Wednesday, March 11, 2015

Surat Untuk Bapak

Assalamu'alaikum Pak,
Bapak apa kabar ? Saya doakan Bapak selalu sehat dan dalam lindungan Allah SWT, aamiin.

Sebagai anak yang menyayangimu, sebenarnya aku ga begitu setuju dengan terpilihnya Bapak sebagai pemimpin bangsa ini, bukannya aku ga yakin sama kemampuanmu ya Pak, tetapi lebih karena aku khawatir desakan kepentingan orang-orang dibelakangmu itu membuatmu menjadi pemimpin yang tidak amanah. Tetapi sebagai anak yang telah dididik ilmu agama, aku sadar sepenuhnya bahwa semua ini terjadi adalah karena izin Allah, sebagai anakmu aku akan-pasti-selalu mendoakan agar semua langkah dan kebijakan yang Bapak ambil untuk bangsa ini senantiasa di ridhoi Allah, aamiin.

Pak.. aku mau curhat..

Bapak ada waktu gak buat dengerin curhat ku ?

Aku lagi sedih Pak, kemarin aku beli minyak motor di pertamini, mo ngantri di SPBU ga kuat Pak, antriannya panjaaang sekali, bisa-bisa aku terlambat sampai kantor. Harga di SPBU kan Rp6600/liter kan Pak ? Tapi aku beli di ketengan itu jadi Rp8000/liter. Katanya mereka susah dapat minyaknya, harus malam-malam, kalo ga sebelum subuh. Makanya kesulitan mereka mendapatkan minyak itu mereka hargai dengan menaikkan harga jual mereka. Istilah mereka itu 'uang capek'nya.

Yang bikin aku miris tu ya Pak, kan BBM ini dulu Bapak naikin harganya bulan November 2014 ya ? Eh bener ga sih aku Pak ? waktu itu harga di SPBUnya Rp8500/liter, naah waktu itu harga di ketengan sampe Rp10.000/liter lho Pak, Bapak bisa bayangkan gak betapa susahnya aku saat itu ? Semua harga melonjak naