampai seratus ribu. Jadwal gajianku kurang lebih masih sepuluh hari lagi. Belanja harian, ongkos pergi-pulang kerja hingga biaya pengobatan bapak semuanya ada disitu. Ibu dengan bijaknya membuatkan menu nasi goreng setiap hari untuk bekal dan makan sehari-hari. "Yang penting obat bapak jangan sampai ga ada" kata ibu kala itu. Ah.. ibu di hari tua mu  pun, anak yang tak berguna ini masih belum bisa menyenangkanmu.

Kami pernah sedikit berargumen ketika aku menyarankannya untuk menggunakan kompor gas. Karena dengan harga minyak tanah yang melonjak saat itu, sungguh sangat berat bagi kami untuk menutupi biaya hidup sehari-hari. Tapi ibu takut dan tidak berani menggunakan kompor gas. Takut meledak katanya. Sekarang aku sangat menyesali sikapku saat itu yang tetap ngotot memintanya memakai kompor gas. Maafkan aku bu.. Anakmu pasti telah melukai hatimu.

Ibuku wanita yang sangat pemberani. Dia rela berkorban untuk anak-anaknya. Ibu tidak akan pernah bisa terima jika anaknya diperlakukan tidak wajar oleh orang lain. Sekalipun anaknya itu salah, sebisa mungkin ibu akan membela anaknya. Dia tidak peduli meskipun orang lain mencibir sikapnya itu. Baginya anak adalah permata hatinya yang tidak akan dia izinkan orang lain untuk menyakitinya. Meskipun setelah orang itu pergi ibu akan membantai kami habis-habisan.

Bu.. pernahkah kita pergi berjalan-jalan ? Ga pernah ya.. karena waktu itu kita memang tidak punya uang yang lebih untuk berjalan-jalan. Bagi ibu di ajak makan di Rumah Makan Sederhana saja sudah merupakan jalan-jalan. Begitu sederhana pemikirannya. Dia tidak mengenal segala macam hal yang mewah. Bahkan untuk sekedar emas sekalipun sepanjang yang aku tahu ibu tidak pernah memakainya. Bagi ibu dari pada membeli perhiasan lebih baik untuk biaya pendidikan. Ibu tidak ingin anak-anaknya putus sekolah. Cita-cita ibu adalah semua anaknya bisa sekolah setinggi-tingginya. Seandainya waktu bisa kuputar kembali, betapa  ingin aku mengajak ibu mengunjungi Masjidil Haraam, sebuah tempat yang sangat dia impikan. Ya.. disisa umurnya, berhaji adalah satu-satunya kata yang menjadi doa sebelum tidurnya. Alhamdulillah ya bu, meskipun ibu telah tiada, tapi gelar Hajjah itu berhasil juga kami sematkan di samping namamu di batu nisan itu. Aku sangat berterimakasih kepada kakanda It yang telah menunaikan nazarnya menghajikan ibu.

Hhhh.. dadaku terasa berat. Aku rindu padamu Ibu. Rasanya belum puas hati ini karena belum maksimal berbakti kepadamu. Masih banyak dosa yang ingin aku tebus. Masih banyak kesalahan yang ingin aku perbaiki.Terlalu banyak gelak tawa kita yang tertunda karena beragam kesulitan dimasa lalu. Kini hanya bait-bait doa yang bisa ku lantunkan disetiap hela nafasku. Berharap semoga Allah yang Maha Pengampun mengampuni semua dosa dan kekhilafanmu. Berharap semoga Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang menerima semua amal ibadahmu, menyayangimu sebagaimana engkau menyayangiku semasa aku kecil. Berharap semoga Allah Yang Maha Adil memberikan tempat terbaik disisiNYA yaitu tempat diantara orang-orang yang beriman. Aku memohon semoga Allah melapangkan kuburmu dan mengurangi azab kubur untukmu. Aamiin ya Allah..

*****
Mengenang Ibunda Lela Isnah
Lahir : Lubuk Sikaping, 05 Mei 1939
Wafat : Pekanbaru, 26 Maret 2009
*****


Wednesday, March 18, 2015

Sstt.. Ternyata Menikah Itu...

March 18, 2015 0 Comments


Saya telah menjalani pernikahan selama kurang lebih 6 tahun. Dari perjalanan rumah tangga kami yang memang masih tergolong muda itu saya merasakan ternyata menikah itu nikmat. Jadi rugilah mereka yang suka menunda-nunda menikah karena alasan-alasan tertentu.

Dari pengalaman saya pribadi nih, ya, ssst ... ternyata  : 

1. Menikah itu Mendatangkan Rezeki

Saya dan suami boleh dibilang tidak pacaran. Meskipun kami saling kenal semasa kuliah dulu, namun hubungan kami semasa itu hanya sebatas teman yang saling tegur sapa diruang kelas. Tapi Allah mempertemukan kami justru setelah satu tahun lepas dari bangku kuliah. Sewaktu awal menikah, suami saya belum memiliki perkerjaan yang tetap. Bisa dibilang masa depan belum jelas saat itu. Tapi hati kecil saya meyakini, dengan segala ketulusan yang dimilikinya dia pasti bisa menafkahi saya. Dan Alhamdulillah, berkat yakin kepada Yang Maha Cinta, ternyata tidak lama setelah menikah suami saya mendapatkan perkerjaan yang penghasilannya lebih dari yang kami harapkan. Puji syukur kepada Allah.


2. Menikah itu Memberikan Rasa Aman

Dengan menikah saya mendapatkan rasa aman yang luar biasa. Saya merasa ada payung tambahan yang melindungi setiap langkah saya. Jika selama ini restu kedua orang tua yang memayungi semua hal yang saya lakukan, sekarang telah bertambah yaitu restu suami dari suami saya. Kemanapun saya melangkah, dengan seizin suami saya, saya merasa Allah semakin melindungi saya. Sehingga saya merasa aman dan nyaman.


3. Menikah itu Nikmat

Hayoo.. jangan parno dulu dech.. Selain sebagai penyaluran hasrat biologis secara halal, menikah itu memberikan rasa nikmat yang lainnya lho.

Ga percaya ?  Cobain deh. Ketika bangun tidur, tau-tau suami dengan perhatiannya telah menyediakan air mandi hangat untuk kita. Hmm.. bahagianya.

Ketika tangan istri terluka sedang memasak, suami dengan telaten membersihkan dan merawat luka kita, trus dengan perhatiannya dia melarang kita memasak hingga tangan betul-betul sembuh. Owh.. so sweet.

Ketika lagi hamil, dan istri sedang mengalami morning sick, suami dengan penuh kasih sayang membiarkan istri istirahat lebih lama di tempat tidur dan menggantikan semua perkerjaan pagi. Daan banyak lagi.. malu ah kalo di sebutin satu-satu :)

4. Menikah itu Merubah wanita menjadi seorang ibu dengan Halal
Inilah nikmat yang kesekian yang tidak terbantahkan. Jadi ibu dari anak-anak suami yang kita cintai. Memiliki anak adalah impian normal semua wanita.

Jadi masih pengen nunda-nunda menikah ?

"Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway 3rd Anniversary The Sultonation"

Waspada ! Service Elektronik Bergaransi

March 18, 2015 0 Comments
Kemarin saya mengalami satu kejadian yang tidak mengenakkan sekali. Hal ini disebabkan oleh rusaknya salah satu gadget yang saya miliki. Sebenarnya bukan rusaknya yang membuat saya sidih, tapi proses rusaknya itu yang membuat hati saya sedih bercampur kecewa plus topping sakit hati.

Kenapa sih saya sampe sebegitunya hanya gara-gara gadget rusak ?

Jadi ceritanya begini..

Disuatu malam yang indah, tatkala sinar rembulan mengintip malu dicelah-celah jendela *hallah.. lebay*
Beberapa bulan yang lalu, di blog ini saya pernah bercerita tentang Aira yang mengidamkan tablet. Berkat usaha kerasnya dalam menabung, alhasil tablet itu berhasil didapatkannya beberapa hari setelah ulang tahunnya. Bisa kebayang donk betapa sumringahnya dia saat itu.

Selepas tahun baru, sekitar minggu pertama sesudahnya, tablet itu itu rusak tidak bisa di charge. Berhubung masih ada garansi, saya dan suami membawa tablet itu ke toko tempat pembeliannya. Ternyata untuk perbaikannya, pihak toko tidak melakukannya sendiri, tetapi mereka mengirimnya ke Service Center di Pekanbaru. Demi kenyamanan saya dan suami manut saja kepada apa yang dibilang oleh pihak toko, karena di kota saya memang belum ada Service Center resminya. Dan alhamdulillah dua minggu kemudian tablet itu telah selesai diperbaiki. Tanpa memeriksa dengan detail, saya hanya memperhatikan bahwa ketika charger di pasang, tablet bisa merespon seperti sedia kala, tablet itu pun saya bawa pulang. Waduuhh.. tak terkira senangnya Aira ketika menerima tabletnya sudah bisa ia mainkan kembali.

Itu kejadiannya kan bulan Januari. Oke berarti selama kurang lebih satu bulan, tablet itu ditangan kami tidak ada masalah sama sekali. Walaupun sesekali baterainya cepat sekali drop. Cuma kami yang rada-rada gaptek berpikiran positif saja, mungkin ketika di charge voltase lagi turun atau karena mungkin karena hal lain *entahlah*

Tadi malam, seperti biasa setelah selesai mengerjakan tugas sekolahnya, Aira kami izinkan untuk bermain game selama 1 jam sebelum tidur. Saat itu posisi tabletnya sedang di charge di atas meja. Aira merengek minta tolong agar tabletnya dilepaskan dari chargernya. Kami memang melarang Aira untuk menyentuh barang-barang elektronik yang sedang di charge, terutama kabel ataupun colokannya. Jaga-jaga agar dia terhindar dari kejadian fatal yang tidak diharapkan. Prinsip kami biarlah sedikit lebih repot, sejenak harus terganggu segala kesibukan karena harus melayani permintaannya memasang atau mencabut charger dari tabletnya, tapi dia aman dan terjaga dari bahaya.

Ketika membuka charger dari tabletnya, saya menemukan keanehan. Bagian belakang tablet terasa sangat panas, dan layarnya menyala dalam kondisi standby. Padahal sebelum dicas, saya dan suami selalu memastikan bahwa tablet dalam keadaan mati. Tapi ini kok menyala ? Saya mencoba untuk membuka kunci layar tidak bisa, fitur slidenya tidak berfungsi. Saya tekan tombol Off juga tidak mau. Singkat kata, tablet itu hang, sementara casing belakangnya sudah semakin terasa panas. Saya panik donk, khawatir kalau-kalau tablet itu meledak nantinya. Kan ada kejadian tuh, gadget meledak ketika sedang di cas.

Satu-satunya jalan pintas yang terpikir oleh kami adalah membuka baterainya. Karena menurut suami, handphonenya juga pernah mengalami kejadian serupa, setelah baterainya dibuka handphone itu bisa berfungsi seperti biasa. Saya pun menanggapi usulan suami dengan segera membuka tutup belakang tablet. Apa yang saya dapati ? Alangkah kagetnya saya ternyata bagian dalam tablet saya tidak lagi sama dengan kondisi awal ketika kami beli. Ada yang berganti atau hilang ? Secara kasat mata, saya menemukan dua kejanggalan yaitu :
  1. Tidak ada baterai seperti gadget pada umumnya yang bisa dibuka pasang. Tapi berganti dengan baterai yang dibalut kertas timah atau alumunium foil *saya kurang yakin bahannya apa* yang ditempelkan pada bagian belakang.
  2. Tidak ada casing bagian dalam. Setelah casing bagian luar, biasanya ada lagi casing bagian dalam yang menutupi bagian 'mesin' tablet. Tapi ini tidak, tablet saya telah 'telanjang' tanpa pengamannya.
 Saya tidak menuduh siapapun dalam hal ini, namun saya bingung harus menuntut pertanggung jawaban siapa. *Saat ini suami saya sedang memperjuangkan hak kami ke pihak terkait*

Dari pengalaman ini saya mendapat pelajaran yang sangat berharga. Pengalaman memang guru yang paling baik ya ? Kedepannya saya akan lebih waspada, terutama sekali ketika melakukan service barang bergaransi. Biar kejadiannya ini tidak terulang kembali kedepannya saya akan :
  1. Periksa dan amati dengan detail dari awal pembelian. Kapan perlu di foto, untuk jaga-jaga jika suatu waktu barang ketukar atau kejadian seperti saya diatas terjadi.
  2. Tandai aksesoris atau suku cadang yang rentan tertukar. Seperti baterai, charger, headset. Bisa dengan tempelan warna-warni, ditulis spidol, atau lainnya.
  3. Periksa dan amati dengan detail setiap selesai reparasi. Pastikan kondisi dan aksesoris gadget sama dengan waktu sebelum reparasi. Langkah yang ketiga ini bisa berhasil dengan baik jika yang pertama dan kedua dilakukan dengan baik juga. Jadi jika sewaktu-waktu kejadian seperti di atas terulang kembali, saya bisa klaim sepuasnya karena memiliki bukti yang kuat.
Nah.. itulah sekelumit kisah piluku hari ini. Semoga teman-teman semua tidak mengalaminya, dan bisa terhindar dari kejadian ini. Aamiin.

Tuesday, March 17, 2015

[Cerpen] Dia Memanggilku "G"

March 17, 2015 0 Comments
Namaku Viona, lengkapnya Viona Bistari. Tanggal 15 bulan lalu, usiaku genap 21 tahun. Saat ini aku berkerja sebagai kasir di salah satu perusahaan retail terbesar di kota kami. Untuk urusan perkerjaan, tak usah ragu, I love my jobs so much. Meskipun banyak orang yang bilang jadi kasir itu ga enak, karena harus sangat hati-hati, jika lengah sedikit saja bisa-bisa penghasilan bulanan akan habis begitu saja karena habis buat nombok. Tapi aku tidak berpendapat begitu. Memang benar berkerja sebagai kasir dituntut untuk ekstra hati-hati dan teliti, tapi bukankah itu adalah hal wajib dalam setiap perkerjaan ? Kalo aku boleh bilang, apapun perkerjaan yang kita geluti, yang namanya hati-hati dan teliti adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh semua orang. So.. apa lagi alasan aku untuk tidak mencintai perkerjaan ini ?

Di tempat berkerja, oleh rekan-rekan aku dipanggil Vi, itu bermula dari aku yang menyebut diriku dengan Vi dalam berbicara. So far.. my life so completed.. tidak ada alasan untuk aku tidak berbahagia bukan ?

Sampai suatu hari, ada supervisor baru di kantor kami. Kehadirannya telah berhasil merubah duniaku, menjungkir balikkannya dari atas, lalu meneggelamkannya ke dasar laut. Berkat dia aku mengenal namanya sakit hati, malu, sekaligus cinta.

Sumber
Namanya Vino. Usianya terpaut dua tahun di atasku. Cerita punya cerita ternyata kami berasal dari almamater yang sama. Cuma karena kesibukannya berkerja sebagai freelance semasa kuliah, dia jarang hadir dikampus. Secara fisik, aku bisa menyebutnya sebagai sosok yang sempurna. Bahkan teman-temanku yang lain saja sepakat menyebutnya mirip Lee Min Ho aktor korea yang populer itu. Nah.. bisa bayangkan bukan betapa tampannya dia. Orangnya ramah, suka bergurau dan juga smart. Hmm.. cewek mana yang hatinya ga klepek-klepek kalo ketemu cowok kaya gini ?

Diam-diam aku menaruh hati kepadanya. Senyumnya yang memikat itu mampu menghadirkan getaran setara seribu volt di hatiku. Jangankan di ajak bicara, sekedar dipandang saja jantungku terasa mau melompat keluar. Pernah suatu waktu ketika aku sedang mengisi botol minuman di dispenser pantri, dia lewat dibelakangku dan tanpa sengaja lengannya menyentuh lenganku. OMG.. tolong..tanganku terasa kesentrum dibuatnya. Tanpa sadar mataku tak lepas memandanginya sehingga air setengah galon tumpah ruah membanjiri pantri.

Sebenarnya perasaan seperti ini bukan cuma aku yang punya, teman-teman cewek yang lain juga merasakan yang sama. Cuma karena mereka telah memiliki pasangan masing-masing, membuat mereka harus rela meredam semua perasaan itu. Oleh karena itulah aku adalah satu-satunya kandidat yang bisa bergerak bebas untuk tebar pesona di hadapan Vino.

Sepertinya Vino punya indra keenam deh, karena dia bisa mengetahui bahwa aku tertarik padanya. Padahal aku kan ga pernah ngungkapin isi hati. OMG..please dech Vi.. ga perlu indra ke enam kelless.. lha wong seharian mata loe ga lepas dari dia siapa juga yang ga tau ?? Hehe.. iya ya..

"Hai G !" tiba-tiba Vino telah berdiri di hadapanku. Aku yang tidak siap dihampiri begitu menjadi gugup luar biasa sampai-sampai pena yang ku pegang terlepas dari tangan. Aku menoleh ke kiri dan ke kanan, mencari orang yang dia panggil dengan sebutan G itu. Tapi tidak ada yang menoleh, semua sibuk dengan perkerjaan masing-masing. Dengan muka bingung aku melihat kearahnya, dan dengan mimik bertanya aku menunjuk diri ku sendiri. Dia mengangguk tersenyum. Tuhan.. tolong aku.. aku gak kuat liat senyumnya.

"Bapak bicara dengan saya ?", sebisa mungkin aku bicara formal dengannya. Kantor bo'.. kantor.. gimana juga aku kan harus jaga etika dengan atasan. Dia mengangguk dan tersenyum lagi. Ampun lama-lama begini aku bisa pipis dicelana karena bertubi-tubi di bombardir senyum maut itu.

"Nama saya Viona Pak", aku meluruskan panggilannya kepadaku.

"Oh ya ? Okay.. Viona.. nanti siang kirim data rekonsiliasi cash in bulan lalu ke email saya ya", sungguh luar biasa nih cowok. Meskipun dia seorang atasan, sekalipun tak pernah dia bicara tidak sopan kepada kami. Dia selalu meminta dengan sopan. Dan itu membuat aku semakin jatuh cinta kepadanya.

Sejak ada Vino di kantor kami, aku selalu bersemangat untuk pergi berkerja. Dia semacam magnet yang mampu menarik semua orang dengan aura positif yang dimilikinya. Meskipun perkerjaan kami dibebani deadline laporan yang bersifat harian, kami tidak merasa stress seperti sebelum-sebelumnya. Dengan ketegasan dan control data yang kuat, dia mampu membuat irama kerja yang indah buat kami.

Suatu kesempatan ketika tengah istirahat makan siang, aku memberanikan diri menanyakan mengapa dia memanggilku dengan sebuatan G. Dia tersenyum, lagi-lagi tersenyum. Sambil berlalu dia menjawab "apalah arti sebuah nama ? Yang penting ini " dia menunjuk hatinya. Dia tidak menggubris keberatanku dipanggil G.

"Udahlah, ngapain diambil pusing, anggap aja dia punya panggilan istimewa buat kamu", kata Susi ketika aku bercerita, mengeluhkan keberatanku di panggil begitu. Aku mencoba berlapang dada, menerima nasehat Susi. Yah.. anggap saja begitu.

"G.. tolong keruangan saya ya", dia menghubungiku lewat interkom. Hhh.. lagi-lagi dia memanggilku G. Padahal baru kemarin aku meluruskan panggilan itu. Begitu susahkah untuk mengingat nama Viona di ingatannya ?

Sesampai didepan pintu ruangannya, aku mengetuk dua kali, terdengar sahutan dari dalam. Dengan pelan aku membuka pintu dan menjulurkan kepala kedalamnya, dan bertanya, "Bapak memanggil saya ?"

Dia menoleh, dan tersenyum."Ya.. masuk aja G"

Sumber
Sesuai permintaannya akupun masuk, dan duduk disalah satu kursi yang ada diruangan itu. Dia bangkit dari tempatnya dengan beberapa file dan menyodorkannya kepada ku. Aku menerima berkas itu dan segera membacanya. Sementara Vino berjalan menuju jendela kaca, dan menarik tali mini-blinds sehingga kaca itu tertutup dengan sempurna.

Dia menghampiriku dan duduk tepat disebelahku. Bahu kami bersentuhan saking dekatnya. Aku kaget dengan sikapnya yang sangat tiba-tiba itu, segera aku bergeser ke kiri agar bisa sedikit berjarak dengannya. Tapi sial, di sebelah kiri ada tangan kursi yang menghalangi gerakanku. Aku mengutuk dalam hati, menyesali pilihan mengapa duduk di kursi panjang dan sebelah pinggir pula.

"Hmm.. berkas-berkas ini.. ada yang bisa saya bantu pak ?", aku bicara dengan sewajar mungkin, sedikit memecahkan kesunyian yang mulai menyelimuti ruangan itu. Tapi orang bodoh sekali pun pasti bisa mengetahui kegugupan dari suaraku. Dia tidak menjawab pertanyaanku, sementara hembusan nafasnya terasa hangat di telinga kananku. Firasatku mulai berbisik ada yang tidak beres dengan Vino. Aku menoleh dan mendapati wajahnya telah sangat dekat ke wajahku. Nyaris bibir kami bersentuhan. Aku kaget, dan segera menarik diri kebelakang, reflek menjauhinya.

"Ayolah G.. jangan malu.. kamu menyukai aku kan, jujur saja kamu menginginkannya ?" dia mendorong dan menempatkan aku pada posisi yang tak bisa bergerak. Dengan rakus dia memangsa ku yang terpojok pada rasa yang selama ini aku pendam. Memang benar aku menyukainya, tapi bukan yang seperti ini. Aku berontak sekuat tenaga, dan berteriak sekerasnya, tapi percuma tubuhku terkunci di tengah-tengah lengannya yang keras dan berotot. Sementara mulutku terbungkam oleh jari-jari dengan kuku yang tajam. Aku merasakan leherku perih, sesuatu yang runcing telah menusuknya. Ujung tanganku terasa dingin dan memucat karena aliran darahku telah berubah arah. Ada sesuatu yang dengan kuat menghisapnya melalui lubang dileherku. Aku berteriak kesakitan, karena merasakan nyeri disekujur tubuhku. Dalam ketakutan aku beranikan diri membuka mata, dan melihat Vino menyeringai dengan taring tajam berlumuran darah dimulutnya.

Aku panik dan histeris melihat sosoknya yang mengerikan itu.  Entah dari mana kekuatanku berasal, aku berontak, menendang dan melepaskan diri dari cengkramannya, dan segera berdiri menjauh darinya. Tanpa menoleh kebelakang, aku berlari sekencang-kencang.

Bumi yang kupijak terasa bergoyang hebat, dan tiba-tiba pandanganku terasa gelap. Sesuatu yang besar telah menarik dan melemparkan tubuhku dengan keras ke bahunya. Semua gelap. Aku tak tahu lagi apa yang terjadi berikutnya.

***
Suasana kantor gaduh, karena baru saja ada penemuan mayat di basement dekat tempat parkir kendaraan roda empat. Semua tidak menyangka dan merasa ngeri membayangkan kondisi mayat yang mengenaskan. Vino ditemukan tak bernyawa dengan luka menganga dileher kanannya. Diantara kerumunan karyawan yang menyaksikan itu Viona berdiri dengan senyum aneh di wajahnya.







Monday, March 16, 2015

Katakanlah, Aku harus bagaimana ?

March 16, 2015 0 Comments
Beberapa kali membaca kasus hukum yang melibatkan rakyat-rakyat kecil di timeline jejaring sosial, lama-lama membuat aku muak juga. Aku sungguh sangat jenuh dengan kesenjangan hukum yang dialami oleh mereka. Siapakah yang tidak teriris hatinya melihat nenek-nenek bersimpuh di lantai, memohon kepada hakim agar diberi ampunan dan keringanan hukuman.

Katakanlah, aku harus bagaimana ?
Ketika melihat pemandangan tersebut didepan mata, yang terbayang adalah sosok ibu yang melahirkan aku. Terbayang sosok nenek yang menyayangiku. Hatiku miris melihat tubuh  renta itu harus duduk di kursi pesakitan dengan label tersangka. Hati nurani ku berteriak keras.. Tidakkk !! aku tak sanggup melihat pemandangan ini. Hati ku pilu menyaksikan air mata yang membasahi pipi keriputnya, yang kemudian dia seka dengan jari-jari keriput yang gemetar. Tapi apalah daya, toga yang kupakai memaksa aku membacakan satu demi satu pasal yang disajikan oleh rekan sejawat. Jangan ditanya, air mataku lebih dahulu jatuh dihatiku.

Katakanlah, aku harus bagaimana ?
Ketika menerima laporan pencurian dari masyarakat, dengan seragam yang kukenakan, aku wajib menerima laporan tersebut lantas memproses penyelidikannya atas nama keadilan. Hanya berita acara pemeriksaan satu-satunya berkas yang aku berikan kepada rekan penegak keadilan lainnya. Sebuah berkas yang berisi kronologi kejadian yang kuhimpun dari sebuah hasil interogasi.

Katakanlah, aku harus bagaimana ?
Ketika hasil penyelidikan tim kami ternyata mengarah kepada tersangka yang ternyata adalah sosok renta yang tak berdaya. Dengan sumpah yang telah kami ucapkan, bolehkah kami mengabaikan satu tersangka hanya karena label 'nenek'nya ? Kami manusia biasa yang juga punya hati nurani, yang pasti juga tak tega melihat raga tua itu terseok-seok melewati berbagai proses penyelidikan. Percayalah kami masih punya hati.
Tuhan itu Maha Benar, keMahaannya adalah satu-satunya kuasa yang mampu membalikkan isi dunia ini.

Katakanlah, aku harus bagaimana ?
Aku seorang anak dari beliau yang kalian seret dengan status tersangka, aku sama tak berdayanya dengan beliau. Yang aku tau selama ini ibu kami membesarkan kami dengan cara yang halal dari sisa-sisa peninggalan almarhum bapak. Dari kami lahir hingga kami dewasa, dengan semua sayatan pisau diujung jarinya ibu memberi makan kami. Kami percaya dari hati kecil kami, ibu kami tidak bersalah. Hanya mata angin keraguan yang mengarahkan langkah kaki mereka menuju gubuk kami, lalu menemukan tumpukan harta yang kami petik dari kebun kami. Apakah bisa mencap satu pohon yang bentuknya serupa sebagai pohon dengan pemilik yang sama ? Aku rasa tidak. Ada kalanya angin menerbangkan bibitnya dari kebun mereka, lalu tumbuh di tanah kami. Lantas apakah pohon yang tumbuh dari bibit itu adalah milik mereka ? Apakah menebang pohon itu sebuah pencurian ?

Katakanlah, aku harus bagaimana ?
Menyaksikan drama pengadilan yang mengiris hati ini, membuat mulutku berbusa dengan ribuan sumpah serapah. Aku tidak tahan melihat tangis pilunya. Aku tidak sanggup membayangkan tubuh lemah itu harus meringkuk dibalik jeruji. Katakanlah, aku harus bagaimana ? Tak bisakah mereka yang berkepentingan berdamai dengan semua tuduhan itu ? Tak bisakah hukum memberi sedikit 'ruang' untuk kasus-kasus seperti ini ?

Tolong beri aku sedikit jawaban, katakanlah.. aku harus bagaimana ?


Saturday, March 14, 2015

Itam dan Insiden Mata Pancing

March 14, 2015 0 Comments
Menyambung cerita aku tentang 'the puppies' tempo hari, sampai detik ini ada satu kejadian memorable banget tentang si puppy yang satu ini. Yak.. kali ini aku mau cerita tentang kejadian lucu sekaligus mengharukan juga tentang si Itam dan Mata Pancing.

Oke, sebelumnya aku mau flashback dulu tentang my hubby yang hobinya memancing. Aku pernah tulis tentang hal itu di postingan yang ini. Nah sehubungan dengan hobinya itu, sudah pasti donk hubby ku punya stock mata pancing dirumah. Jadi sore hari sebelum insiden terjadi, suamiku pergi memancing ke kolam pancing yang tidak jauh dari rumah. Sepulang memancing, tidak seperti biasanya, suamiku menaruh jorannya di belakang rumah berdekatan sama kandang si puppies. Di joran itu masih terpasang mata pancing bekas memancing sore itu. Padahal biasanya sepulang memancing beliau selalu membersihkan jorannya, membuka mata pancing lalu menggantung jorannya di rak dapur.

Keesokan paginya, seperti biasa aku bangun lebih awal dari yang lain karena harus memasak dan menyiapkan bekal untuk suami dan anak. Hari masih agak gelap, karena jam masih menunjukkan pukul enam pagi. Jadi sembari memasak, aku sambilkan dengan mencuci piring. Mendengar ada suara orang didapur, sepertinya Itam dan Mopi terbangun dan mulai ribut dikandangnya. Ini memang biasa, karena sudah kami biasakan setiap pagi mengeluarkan mereka dari kandangnya, agar bisa PUP di luar kandang, jadi kandangnya tetap bersih dan tidak bau. Mendengar mereka mulai ribut minta keluar aku pun segera membuka pintu kandang mereka, dan membiarkan mereka bermain-main di halaman belakang.

Tumpukan piring kotor telah selesai aku bersihkan semua, dan aku mulai menyiapkan bekal dengan memasukkan beberapa potong roti ke kotak bekal Aira. Dalam suasana yang sangat tenang, karena penghuni rumah masih terlelap, tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara teriakan yang sangat nyaring dari halaman belakang. Dari teriakannya jelas sekali yang empunya suara tengah kesakitan yang luar biasa, karena tidak pernah dia melolong sekeras itu. Aku kaget dan segera menghambur ke halaman mencari sumber suara, dan disana aku disambut oleh Mopi yang baru saja keluar dari kandangnya. Sepertinya dia juga kaget dengan suara teriakan kesakitan itu. Berarti positif sudah suara itu berasal dari Itam. Kemudian aku pun mencari keberadaan Itam dengan memanggil-manggil namanya beberapa kali.

Sepertinya Itam sadar kalau aku sedang memanggil-manggil namanya, dia balik merespon dengan teriakan yang semakin keras. Aku berbalik mencari sumber suara yang terdengar ada dibelakangku. Dari posisiku berdiri tidak tampak tanda-tanda keberadaan Itam, cuma dibalik terpal yang menutupi keranjang sawit aku melihat ada yang bergerak-gerak mencurigakan. Aku berniat menghampirinya, tapi suamiku yang terbangun mendengar kehebohan itu melarang. Katanya hati-hati, jangan langsung dibuka terpalnya, karena bisa saja ada ular didalamnya. Mendengar perkataan suami, terang saja akupun bergidik ngeri. Dengan bantuan sebilah kayu, suamiku membuka terpal itu dan di bawahnya kami dapati Itam yang sedang kesakitan dengan benang nilon dimulutnya.

Sontak kami kaget melihat itu, prasangka buruk pun membayangi kami. Aduh.. bagaimana kalau mata pancing itu tertelan dan telah sampai diperutnya ? Aduuhh.. bagaimana kalau mata pancing itu menyangkut ditenggorokannya ? Semua kekhawatiran itu merayap di ruang benakku. Perlahan-lahan aku dan suami menghampiri Itam yang sedang meringkuk kesakitan. Agar dia tidak terkejut, sebelum mengangkat badannya kami membelai-belainya terlebih dahulu, supaya sedikit banyak bisa mengurangi rasa shocknya.

Pelan-pelan suamiku mencoba membuka mulut Itam, dan syukurlah ternyata mata pancing itu hanya menyangkut di mulutnya saja, tidak sampai ke kedalaman perutnya. Namun meskipun hanya menyangkut di bibirnya saja, untuk melepaskan mata pancing itu tidaklah semudah kelihatannya. Seperti yang diketahui bersama, pada mata pancing itu ada semacam kait yang jika seseorang atau sesuatu tertusuk maka ketika melepaskannya tak ayal kait itu akan robek lebih lebar. Bisa dibayangkan bukan jika bibir tertusuk mata pancing, jika mata pancing langsung ditarik sudah bisa dipastikan lukanya akan semakin besar.

Tidak ada cara lain, suamiku langsung mencari tang untuk memotong pangkal mata pancing. Hanya itu cara satu-satunya agar bisa melepaskan mata pancing dari mulut Itam tanpa membuat lukanya semakin lebar. Tak! Mata pancing itupun terpotong, dengan menarik mundur kepangkal akhirnya kami bisa membebaskan Itam dari jeratan mata pancing itu.

Wahh.. kami semua lega karena Itam kembali lincah seperti biasa. Sepertinya rasa sakit yang luar biasa tadi tidak lagi dirasakannya. Tapi kasihan suamiku, akibat insiden itu dia ditegur habis-habisan sama Mama dan Papa.

Sabar ya Yah, ini pelajaran berharga untuk kita semua. Jangan pernah lalai dengan barang-barang berbahaya karena Kelalaian kita bisa mencelakai orang lain.






Welcome Home Puppies

March 14, 2015 0 Comments

Tiga bulan yang lalu kami mendapatkan anggota keluarga baru, dua ekor Puppy yang sangat mungil, warnanya hitam dan matanya masih tertutup. Perkiraanku kedua puppy itu masih berusia satu minggu. Papa bilang dia membawanya dari kebun samping rumah. Karena hujan lebat beberapa hari terakhir, sebuah lubang ditanah yang menjadi tempat tinggal mereka terendam air, sehingga bayi-bayi mungil itu nyaris mati tak bisa bernafas. Semula mereka ada empat, namun yang dua telah dibawa oleh induknya ketempat lain, sedangkan yang duanya tinggal. Kami yakin jika Papa tak segera mengambil mereka dari lubang itu, mungkin nyawa mereka tidak tertolong lagi.


Gambar : pixabay.com
Sebenarnya aku pribadi tidak terlalu suka dengan anjing, meskipun aku senang melihat tingkah polah dan kelucuan mereka, tapi untuk bersentuhan secara langsung dengan mereka aku masih keberatan. Mungkin karena label najis berat yang menempel pada mereka membuat aku memilih untuk tidak berdekatan dengan mereka.

Tapi setelah berhadapan dengan dua bayi mungil yang masih sangat membutuhkan kehangatan ibunya yang sekarang entah kemana itu, semua keberatanku diatas raib tak bersisa. Terlebih lagi ketika mendengar suara mereka yang merengek parau mencari-cari susu ibunya, tak pelak mataku berkaca-kaca dibuatnya. Naluri keibuanku pun mencuat, aku tak peduli lagi dengan label najis berat yang melekat pada mereka, toh nantinya aku bisa bersuci kembali, tapi jika aku mengabaikan mereka berarti aku telah mengabaikan nyawa yang mungkin Allah titipkan kepada kami.

Aku segera beranjak kedalam rumah, meminta suami agar pergi membelikan susu bayi untuk mereka. Gayung bersambut, ternyata suami juga berniat sama. Dia memang hendak pergi membeli susu bayi untuk kedua puppy tersebut. Jelang 15 menit kemudian, suamiku kembali dengan membawa sekotak susu bayi berikut dotnya.

Image result for gambar bayi anjing warna hitam
Gambar : onthespot7langka.blogspot.com
Dengan perlahan aku mengangkat puppy yang satu, dan memasukkan dot itu kemulutnya. Karena tidak terbiasa dengan dot yang jelas-jelas pasti berbeda dengan puting induknya, puppy satu kesulitan untuk menghisap susu yang ada didalam dot. Begitu juga dengan puppy yang satunya lagi, dia juga kesulitan menyusu dengan dot. Aku dan suami mulai bingung, karena kami khawatir jika susu ini tidak segera mereka minum mereka bisa kelaparan.

Oh.. mungkin kepala dotnya terlalu besar ni Nda, makanya mereka kesulitan, kata suamiku. Perhatianku pun tertuju kepada kepala dot yang ternyata masih terlalu besar untuk ukuran mulut mereka yang mungil.  

Ya udah, ayah pergi beli lagi ya, cari yang ukuran lebih kecil. Setelah berkata begitu suamiku pun langsung pergi dengan motor kesayangannya ke minimarket terdekat. Tidak lama kemudian dia kembali dengan membawa dot baru yang bentuknya pipih *ternyata ada ya dot yang bentuknya gini ?* hihi.. aku katrok habis ternyata.

Dan emang bener pilihan suamiku, dengan kepala dot yang baru ini si Puppy mungil pun bisa menghabiskan susu mereka dalam sekejab.

Ternyata pertumbuhan puppy itu sangat pesat ya .. dalam waktu sebulan mereka bisa berjalan meskipun masih setengah mabok. Tapi itu menggemaskan sekali. Semenjak ada mereka, kami mendapat kegiatan baru. Jadi masing-masing kami mendapatkan jadwal tugas memberi susu mereka. Karena aku dan suami berkerja dari pagi sampai sore, jadilah kami kebagian tugas pada jam makan malam.

Dog, Animal, Tired, Sleepy, Cute, Sweet
Gambar : pixabay.com
Kedua puppy yang sama-sama berwarna hitam ini semakin besar semakin berbeda. Ternyata yang satu ujung ekornya berwarna putih, sedangkan yang satu lagi kakinya berwarna putih. Jadi kalau diperhatikan dari jauh dia seperti memakai sepatu. Hmmm soo cute.. Dan mereka pun kami kasih nama, yang ujung ekornya putih kami beri nama Itam, karena rambut dibadannya yang berwarna hitam pekat. Sementara yang kakinya ber'sepatu' putih kami namai Mopi, badannya memang hitam juga tapi sedikit lebih kecoklatan.

So.. welcome home my puppies.. we luph you so much..

Friday, March 13, 2015

Pengalaman Seru Pindah 'Rumah' Blog

March 13, 2015 0 Comments
Bismillahirrahmaanirrahiim..

Horee.. aku berhasil pindah 'rumah' ni teman-teman. Kali ini aku mau berbagi pengalaman seruku waktu pindahan rumah hari ini.

Ceritanya begini, pada suatu pagi ketika selesai mandi, tiba-tiba aku teringat blog *apa hubungannya yak*
ya sutra lah.. aku sendiri yang empunya blog tidak mengerti mengapa tiba-tiba teringat blog, tau-taunya sekelebat ide muncul di benakku. Blog-ku ini sudah menghuni wordpress itu kurang lebih 2 tahun, banyak pengalaman seru ku disana dari cara posting, setting widget, sampai ke ganti header. Tapi akhir-akhir ni aku merasa sedikit kebuntuan dalam bereksplorasi *hallaaahh*. Jadi kenapa aku ga coba pindah aja ya ? Soalnya beberapa kali nyambangin blog teman-teman di KEB kebanyakan pake blogger, kayanya asyik juga tuh. Secara aku memang belum pernah nyobain blogger, jadi kaya'nya boleh juga tuh di coba.

Sesampai dikantor, setelah melakukan rutinitas pagi, aku segera meluncur ke rumah Mbak Google meminta wangsit biar diajarin cara pindah dengan mudah *ketahuan dech, ngeblog pake fasilitas kantor* Alhamdulillah, ternyata Mbah Google dengan murah hati menunjukkan alamat guru yang tepat buat aku. Ternyata pindahan dari wordpress ke blogger itu ga susah lho. Buat teman-teman yang pengen tau, nih aku tadi udah buat catetannya, ntar salin yang rapi ya :)

  1. Pertama coba masuk dashboard wordpress, lalu cari menu perkakas, kemudian pilih export, nah setelah itu pilih 'semua', setelah itu akan tercipta file berupa file XML.
  2. File XML yang di ekspor dari wordpress itu harus di convert dulu supaya bisa di baca oleh blogger, caranya adalah, kamu klik http://wordpress2blogger.appspot.com, setelah muncul tampilannya seperti gambar di atas, pilih file XML tadi, kemudian pilih convert, tunggu beberapa menit maka akan muncul file baru dengan nama blogger-export.xml.
  3. Setelah itu masuk dashboard Blogger, pilih menu setelan, kemudian pilih menu lainnya, nah disana ada pilihan impor blog, klik pada menu itu maka akan muncul pilihan untuk memasukkan file,maka pilihlah file yang sudah di convert tadi, setelah itu ikuti perintah yang ada, nah dalam beberapa menit blogger akan membaca file XML tersebut dan segera menerbitkannya di blogger. Jika sudah selesai, maka cek tampilan blogger pasti semua postingan yang ada di wordpress sudah ada di blogger termasuk komentarnya.

    Tarraaaa.. inilah tampilan blog aku yang baru. Keren kan ? YA.. bilang..YA.. lagi.. YA *maksa*. Semua postingan n komentarnya ikut pindah juga lho, cuma statistik blognya ga bisa ikut, jadi terpaksa deh aku relain statistik sebelumnya yang udah masuk angka 600-an hits, buat aku yang newbie angka segitu kan udah banyak.. hiks.. *kadang disitu saya merasa sedih*. Tapi its okay, mari kita cari lagi visitor seeeebanyak-banyaknya, semangat !

    Naah itu cerita seruku hari ini. 
    Bagaimana dengan mu ?

Wednesday, March 11, 2015

Surat Untuk Bapak

March 11, 2015 0 Comments
Assalamu'alaikum Pak,
Bapak apa kabar ? Saya doakan Bapak selalu sehat dan dalam lindungan Allah SWT, aamiin.

Sebagai anak yang menyayangimu, sebenarnya aku ga begitu setuju dengan terpilihnya Bapak sebagai pemimpin bangsa ini, bukannya aku ga yakin sama kemampuanmu ya Pak, tetapi lebih karena aku khawatir desakan kepentingan orang-orang dibelakangmu itu membuatmu menjadi pemimpin yang tidak amanah. Tetapi sebagai anak yang telah dididik ilmu agama, aku sadar sepenuhnya bahwa semua ini terjadi adalah karena izin Allah, sebagai anakmu aku akan-pasti-selalu mendoakan agar semua langkah dan kebijakan yang Bapak ambil untuk bangsa ini senantiasa di ridhoi Allah, aamiin.

Pak.. aku mau curhat..

Bapak ada waktu gak buat dengerin curhat ku ?

Aku lagi sedih Pak, kemarin aku beli minyak motor di pertamini, mo ngantri di SPBU ga kuat Pak, antriannya panjaaang sekali, bisa-bisa aku terlambat sampai kantor. Harga di SPBU kan Rp6600/liter kan Pak ? Tapi aku beli di ketengan itu jadi Rp8000/liter. Katanya mereka susah dapat minyaknya, harus malam-malam, kalo ga sebelum subuh. Makanya kesulitan mereka mendapatkan minyak itu mereka hargai dengan menaikkan harga jual mereka. Istilah mereka itu 'uang capek'nya.

Yang bikin aku miris tu ya Pak, kan BBM ini dulu Bapak naikin harganya bulan November 2014 ya ? Eh bener ga sih aku Pak ? waktu itu harga di SPBUnya Rp8500/liter, naah waktu itu harga di ketengan sampe Rp10.000/liter lho Pak, Bapak bisa bayangkan gak betapa susahnya aku saat itu ? Semua harga melonjak naik, bahkan harga beras yang biasa aku beli cuma 110 ribu per karung, menjadi 140rb per karungnya. Bulan masih tanggal 20, tapi uang ditanganku tinggal 30.000, aku pusiiingg sekali Pak. Bagaimana mungkin dengan uang segitu aku bisa bertahan sampai tanggal gajian ? sementara satu harinya saja tidak kemana 10.000 harus aku keluarkan untuk transportasi. Jarak rumah dan tempat kerjaku jauh sekali Pak, dengan motor paling cepat aku butuhkan 45 menit. Itu pun udah lari 60-70 Km/Jam. Untunglah perusahaan tempatku berkerja sedikit ada pengertian, mereka menaikkan uang transport ku dari 6500 jadi 7500. Meskipun masih nombok, tapi aku masih bersyukur Pak, karena merasa keluhanku diperhatikan oleh perusahaan. #perusahaanku baik *terharu*

Meskipun sangat sulit, kami mencoba bertahan Pak dengan mengurangi belanja hal-hal yang gak perlu. Tapi setelah kami memilah dan memilih dengan seksama, kok jadi bingung sendiri ya Pak ? ga ada yang bisa kami tiadakan, karena selama ini kami memang hanya belanja yang perlu-perlu saja. Sampai-sampai anakku yang SMU itu rela berkorban untuk adik-adiknya Pak, dia rela uang sakunya dikurangi agar kebutuhan cukup sampai akhir bulan. Konsekuensinya pastilah ada, setiap hari dia harus berangkat setengah jam lebih awal agar bisa sampai disekolahnya tepat waktu, mau bagaimana lagi, karena dia harus berjalan kaki pergi kesekolahnya. #kasihan anakku *sabar*

Kami udah bisa pasrah dengan keadaan Pak, kami ikhlas dan menerima dengan lapang dada. Kami anggap ini semua ujian dari Allah. Dan kesabaran kami ternyata berbuah manis. Bapak kembali menurunkan harga BBM. Anakku yang SMU itu menari-nari kegirangan, karena dia bisa bayangkan uang sakunya kembali utuh, dan bisa pergi kesekolah dengan angkot lagi. Tapi Pak .. ternyata harga-harga dipasar itu gak turun lho walaupun Bapak udah turunkan harga BBM, padahal naiknya hari itu cepat banget kan ? Begitu malam Bapak umumkan, paginya harga-harga udah naik. Tapi kenapa pas turunnya gak ya pak ? Bapak umumkannya malam juga kan ? tapi sampe sekarang ni, ketika surat ini aku tulis harga-harga barang masih aja tinggi #disitu-kadang-saya-merasa-sedih.

Tapi yoo wess lah, aku ni bisa apa ya Pak ? kalo pedagangnya gak mau nurunin harga masa aku harus marahi ? suka-suka mereka kan ? Kalo keberatan sama harganya ya gak usah belanja #gitu-aja-kok-repot. Tapi kalo ga belanja, ya ga bisa makan toh Pak ? Jadi pusing aku pak.. pusiiing...

Kemarin tu Pak, ada lagi kejadian yang bikin aku tambah pusing. Aku suruh anak pergi beli gas ke warung di gang sebelah, biasanya juga beli disitu. Aku kaget karena anakku kembali lagi pulang dengan tabung kosong ditangannya. Katanya uang yang aku kasihkan kurang, harga gas udah naik. Lhoo.. kapan naiknya ? Bapak ga ada umumin kan Pak ? atau akunya yang ga nonton berita ya ? *benturin kepala ke tembok*.

Rasanya aku mau nangis sekeras-kerasnya Pak, karena kok susah kali lah mau hidup normal. Bukannya membanding-bandingkan dengan zamannya Pak Harto ya Pak, tapi kok ya rasanya saat itu hidup itu kok mudah ya ? Semua murah, hidup tentram dan damai. Gak ada tuh yang kelahi-kelahi seperti di pentas DPR itu. Aku masih ingat dengan jelas, mendiang ibu waktu itu bisa beli minyak tanah itu seharga 400 perak. Emang sih KKN di zaman dia itu gak ketulungan, tapi emangnya zaman sekarang ini udah bersih dari KKN ? Ga juga .. yang ada tindakan korupsi itu sudah merajalela dari atas sampe bawah, sampai-sampai rakyat jadi bingung sendiri. Bingung karena dimana-mana ada spanduk dengan tulisan "jangan takut, jika anda menemukan kecurangan, segera laporkan". Nah kami ini mau lapor sama siapa ya Pak ? Lha wong tempat ngelapor itu aja juga korupsi ?

Pak.. Bapak jadi pusing ya dengar curhat ku ?

Yo wess lah Pak, aku juga ga mau nambah-nambahi pikiran Bapak. Harapan aku semoga Bapak bisa menampung curahan hati ku ini, dan segera mengambil tindakan yang bijak guna mengatur dan menstabilkan harga agar rakyat bisa hidup dengan tenang.

Demikian yang aku sampaikan Pak. Salah dan khilaf aku mohon maaf ya Pak.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.





Hormat takzim,

Anak-mu

Tuesday, March 10, 2015

[Cerpen] The Android

March 10, 2015 0 Comments
Agung dengan canggung melangkahkan kakinya memasuki ruangan administrasi, ruangan yang biasanya sepi ibarat kuburan, namun mendadak ramai tak ubahnya pasar kaget. Berkerja sebagai OB diruangan ini telah dilakoni Agung selama tiga tahun, karena itu sedikit banyak Agung memahami karakter masing-masing karyawan diruangan itu. Misalnya Amoy yang menjabat sebagai Supervisor Admin, dia terkenal cerewet dan jutek. Paling suka kerapihan dan paling gak tahan sama karyawan yang ngerumpi di jam kerja. Tapi dibalik sikap juteknya itu sebenarnya dia sosok yang hangat dan juga pengertian, hal ini bisa dirasakan Agung karena dari sekian banyak karyawan hanya Amoy yang suka berbagi bekal makan siangnya dengannya. Trus ada Sasa, menjabat sebagai Kasir. Orangnya pendiam dan lembut. Tapi jangan coba-coba tidak menyerahkan bon belanja ataupun kwitansi pembelian lainnya dengan alasan lupa atau tidak ada bon, dia akan berubah menjadi srigala yang menakutkan dengan gigi-gigi tajamnya. Hiiyyy.. Ada Aura yang modis, Mita yang tukang ngemil, dan Ipeh yang Kepala Accounting. Sama karyawan yang satu ini Agung tidak begitu dekat, karena sikapnya yang dingin dan sedikit menjaga jarak dari bawahannya membuat Agung segan untuk berbicara dengannya.

Agung penasaran dengan kerumunan karyawan di meja Aura. Ada apa sih kok rame-rame gitu ? tanya Agung dalam hati. Karena penasaran Agung mencoba mencari tahu dengan menjinjitkan kaki mengintip disela-sela bahu mereka yang berkerumun.

"Sumpah loe Ra .. masa harganya cuma 500 ribu ? asli ga tuh ?" Sasa bertanya dengan nada tidak percaya
"Yee loe ga percaya, suerr gue ga bohong, HP ini gue beli cuman 500 ribu-an, kalo soal asli atau ga nya gue sih ga tau pasti, yg jelas pas gue nyalain ni HP nampilin merk di layarnya sama dengan merk yang di casingnya" jawab Aura dengan tak kalah yakin.
"Jangan-jangan itu HP bodong lagi Ra" celetuk Mita tiba-tiba dan di iyakan oleh yang lainnya.Dia berbicara dengan mulut penuh oleh gorengan yang dia beli di kantin belakang.
"Auk ah.. ga peduli gue.. mau itu HP bodong-bodeng-budung gue ga mikirin, yang jelas ni HP sesuai sama selera gue trus harganya juga cocok sama dompet gue. Titik" tandas Aura tanpa mempedulikan omongan mereka lagi. Kerumunan itu pun bubar dengan sendirinya.

Agung yang masih bingung berdiri bengong di depan meja Aura, dia satu-satunya orang yang masih berdiri disitu, sementara yang lainnya telah kembali ke meja masing-masing, dan Aura memperhatikannya

"Napa Guunnnggg.. kok bengong.. loe naksir sama HP baru gue ya ?" tegur Aura menggoda. Agung yang sedang bengong tersadar lalu menjadi salah tingkah.
"Ah ?! Oh.. ngga Mbak.. cuma penasaran aja.. HPnya cantik ya Mbak"
"Tuh kaaan.. gue kata apa.. sama selera loe sama gue Gung, merekanya aja pada sirik ga ngerti barang bagus" sindir Aura sambil melirik teman-temannya yang lain. Agung hanya ngangguk mesem-mesem tidak mengerti.
"Kalo saya boleh tau Mbak Aura beli dimana HPnya, kalo harganya terjangkau saya juga minat Mbak", Agung bertanya penuh harap. Memang sudah lama ia menginginkan HP android yang canggih itu, dia terkadang suka iri melihat orang-orang yang memiliki HP android bisa puas internetan, facebook-an dan juga BBM-an dengan HP mereka, sementara HP yang Agung miliki sekarang cuma bisa telpon dan sms doang. Ketika mendengar Aura bisa membeli HP Android bermerk dengan harga miring begitu ia pun tergiur.
"Ooh.. loe mau juga Gung, ya udah loe pergi aja ke toko Shenmi Celular yang ada di Komplek Gaung Cemara, kalo ga salah gue di Blok C No. 12  paling pojok tokonya. Biar loe ga lupa nih gue catetin alamatnya. Kali-kali aja masih ada karena dia buka obralnya udah tiga hari, jadi kurang yakin juga gue barangnya masih ada ato gak." jawab Aura sambil menuliskan alamat toko itu disecarik kertas kemudian memberikannya kepada Agung. Agung menerima catatan alamat itu dengan hati senang. Tak sabar dia menunggu jam pulang kerja, agar segera bisa mampir ke toko itu.



Gambar : meirida.blogspot.com
Sorenya sepulang kerja, Agung pergi ke toko yang disebutkan Aura tadi pagi. Dia telah sampai di komplek pertokoan Gaung Cemara dan matanya pun telah nanar menatapi satu-persatu papan nama toko yang berada di pojokan blok C, mencari No.12 yang disebutkan Aura, tapi dia tidak berhasil menemukannya. Nama toko ponsel Shenmi Celular itupun tidak ada Agung temukan. Peluh tampak meleleh di dahi Agung, tenggorokannya pun mulai terasa kering karena haus, Agung segera melangkahkah kakinya menuju gerobak es cendol yang terparkir tidak jauh daritempatnya berdiri. Saking hausnya Agung langsung menyeruput es yang disodorkan kehadapannya sambil matanya melihat-lihat kesekeliling. Hari sudah semakin senja, namun toko yang dicari tak jua tampak. Agung pun memutuskan untuk pulang dan  menanyakan lagi kepada Aura keesokan harinya. Belum lagi sepuluh langkah Agung berjalan, tiba-tiba matanya melihat sebuah papan nama usang terpasang di atas sebuah pintu ruko yang berada di ujung blok. Ruko ini posisinya sedikit terpisah dari jejeran ruko lainnya dengan bentuk berbeda dan ukuran yang juga lebih kecil. Ternyata toko yang Agung cari bukan bagian dari komplek pertokoan Gaung Cemara, cuma karena posisinya berada paling ujung dari blok C untuk memudahkan orang menemukannya pada papan itu dituliskan Blok C No. 12.

Dengan perasaan lega, Agung mempercepat langkahnya menuju toko itu. Sesampai didalam toko, Agung disambut oleh seorang pramuniaga berparas manis. Dia memakai baju tradisional cina dengan riasan yang sedikit mencolok. Aneh juga melihat dandanan pramuniaga seperti itu, namun mengingat pemilik toko itu adalah warga Tionghoa, Agung pun tidak ambil pusing soal dandanan pramuniaga itu.


"Selamat malam, ada yang bisa saya bantu", Agung kaget karena dalam sekejab mata pramuniaga itu telah berdiri dihadapan Agung dan menyapanya  dengan logat Tionghoa yang kental.

"Oh iya.. saya mau cari HP Android yang murah ada mbak ... Na Yiwang?" tanya Agung kemudian sambil mengeja nama di tanda pengenal pramuniaga itu. Yiwang tersenyum, menampakkan barisan giginya yang putih rapi.
Gambar : tabloidhape.com

" HP Android ada, mas mau yang merk apa ? mari ikut saya", dia kemudian menuntun Agung menuju salah satu etalase yang memajang beragam HP android. Agar leluasa dalam memilih Agung pun duduk disalah satu kursi yang tersedia di depan etalase. Setelah mengamati beberapa saat, pilihan Agung pun jatuh kepada satu HP berwarna biru tua, dilayarnya tertempel angka 313.

"Bisa lihat yang itu mbak ?" tanya Agung sambil menunjuk kesalah satu ponsel di dalam etalase. Yiwang pun mengambilkan ponsel yang ditunjuk oleh Agung. Senyum manis tidak lepas dari bibirnya.

"ini fiturnya udah lengkap mbak ?" tanya Agung lagi, sebenarnya dia tidak begitu paham dengan spesifikasi ponsel, cuma dia ingin memastikan ponsel yang akan dia beli telah memiliki fitur yang dibutuhkannya. Yiwang kembali tersenyum, dengan anggun dia meraih ponsel di genggaman Agung. Dengan sigap dia menyalakan ponsel itu dan menjelaskan semua fungsi yang ada di ponsel. Agung manggut-manggut mendengar penjelasan Yiwang.

"Harganya berapaan mbak ?" tanya Agung lagi

"Sesuai dengan angka di layarnya mas, 313 ribu"

"Ok mbak, saya ambil satu", ujar Agung seraya menyerahkan sejumlah uang sesuai harga yang dimaksud. Dalam hitungan detik ponsel android itu pun menjadi milik Agung.

"Terimakasih ya mas, sudah berbelanja di toko kami. Semoga menjadi langganan" Yiwang berkata sambil menjabat tangan Agung dengan erat. Telapak tangannya terasa dingin di tangan Agung, entah karena AC atau alasan lain Agung pun tidak begitu mengerti.

Sepanjang perjalanan Agung asyik dengan ponsel barunya. Sambil menunggu bus dia mencoba beberapa fitur yang ada di ponselnya itu. Dia pun mencoba berselfie ria dengan latar belakang orang-orang di halte itu. Agung tersenyum puas melihat hasil bidikan kameranya yang bisa menampilkan gambar dengan sangat jelas. Tangannya sibuk menyapukan jari-jarinya dilayar ponsel, memilih-memilih gambar yang bagus guna diedit di fitur edit photonya. Karena tadi Yiwang sempat menjelaskan bahwa untuk mendapatkan hasil photo yang lebih baik, bisa di edit di fitur edit photo. Agung pun masuk ke aplikasi edit photo dan memilih foto selfienya barusan. Dia mengamati photo itu dengan seksama, ternyata ada cewek cantik berdiri tepat dibelakangnya. Hmm.. kalo foto ini aku edit jadi berdua sama dia aja lumayan juga nih, ntar bisa pamer sama Wandi. Agung pun memangkas photo selfienya sehingga tersisa dia dan si 'gadis' latar. Bus yang di tunggu datang, Agung bergegas naik dan segera mencari tempat duduk yang nyaman agar dia bisa memainkan ponsel dengan tenang.

***

Agung berlari menaiki anak tangga menuju lantai 5 ruang pantry tempat lokernya berada. Karena keasyikan bermain game di ponsel semalam, dia jadi bangun kesiangan. Mau naik lift pun tidak bisa, karena antrian karyawan sudah panjang seperti ular sawah. Tidak ada jalan lain, dia harus menggunakan tangga darurat untuk mencapai lantai 5. Sesampainya di pantry, ternyata teman-temannya sudah datang semua. Mereka tampak sedang membicarakan sesuatu dengan serius. Sesekali mimik wajah mereka seperti ketakutan.

"Tumben loe terlambat Gung, biasanya paling awal", Nani menegur Agung yang berdiri ngos-ngosan di samping pintu.
"Iya nih, gue kesiangan tadi.. kalian lagi bicarain apa sih ? kok sepertinya serius kali ", Agung balik bertanya setelah berhasil mengatur nafasnya."Itu lho Gung, loe ada denger berita gak ? semalam ada kecelakaan yang menghebohkan lho, salah satu korbannya mbak Mita yang admin marketing itu, sekarang di kritis di RS Cinta Kasih"
"Hah ?!! yang bener loe, kapan dan dimana kejadiannya ?"
"Kejadiannya kemarin malam, di halte Gaung Cemara"
"Hah ?!! halte Gaung Cemara ? lho gue semalam juga nungguin bus di halte itu, jam berapa kejadiannya ?"
"Sekitar jam delapan gitulah, gue juga kurang tau persis kejadiannya jam berapa, yang jelas menurut saksi mata yang selamat mereka dihantam mobil yang tiba-tiba nyasar nabrak halte itu. Tapi yang anehnya mereka yang kritis sekarang itu sebenarnya tidak kena hantaman langsung dari mobil yang nabrak, seharusnya mereka ya luka-luka kecil gitu, tetapi justru yang kena tabrak langsung yang luka ringan, eh merekanya yang kritis. Aneh kan ?"

Aneh, ini sungguh aneh. Jika cerita yang Agung dengar itu tidak salah, berarti kecelakaan itu terjadi hanya beberapa menit setelah dia meninggalkan halte. Mereka yang kritis adalah 5 orang cewek yang berdiri pas dibelakangnya. Untuk menghilangkan rasa penasarannya, Agung pun pergi mengunjungi RS Cinta Kasih. Ternyata kejadian ini cukup menarik perhatian media massa, terlihat dari beberapa orang wartawan yang memenuhi lobby rumah sakit. Agung mencoba mencari infofmasi dari orang-orang yang berkumpul, namun tidak membuahkan hasil.

Pikiran Agung masih dipenuhi oleh hebohnya pemberitaan kecelakaan itu, walaupun dia bukanlah salah satu korban, namun mengingat dia beberapa saat sebelumnya berada ditempat yang sama, sedikit banyak membuat Agung merenung juga. Dan nyaris malam itu dia tidak bisa memejamkan mata dengan nyenyak.

***

"Gung.. coba lihat nih, di harian Escape udah ada foto-foto korban kecelakaan kemarin loh", Nani menyoraki Agung yang sedang membersihkan kaca. Mendengar berita yang disampaikan Nani, Agung pun segera menghampirinya. Betapa kagetnya dia karena mengenali wajah-wajah yang terpampang di halaman depan surat kabar itu. Mereka semua adalah orang-orang yang ada di belakang foto selfinya malam itu. Dia ingat persis karena sampai sekarang dia masih menyimpan photo asli yang belum di edit.

Perasaan Agung campur aduk, serasa tidak percaya dengan penglihatannya. Dia pun mencoba untuk menenangkan diri, dan segera menjauhi keramaian. Pelan-pelan dia mengeluarkan ponsel dari kantungnya dan membuka galeri photo di ponselnya. Tidak salah lagi, mereka adalah orang-orang yang aku pangkas dari foto selfie kemarin. Jantung Agung berdetak keras, mencoba untuk menganalisa semua kejadian yang ada didepannya. Tidak.. ini pasti kebetulan.. tidak mungkin ada hubungannya dengan photo ini. Agung mencoba menanamkan sugesti positif dipikirannya.

"Gung !", sebuah panggilan menghentikan langkah Agung, dia pun menoleh mencari sumber suara yang memanggil namanya. Rupanya Nani, yang berjalan dengan beberapa tumpukan file ditangannya. Agung segera mendekatinya, dan mengambil sebagian file dari tangan Nani.

"Eh.. ntar malam loe ada acara gak ?" Agung menggeleng, dia memang tidak ada acara apapun malam nanti.
"Ntar malam ngumpul di Mute Cafe yok, gue yang traktir"
"Boleh, jam berapa ?"
"Mulainya jam 8, kita ketemuan di sana aja ya, Wandi dan Cika juga ikut kok"
"Ok siipp"

Selepas sholat zuhur, Agung melepas penat dengan berbaring-baring di mushola kantor. Masih ada waktu sekitar 20 menit menjelang waktu istirahat usai. Untuk mengisi waktu dia membuka galeri ponselnya dan melihat-lihat photo hasil bidikannya. Tak sia-sia memang dulu dia memilih ekskul Photografi ketika SMU dulu, karena hasil jepretan kameranya cukup bisa di jadikan koleksi pribadi. Meskipun objek bidikannya masih terbatas lingkungan sekitarnya saja dari serangga, langit malam hari, matahari pagi, orang-orang di jalanan dan sisanya adalah foto selfi dirinya dan rekan-rekan sesama OB lainnya. Setelah melihat koleksi galerinya, Agung tersadar rupanya hampir separuh dari foto-foto di galerinya adalah foto Nani dalam beberapa pose. Dan Agung tertarik pada salah satu foto Nani yang sedang berdiri dengan gagang kain pel di tangan kanan sementara tangan kiri menyeka keringat, meski ekspresi lelah terpancar diwajahnya tapi tidak memudarkan kecantikannya. Agung senyum-senyum sendiri tanpa sadar. Cantik juga kamu Nan...aku crop aja deh biar lebih jelas :)

Jam 8 teng Agung sampai di Mute Cafe, suara musik jazz terdengar memenuhi ruangan. Dari pintu masuk Agung melihat lambaian tangan Wandi yang udah duluan datang bersama Cika. Agung pun bergabung bersama mereka.
"Nani mana ? kok yang punya hajatan belum datang ?" tanya Agung sambil memilih kursi dan duduk didepan Wandi.
"Barusan telpon, katanya lagi dijalan, ntar lagi nyampe, katanya kita pesan aja duluan", jawab Cika.

Sambil menunggu kedatangan Nani, mereka pun memesan minuman. Menikmati segelas cappucino di iringi musik jazz itu ternyata asyik juga, ini merupakan pengalaman baru bagi Agung. Selama ini dia memang tidak pernah ke cafe seperti ini, biasanya dia mangkal di warung Mpok Atik di depan gang, pesan bandrek kalo gak teh telor, itu pun udah hebat.

Ponsel Cika berdering, rupanya Nani yang telpon.
"Halo.. dimana loe Nan ? jangan bilang loe ingkar janji ya", semprot Cika langsung tanpa basa-basi.
"Sori Ci..Sori.. ni gue masih di jalan ada kecelakaan di depan gue, jadi macet jalannya", jawab Nani. Dari suaranya terdengar jelas dia masih shock atas kejadian yang terjadi didepan matanya.
"Hah ?? !! Kecelakaan apa Nan ? korbannya siapa ?" Cika berseru kaget mendengar berita dari Nani.
"Tabrakan motor Ci, sepertinya korbannya kritis, barusan di bawa ambulan ke RS terdekat. Tapi Ci gue rasa-rasa kenal sama plat motor korban"
"Yang bener loe Nan ? emangnya mirip plat motor siapa ?"
"D 5454 KO.. itu nomor plat motornya Mbak Sasa kan Ci ?"
"D 5454 KO ? bener Nan itu nomor platnya Mbak Sasa ! trus sekarang dia dibawa ke RS mana Nan ?
"Sepertinya ke RS Mutiara Ci, kita kesana ya, gue mau langsung kesana nih"
"Oh .. oke.. ntar gue sama yang lain nyusul loe kesana"

Sirine ambulan masih mengaung-ngaung di pelataran parkir RS Mutiara, sejumlah tenaga medis tampak sibuk menyambut pasien yang tergolek tak berdaya diatas brankar ambulance. Nani berdiri tidak jauh dengan wajah panik dan sedih. Agung, Cika dan Wandi tiba beberapa saat kemudian, dan langsung bergabung dengan Nani yang telah sampai lebih dulu. Tangis Nani pecah ketika melihat teman-temannya datang, Cika langsung memeluk Nani berusaha menenangkan temannya yang sedang shock itu.
"Gue bener Ci.. itu mbak Sasa.. kasihan dia Ci.. mukanya hancur", Nani menangis sesegukan di pundak Cika.
"Sabar Nan, itulah musibah bisa menimpa siapa aja", ujar Cika mencoba menghibur Nani. Meski hatinya sendiri juga sedang resah.
"Gila ya, dalam beberapa hari ini berturut-turut karyawan kantor kita mengalami kecelakaan, dua hari yang lalu Mbak Mita, sekarang Mbak Sasa.. kok bisa ya ?" Wandi ikut bersuara. Agung yang belum sepenuhnya bisa melupakan peristiwa kecelakaan tempo hari seakan di tampar dua kali dengan kejadian malam ini. Meskipun tidak ada keterkaitan antara dirinya dengan peristiwa yang dialami Mita, tapi tetap saja ada sejumput rasa aneh menyelinap dihatinya. Dan dia sendiri tidak tahu itu apa.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam ketika Agung sampai di kosannya. Dia ingin segera tidur agar bisa melupakan semua bayang-bayang buruk itu, tapi badannya terasa kotor dan lengket oleh keringat. Dia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu baru kemudian tidur.

Agung masih belum bisa memejamkan matanya, bayang-bayang wajah Sasa yang hancur karena kecelakaan tadi masih terlihat jelas dimatanya. Bahkan ketika menutup matapun bayang itu semakin jelas. Agung meraih ponsel dan membuka galeri photonya. Dia menatap foto selfi pertamanya dihalte dua hari yang lalu, meski tidak begitu jelas rupanya Mita memang ada di foto itu, dia berdiri menyamping di belakang sebelah kanan Agung. Kemudian Agung membuka foto Nani yang dia edit tadi sore. Agung sedikit lega karena di foto itu Nani sendirian, jadi setidaknya teori Agung pada peristiwa Mita tidak terbukti pada kejadian Sasa. Dengan ponsel ditangan, Agung pun tertidur pulas hingga pagi.

***

"Nah lhoo.. ketahuan loe ya diam-diam suka motret gue.." tiba-tiba Nani berdiri di belakang Agung. Agung pun terperanjat dan langsung memasukkan ponselnya kedalam saku.
"Apaan sih loe.. ngagetin gue aja" ujar Agung dengan muka merah.
"Tuh kaan muka loe merah, udah loe ngaku aja, gue ga marah kok" ujar Nani lagi seraya duduk disebelah Agung. Agung semakin salah tingkah.
"Mana ponsel loe ? gue liat donk ? gue periksa dulu, kali-kali aja loe potret gue lagi mandi" Nani meminta ponsel Agung sambil menggoda. Digodain seperti itu muka Agung semakin memerah, dan Nani semakin semangat menggodanya.
"Wahh.. ternyata gue cantik juga ya Gung" katanya setelah melihat-lihat beberapa photo dirinya. Agung hanya tersenyum mendengar ucapan Nani meski diam-diam hatinya mengakui itu.
"Eh foto yang ini kapan loe ambil Gung ? Kok gue gak tau ya ?" tanya Nani sambil menunjuk salah satu foto dirinya.

"Oh itu.. kapan ya .. gue juga lupa" jawab Agung sekenanya.

http://i.ytimg.com/vi/DV_7hPqqvGE/0.jpg
Gambar : http://i.ytimg.com/vi/DV_7hPqqvGE/0.jpg
"Sudut pengambilan gambarnya bagus. Yang bikin cantik itu ini nih, bayangan orang di kaca sebelah kiri gue itu, jadi kesannya kaya foto-foto di majalah mode " Agung tertarik dengan apa yang barusan di bilang Nani, dia pun mendekatkan wajahnya lebih dekat ke layar ponsel. Disitu nampak samar, bayang-bayang Sasa di kaca sebelah kiri Nani. Dan foto itu telah dia pangkas ... kemarin ..

~Tamat~













Thursday, March 5, 2015

[Cerpen] Semua Karena Cinta

March 05, 2015 0 Comments
Disudut kamar yang dingin dan lembab, ketika semua makhluk tengah terlelap, hanya gesekan daun pepohonan yang tertiup angin hadir meramaikan kesunyian malam, bersahutan dengan suara jangkrik dan beberapa kali klakson mobil. Lyn termangu dengan sebuah bantal lusuh dipangkuannya.

"Ada apa Lyn ? kamu ada masalah ?"
Belaian tangan itu terasa lembut jatuh di rambut Lyn. Lyn menggeleng lemah, sementara butiran bening itu masih bergelayut manja disudut matanya.
"Lalu mengapa kamu bersedih sayang ? Apa perbuatan mas ada yang menyakiti kamu ? Cerita donk Lyn, jangan buat mas bingung begini"
Lyn tidak kuasa menjawab pertanyaan lembut penuh perhatian itu, dia ambil bantal dan melarikan raungannya disela-sela empuknya. Kamu pasti bingung dengan sikapku mas, tapi maaf aku tak bisa berkata yang sebenarnya. Biarlah untuk sesaat rasa ini kumiliki sendiri.

[Tiga bulan sebelumnya..]

Siang itu Lyn tengah tenggelam dalam tumpukan file yang harus di periksa dan dicocokkan dengan data entry di database. Perkerjaan ini tidaklah rumit, namun cukup menyita waktu karena mencakup data entry semua departemen. Waktu sudah menunjukkan pukul 13 siang, berarti Lyn sudah melewatkan lagi jam makan siangnya. Lagi Lyn ?? hehe .. iya.. lagi.. memang sudah menjadi kebiasaan buruk bagi Lyn melewatkan jam makan siang kemudian tersiksa oleh rasa lapar pada 2 jam berikutnya. "Kenapa sih kamu suka nunda-nunda makan gitu ?" tanya Via suatu waktu. "Ngga sengaja Vi, karna keasyikan kerja ga sadar kalo waktunya udah lewat" Lyn hanya menjawab seadanya sambil cengengesan. "Ahh .. alasan" ujar Via sambil mencibir. "Yee.. suka-suka aku lah" jawab Lyn tidak mau kalah. Via hanya geleng-geleng kepala menanggapi jawaban Lyn sambil berlalu kembali ke meja kerjanya meninggalkan Lyn  yang tengah menyelesaikan santap siangnya yang tertunda. Lyn tidak memperdulikan Via yang beberapa hari terakhir ini bersikap jutek kepadanya. Baru patah hati barangkali. Lyn mencoba berpikir positif dalam hati.

Jreenggg.. sebuah suara super duper nyaring keluar dari ponsel Lyn sehingga nyaris membuatnya tersedak karna kaget, segera diseruputnya minuman dari botol bekal dengan pandangan tak lepas dari layar ponsel. Hanya nomor tanpa nama tertera disitu. Siapa ya ? nomornya kok rasa-rasa kenal ?

"Halo, selamat siang", sapa Lyn dengan bahasa formal. Kali-kali aja yang telpon adalah orang dari kantor pusat. Sesaat tidak terdengar jawaban dari seberang. Hanya bunyi deru angin diselingi helaan nafas yang samar-samar terdengar.
"Halo, selamat siang", Lyn mencoba sekali lagi menyapa peneleponnya. Karena masih tidak terdengar jawaban, Lyn  putuskan untuk menutup telpon itu. Hhh.. siapa sih di halo-halo in malah ga jawab, ganggu acara makanku aja..

Tit-dit-tit-dit.. ponsel Lyn berbunyi lagi. Kali ini bukan panggilan masuk, tapi pesan singkat. Hhm.. dari nomor tadi kaya'nya nih.

"Selamat siang, maaf sebelumnya, apa benar ini nomornya Evelyn?"
"Ya benar, maaf, ini dengan siapa ?"

Jreennnggg ... ponsel Lyn berdendang nyaring kembali, dan bisa ditebak itu adalah nomor yang sama dengan yang telpon dan sms barusan.

"Halooo, siang"
"Siang juga Lyn"
Dheg ! suara ini .. Lyn tergugu .. dengan sendok menggantung di mulutnya. Sesaat Lyn larut dalam lamunan flashback kenangan masa lalunya.
"Halo Lyn .. kamu dengar aku kan ?" suara itu membuyarkan lamunan Lyn dan kembali membawa Lyn ke alam sadarnya. Lyn tidak ingin menampakkan keterkejutannya, sebisa mungkin dia menata hati dan menjawab telpon itu dengan suara yang sewajarnya.
"Oh ya .. ini aku .. apa kabar ?" Lyn berusaha berbasa basi, tapi dia sadar, itu percuma karena suaranya masih serak dan bergetar. Ternyata dia masih belum bisa melupakan pemilik suara itu.
"Alhamdulillah.. kabarku baik. Kabarmu gimana Lyn?
"Hmm.. aku.. baik.. yah.. aku baik.. alhamdulillah"
"Kamu ganti nomor Lyn ? Mengapa ?"
Tentu saja supaya kamu ga bisa hubungi aku. Sebenarnya Lyn ingin menjawab seperti itu, tapi Lyn berusaha untuk tidak menampakkan sikap permusuhan dengan lelaki masalalunya itu.
"Oh itu karena HP ku hilang.. yah.. hp ku hilang" Lyn berusaha mencari-cari alasan yang masuk akal.
"Bukan karena menghindari aku kan Lyn ?" ternyata dia bisa membaca apa yang dipikiran Lyn. Tapi Lyn menyanggahnya. Sekalipun itu benar, tapi harga dirinya memaksa untuk tidak berkata yang sebenarnya.
"Menghindar ? Gak lah !" Lyn mulai ketus, karena merasa pertahanannya mulai goyah. Dia harus segera mengakhiri pembicaraan ini.
"Lyn.. aku rindu kamu", Lyn terperangah ditodong tiba-tiba seperti itu. Rindu ? apa maksudnya semua ini ?
"Mmm.. maaf aku sedang sibuk.. Assalamu'alaikum", tidak ada pilihan lain, Lyn segera mengakhiri pembicaraan itu.

Lyn memegangi dadanya sebelah kiri, berusaha meredam detak jantungnya yang berdetak dengan cepat. Dia merasa dunianya berputar, merasa tidak yakin dan setengah tak percaya dengan yang barusan terjadi. Setelah sekian lama waktu berlalu, setelah susah payah Lyn menata hidupnya kembali dan ketika Lyn telah memulai lembaran baru dengan orang lain mengapa dia hadir kembali ? Lyn telah merasa cukup tenang akhir-akhir ini karena dia merasa telah bisa berdamai dengan masalalunya dan bisa memulai langkah baru dengan Bayu kekasihnya saat ini, tapi mengapa dia datang kembali ? Dan satu lagi yang membuat Lyn bingung, dari mana dia mendapatkan nomor ponsel Lyn yang sekarang ? Karena seingat Lyn, dia tidak pernah memberikan nomor ponselnya yang baru kepada siapa pun.

Lyn aku rindu kamu... Lyn aku rindu kamu.. kata-kata itu selalu terngiang di telinga Lyn. Betapa Lyn ingin melupakan semua itu tapi entah mengapa suara itu masih bergema dengan jelas diruang telinga Lyn. Ada perasaan tidak enak menyusup dihati Lyn, dia merasa bersalah kepada Mas Bayu yang dengan tulus mencintainya. Lyn merasa dia bersalah karena tidak pantas menyimpan semua kenangan masalalunya itu sebagaimana dia telah berjanji kepada dirinya sendiri ketika Bayu melamarnya beberapa bulan yang lalu. Lyn sangat terharu melihat perjuangan Bayu melelehkan gunung es dihati Lyn yang membeku.

Tit-dit-tit-dit.. layar ponsel Lyn berkedip-kedip mengisyaratkan ada pesan baru masuk ke inboxnya. Lyn enggan membaca pesan tersebut karena dari melihat nomornya Lyn sudah tahu siapa pengirimnya. Tapi seakan ada yang sosok lain di diri Lyn yang berpendapat lain, dia mendorong Lyn untuk menekan tombol baca pada ponsel.

"Mengapa ditutup Lyn ? aku rindu kamu.. aku mohon maaf karena telah meninggalkan kamu, tapi itu semua bukan keinginan aku Lyn, aku terpaksa, sekarang aku kembali, mohon terima aku Lyn"

Lyn tidak membalas pesan itu, dan cepat-cepat menghapusnya dari inbox. Bagaimanapun juga Lyn tidak mau ada kesalahpahaman dengan Bayu nantinya. Terlebih lagi hari pernikahan mereka semakin dekat, Lyn sungguh-sungguh tidak mau dan tidak rela jika semua impian yang telah dia rajut bersama Bayu rusak oleh kenangan masa lalunya. Untuk jaga-jaga dari hal-hal yang tidak diinginkan Lyn pun segera menambahkan nomor itu ke daftar blacklistnya, dan mengaktifkan whitelist caller di ponselnya. Dengan begitu ponsel Lyn hanya akan menerima panggilan dari nomor-nomor yang terdaftar di phonebooknya saja.

Semenjak nomor itu masuk ke daftar blacklist, hati Lyn sedikit lebih merasa tentram, karena semua pesan yang masuk otomatis terfilter. Setiap hari tidak kurang ada sepuluh sms yang terfilter di ponsel Lyn. Pengirimnya hanya satu, yaitu dia yang dulu telah mencampakkan Lyn beserta harapan yang mereka bangun selama 3 tahun. Lyn tidak mengerti alasan yang terjadi dibalik kandasnya hubungan mereka, yang Lyn tahu saat itu ketika bunga cinta di hati Lyn sedang mekarnya, tiba-tiba saja tanpa ada alasan yang pasti Lyn menerima surat pemutusan hubungan secara sepihak. Lyn terpuruk dalam patah hati yang dalam, dan nyaris putus asa dengan cinta. Lyn kehilangan kepercayaan kepada yang namanya pria.

Seperti adegan drama, Lyn berkali-kali datang dan meminta penjelasan, namun berkali-kali juga Lyn harus menelan kepahitan ditolak dengan dingin oleh security yang berjaga di depan rumah. Lyn nampak tegar diluar, namun luka dihati Lyn tidak bisa dihapus dalam beberapa hari.  Bahkan ketika Lyn pindah ke kota tempatnya sekarang dia masih sangat sulit melupakan masalalunya itu. Terbukti pada cinta Bayu yang membutuhkan waktu 2 tahun untuk mengisi memori hati Lyn dengan cerita baru. Berkat Bayu Lyn bisa merasakan kembali artinya dicintai. Dia bisa membuat Lyn merasa istimewa dan perlahan dia pun mampu menghapus semua luka itu. Dan janji setia itu akan terikrar dalam hitungan hari kedepan.

Hari bahagia itupun tiba. Janur kuning sudah melambai-lambai menghiasi gerbang jalan menuju kediaman Lyn. Dari kejauhan suara organ pesta terdengar memutarkan musik-musik romantis. Lyn dan Bayu duduk bersanding, di pelaminan menjadi raja dan ratu sehari. Wajah-wajah haru dan bahagia nampak berkeliaran di sekeliling Lyn. Ya wajah-wajah itu yang dulu turut terpuruk ketika Lyn patah hati, sekarang telah berbias rona bahagia. Sama bahagianya dengan Lyn yang tengah bergandeng tangan disinggasana.

Ditengah suasana pesta yang sedang berlangsung, tiba-tiba pandangan Lyn menangkap sesosok bayangan yang berdiri jauh dibalik kerumunan tamu undangan. Memakai baju batik berwarna biru muda, dia memandang sendu ke arah Lyn dan Bayu. Lyn mengucek matanya berkali-kali memastikan penglihatannya tidak salah. Dan matanya memang benar, diantara kerumunan tamu undangan itu adalah dia yang telah Lyn lupakan. Mereka saling tatap untuk beberapa saat, namun beberapa saat kemudian dia memutar tubuhnya dan berlalu pergi. Disaat itulah Lyn terkesiap kaget melihat perubahan pada sosok itu. Ketika dia memutar tubuhnya, Lyn dapat melihat dengan jelas bahwa sebelah kakinya tidak ada, dia berjalan timpang karena ditopang tongkat penyangga di sebelah kirinya. Lyn ingin mengejar bayangan yang berlalu itu, namun Lyn sadar diri saat ini dirinya sedang bersanding. Lyn tidak ingin merusak hari bahagianya dengan skandal masa lalunya.

Bayang-bayangnya yang berjalan timpang itu tak bisa hilang dari benak Lyn. Semakin Lyn menepisnya semakin kuat bayangan itu hadir. Dan itu sungguh mengganggu keseharian Lyn. Hidup tenang dan tentram sepertinya akan menjadi kenangan jika Lyn tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang menari-nari dikepalanya. Tanpa buang waktu lagi, siang itu jam istirahat kantor Lyn minta izin kepada atasannya dan pergi mengunjungi alamat yang beberapa waktu yang lalu sempat dibacanya pada pesan yang terfilter.

Rumah itu sederhana, ada taman kecil di sebelah kiri, dan kolam kecil ditengah-tengahnya. Mirip rumah impian yang sempat Lyn cita-citakan ketika bersama 'dia' dulu. Ada dua pasang sandal terletak di depan pintu, lamat-lamat suara saxophone Kenny G terdengar dari kamar depan. Lyn celingukan mengintip diatara gorden yang berkain jarang, dia tidak segera mengetuk pintu, karena ingin memastikan bahwa dia berada dialamat yang tepat. Sebuah deheman tiba-tiba mengagetkan Lyn dari belakang, dia pun segera berbalik dan mendapati sesosok lelaki tua dengan kantong belanjaan di depannya. Lyn menjura hormat setelah mengenali pria tua itu, dan segera mengulurkan tangan menyalaminya.
"Assalamu'alaikum Oom, apa kabar ?" sapa Lyn ramah. Pria tua itu tak lantas menyahut, dia menatap Lyn lama, kemudian berlalu masuk kedalam rumah. Bingung juga Lyn mendapat perlakuan seperti itu dan nyaris putar arah untuk pulang, namun demi tujuan awalnya dia kembali menguatkan tekad.
"Ngapain bengong diluar ? Ayo masuk" suara pria tua itu dari dalam. Lyn pun menurutinya, dan segera melepas alas kakinya dan melangkah masuk kedalam dan kemudian duduk disalah satu kursi yang ada diruang tamu.
"Ada perlu apa kamu kesini ?", tanpa basa-basi Oom Gusman langsung menanyai maksud kedatangan Lyn. Lyn yang masih bingung ternyata tidak siap mendapat pertanyaan yang kurang bersahabat itu. Lyn menunduk dan berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan maksud dan tujuan kedatangannya.
"Kalau yang kamu cari Erick, kamu salah alamat, dia tidak ada disini"
"Tapi beberapa hari yang lalu saya menerima pesan dari dia bahwa dia tinggal disini Oom". Oom Gusman membuang wajahnya kesamping seakan tidak ingin mendengar kata-kata dari mulut Lyn.
"Sudahlah Pak, buat apa Bapak sembunyiin lagi", tiba-tiba Erick muncul dari kamar. Dia memakai baju kaos lusuh dan celana jeans yang dipotong serta tongkat penyangga di bahu kirinya. Lyn sontak berdiri melihat keberadaan Erick. Dia mencoba melangkah mendekati Erick, namun Erick menolak dan menyuruh Lyn untuk tetap duduk ditempatnya, seakan menolak untuk dikasihani. Melihat kemunculan Erick, Oom Gusman beranjak pergi meninggalkan mereka berdua.

Lyn dan Erick terdiam dan larut dalam pikiran masing-masing tanpa ada yang berusaha untuk memulai pembicaraan. Hanya mata mereka yang saling tatap seolah menyuarakan kerinduan yang begitu dalam. Lyn pun luluh, tanpa menyadari kodrat dirinya lagi, dia menghambur kepelukan Erick dan memecahkan tangis pilu di dada Erick. Untuk sesaat Erick kaget dan membiarkan Lyn dipelukannya, namun bayangan Lyn yang sedang bersanding menyadarkannya kembali dan segera dia mendorong Lyn untuk kembali ke dunia nyata. Hatinya ingin memeluk Lyn lebih lama, tapi dia sadar, akan ada yang terluka jika dia menuruti hatinya.

"Apa yang terjadi Rick ? Bagaimana kamu bisa begini ? Lalu mengapa sekarang kalian tinggal disini ? Trus Tante Ros dimana kok aku gak lihat dari tadi ?", bagaikan peluru lepas dari sarangnya, pertanyaan itu pun meluncur dari mulut Lyn tanpa bisa ditahan lagi.
"Ups .. nanyanya satu-satu donk", jawab Erick berusaha mencairkan suasana. Lyn tidak menanggapinya, dia tetap bersikeras menuntut penjelasan dari Erick.

"Lima tahun yang lalu, kami mengalami kecelakaan di Singapura. Mobil yang aku kendarai bertabrakan ketika dalam perjalanan membawa ibu general checkup ke rumah sakit. Bapak sempat koma beberapa bulan, sementara ibu tidak terselamatkan jiwanya dan aku sendiri pingsan beberapa saat, namun Alhamdulillah tidak ada luka yang berarti kecuali ya ini harus merelakan kaki kiriku diamputasi."

"Tapi mengapa kamu tidak hubungi aku Rick ? Aku benar-benar tidak tahu sedikitpun musibah yang kalian alami"

"Aku memang tidak memberitahu kamu saat itu, karena aku sendiri shock dengan kenyataan bahwa aku harus diamputasi. Ditambah lagi ibuku meninggal, sementara Bapak terbaring koma. Satu-satunya orang yang aku hubungi hanya sepupu aku, lewat dia aku titip pesan untuk menjaga kamu sementara aku fokus di Singapura."

"Lalu bagaimana dengan rumah kalian yang di Graha Asri ? Mengapa ketika aku berkunjung kesana beberapa kali tidak ada yang mengatakan apa-apa ?"

"Rumah itu kami jual untuk biaya pengobatan. Kembali dari sana aku membeli rumah ini dari tabungan yang tersisa. Saat itu aku dalam situasi yang sangat sulit Lyn, aku dan bapak tidak bisa kembali ke kota yang lama karena beberapa bulan tidak masuk kerja ternyata posisi bapak sudah digantikan orang lain, aku memaklumi kondisi bapak yang masih trauma, berkat saran dari salah satu teman bapak, akhirnya aku memutuskan untuk pindah dan memulai hidup baru di kota ini. Tapi yang aku heran adalah bagaimana bisa kamu tidak mengetahui musibah kami ? Jelas-jelas aku menitipkan surat kepada sepupuku untukmu, aku menjelaskan semua kejadian saat itu, karena untuk menelpon mu aku tidak bisa. Pasca kecelakaan itu ponselku rusak, dan semua nomor kontak hilang."

"Sepupu ? sepupumu yang mana ? satu-satunya surat yang aku terima adalah surat putus, dan itupun dikirim via Pos ke kampusku. Aku tidak pernah bertemu dengan siapapun dari keluargamu saat itu". Erick terdiam dan memandang Lyn lama. Dia mencoba mencerna dan memahami semua kata-kata yang diucapkan Lyn. Ada kegeraman tersirat diwajahnya. Namun dia tidak terlalu menampakkannya kepada Lyn. Justru dia berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Ngomong-ngomong kamu kesini.. suamimu.. tahu tidak ?" Lyn menggeleng lemah. Dia memang tidak memberi tahu Bayu kedatangannya kesini. Dia tidak ingin Bayu salah paham.
"Oh ya .. kamu dapat dari mana nomor ponsel ku ?", tiba-tiba Lyn teringat soal nomor ponselnya.
"Oh itu .. aku dapat dari .. seseorang.." Erick menjawab pelan seperti bergumam. Tiba-tiba dia bangkit dari duduknya, dan menyuruh Lyn segera pulang. Terang saja Lyn kaget menerima perlakuan seperti itu, tapi Lyn maklum tentu saja Erick tidak bermaksud buruk, dia hanya tidak ingin nantinya Lyn bermasalah dengan suaminya.

Sejak pertemuan itu, tanpa disadari Lyn selalu teringat dengan Erick. Meskipun mereka telah bertemu, akan tetapi pertemuan itu tidak berhasil memuaskan rasa ingin tahu Lyn, terutama perihal sepupu Erick yang katanya dititipin surat dan juga seseorang yang memberikan nomor ponsel Lyn kepada Erick. Sepenuhnya Lyn sadar sekalipun dia mendapatkan jawaban atas semua pertanyaannya itu, tidak akan bisa merubah apapun, karena antara Lyn dan Erick hanya sebuah cerita masalalu. Tapi Lyn tidak mengerti dengan hatinya sendiri, mengapa hatinya terasa perih setiap mengingat Erick ? Dan jantungnya masih berdebar hebat ketika mata mereka saling bertatapan. Cepat-cepat Lyn menggumamkan istighfar dihatinya, memohon ampun karena hatinya mulai dikotori kenangan masalalunya bersama Erick.

Hari ini genap sepuluh hari Lyn membangun rumah tangga bersama Bayu, sebagai suami Bayu sungguh sosok yang mendekati sempurna. Dia perhatian dan selalu bertutur kata yang lembut kepada Lyn. Bahkan dengan senang hati dia selalu menyiapkan air mandi hangat buat Lyn setiap kali mereka selesai memadu kasih. Seharusnya Lyn menjadi wanita yang paling bahagia didunia karena memiliki seorang suami seperti Bayu. Tapi ternyata tidak, Lyn tidak bisa sepenuhnya bahagia karena hatinya diliputi rasa bersalah yang teramat dalam kepada suaminya. Bagaimana tidak, saat-saat bahagia bersama Bayu seharusnya tubuh dan hati Lyn adalah milik suaminya secara utuh. Bukan sebaliknya ketika tubuhnya dalam dekapan Bayu, pikirannya melayang kepada Erick. Lyn sungguh tersiksa dengan apa yang dia rasakan. Dan puncaknya adalah malam ini, ketika Lyn tidak bisa merasakan sentuhan Bayu sebagaimana biasanya. Tubuh Lyn bagaikan pohon kayu yang mati rasa. Tentu saja Bayu bingung dengan perubahan Lyn, namun dia berjiwa besar dan mencoba untuk berfikir positif, dan beranggapan bahwa Lyn tengah penat dengan semua perkerjaannya. Dengan penuh sabar di rangkul dan dipeluknya Lyn yang tengah terduduk disudut kamar.

Lyn termenung di meja kerjanya, teringat atas kejadian semalam. Nafasnya sesak setiap kali terbayang wajah sedih Bayu. Otaknya berontak dengan keras menuntut Lyn untuk bertindak logis dan tidak larut dengan larut dalam perasaan sentimentilnya. Aku harus segera luruskan benang kusut ini.. Lyn membatin dan segera meraih tasnya. Dengan langkah tergesa Lyn segera menuju parkiran. Dia tidak memperdulikan tatapan aneh rekan-rekan kerjanya yang lain.

Lyn sampai dirumah Erick setelah berjibaku dengan macetnya jalanan siang itu. Dia memutar motornya mencari tempat yang teduh untuk parkir. Sembari mengunci motor, Lyn mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah yang tampak sepi. Seperti kunjungan Lyn beberapa hari yang lalu, hari ini pun sama, dari tempatnya berdiri Lyn bisa melihat ada dua sandal yang terletak didepan pintu. Lyn melangkahkan kaki mendekati pintu, beberapa langkah lagi dia sampai ketika matanya tertuju kepada sepasang sepatu yang terletak dibawah kursi diteras depan. Lyn menyipitkan matanya karena merasa mengenali sepatu itu. Tiba-tiba Lyn di kejutkan oleh suara keras dari dalam rumah.

"apa maksudmu menutupi semuanya dari Lyn ??!! apa masih kurang semua yang sudah kau rampas dari aku ? apa tidak cukup yang orangtuaku berikan untuk kamu ?? hah ??"

Itu suara Erick, dia bertengkar dengan siapa ? langkah kaki Lyn terhenti disudut teras, dan tanpa sadar dia menguping perdebatan itu. Tapi orang yang bertengkar bersama Erick tidak mengeluarkan kata sepatah pun.

"Aku sudah cukup bersabar ketika Evelyn tidak mengunjungi aku ketika di Rumah Sakit, aku mencoba memaklumi ketika Evelyn tidak memberi kabar, karena kamu bilang saat itu Evelyn sedang sibuk dengan skripsi, kamu tidak mau mengusik konsentrasinya. Tapi nyatanya apa ? Kamu tidak menyampaikan surat ku kepadanya, justru kamu kirimkan surat palsu ? Apa maksudmu sebenarnya ??!!"

"Maaf Rick, aku mengaku salah kepadamu dan juga Lyn"

Lyn terkesiap ketika mengenali suara yang berdebat dengan Erick, tapi dia masih tidak percaya dengan pendengarannya. Dia pun berusaha mendekatkan diri lebih dekat ke jendela depan.

"Maaf kamu bilang ? kamu lihat aku sekarang ? kamu lihat bapak ku ? orang yang telah merawat kamu seperti anaknya sendiri ? apa balasan yang kamu berikan kepadanya ? kamu justru mengkhianatinya, sehingga dia dipecat dari jabatannya, semua itu adalah ulah kamu !!"

"Itu tidak benar Rick, aku mengakui kesalahan yang aku perbuat kepada kamu, tapi aku tidak melakukan hal-hal hina kepada Oom Gusman. Satu-satunya kebodohan terbesarku adalah ketika membukakan password komputer Oom di kantor. Tapi sumpah Rick, aku tidak mengetahui sama sekali maksud Pak Teddy saat itu. Karena sebagai karyawan bagian IT semua masalah di komputer kantor adalah tugas dan tanggung jawabku"

"Aaaahh .. sudah aku tidak mau lagi mendengar apapun dari mulut kotormu, sekarang aku menuntut tanggung jawabmu atas kandasnya hubunganku dengan Lyn. Aku mau kamu berterus terang kepada Lyn, dan katakan yang sebenarnya !"

"Apa yang harus aku ketahui sebenarnya Mas ?" Lyn tidak bisa lagi menahan dirinya lebih lama, dan dalam sekejab dia telah berada diruangan itu, tepat di depan Bayu yang tengah berlutut. Melihat kehadiran Lyn yang begitu tiba-tiba sontak semua yang berada di ruangan itu kaget bukan kepalang. Terutama Bayu, dia menatap Lyn dengan tatapan rasa bersalah. Matanya berkaca-kaca, dengan perlahan dia bangkit dan berjalan mendekati Lyn.

"Lyn .. mohon dengarkan penjelasan Mas" Bayu memegang tangan Lyn berusaha membujuknya. Tidak bisa menerima begitu saja, Lyn mengibaskan tangan Bayu yang hampir menyentuhnya.

"Penjelasan untuk yang mana Mas ? untuk kebohongan surat itu ? atau untuk cinta palsu mu selama ini ?" bola mata Lyn sudah basah oleh air mata, namun sebisa mungkin ditahannya agar tidak jatuh. Tubuh mungil Lyn menggigil menahan emosinya, betapa dia merasa dipermainkan selama ini. Bayu yang ditatap tajam hanya menunduk dengan lemas.

"Mas minta maaf karena telah membohongi kamu dengan surat itu. Sebenarnya selama ini mas mencintai kamu Lyn, sangat mencintai kamu. Melihat kemesraanmu dengan Erick selama ini mas sungguh tersiksa. Maafkan mas Lyn, setan telah menghasut mas ketika Erick kecelakaan itu. Mas tahu, dan sangat menyadari kesalahan mas. Seharusnya mas tidak bersikap seperti ini. Tapi cinta mas sama kamu tidak palsu Lyn, justru sebaliknya. Mas teramat sangat mencintai kamu"

"Teganya kamu mas, kamu manfaatkan kesusahan orang lain demi kebahagiaan kamu sendiri. Puas kamu mas ? telah berhasil menipu aku selama ini ? puas kamu mas sudah bisa menikmati tubuh aku ?? puas kamu mas menghancurkan hati akuu ?" Lyn tidak bisa lagi menguasai dirinya, dia meraung sekerasnya sambil memukuli dada Bayu dengan dengan satu tangannya. Bayu yang merasa bersalah hanya diam membiarkan Lyn meluapkan emosinya.

Beberapa saat berlalu, Lyn masih sesegukan duduk bersimpuh bersandar didinding, sementara Bayu  kembali ke posisi awalnya, berlutut di depan Lyn dengan kepala tertunduk, dan sesekali terdengar isakannya. Lyn memandangi pria yang telah menjadi suaminya itu. Terlepas dari semua persoalan masa lalu itu, sebenarnya Bayu adalah pria yang baik. Selama dua tahun mengenalnya sekalipun Lyn tidak pernah dikecewakan. Tapi mengingat semua kebohongan yang dia lakukan selama ini hati Lyn merasa gamang untuk kembali mempercayainya.

"Kamu tau yang aku rasakan sekarang mas ?" suara Lyn memecah kesunyian dengan pelan. Bayu mendongakkan kepalanya menatap Lyn dengan penuh penyesalan.
"Aku merasa jijik sama diriku mas, membayangkan tubuhku yang sudah kamu sentuh dengan kebohongan itu, aku sangat jijik" Lyn berujar datar dengan kedua tangan yang menggosok-gosok lengannya seolah ingin melunturkan sesuatu dari sana. Bayu terpukul mendengar perkataan Lyn, dengan mata berlinang dia menggeleng-gelengkan kepalanya. Diraihnya kedua tangan Lyn dan menggenggamnya dengan erat, dibawanya mendekati wajahnya. Kedua tangan Lyn bisa merasakan ada yang hangat membasahi tangannya. Dia menarik tangannya dari genggaman Bayu, namun tidak berhasil karena Bayu menggenggam tangan itu dengan kuat.

"Makilah mas dengan sepuas hatimu Lyn, pukuli mas jika itu bisa mengurangi sedikit luka di hati kamu. Tapi jangan tinggalkan mas Lyn.. jangan.. mas mengaku bersalah kepadamu dan juga Erick, mas terima segala sumpah serapah kalian, mas terima semua caci maki kalian, mas sadari semua perbuatan mas yang hina, tapi jangan abaikan perasaan mas terhadap kamu.. demi Tuhan Lyn cinta mas sama kamu sangat tulus.."

"Masih bisa kamu bicara cinta saat ini mas ? Hhh.. kamu adalah saksi mata betapa terlukanya aku ketika menerima surat palsu mu itu. Kalau saja aku tidak ingat Tuhan, mungkin saat itu aku sudah bunuh diri mas. Sakit rasanya hati ini mas.. sakiitt.. Beribu dugaan tak jelas muncul dikepala ini sehingga menumbuhkan kebencian teramat dalam kepada Erick. Mas tau berapa lama waktu yang aku butuhkan untuk melupakan kepahitan itu ? dua tahun mas, dua tahun.."

"Mas tau Lyn, amat teramat tau karena mas sendiri yang berada disisi kamu saat itu.. mas ha.." ucapan Bayu terpotong karena Lyn tiba-tiba bangkit dari duduknya dan melangkah pergi. Bayu segera mengejar Lyn dan berhasil menahan salah satu tangan Lyn.

"Lepaskan aku mas, aku tidak bisa dan tidak mau lagi berada disini. Aku capek.." sekuat tenaga Lyn berupaya melepaskan tangannya dari genggaman Bayu. Kali ini Bayu tidak menahannya lagi, karena dia bisa melihat kesungguhan hati yang bulat dari tatapan mata Lyn. Dia hanya bisa pasrah melepas Lyn yang semakin menjauh. Sementara dari kejauhan Erick hanya duduk terdiam mengamati drama yang terjadi dihadapannya. Ada bias puas tergambar diwajahnya karena semua tabir telah terbuka. Diam-diam dia mengeluarkan ponsel dari saku celananya, dan dengan senyum tertahan dia menuliskan pesan.

"Aku berhasil Vi.. sekarang giliranmu"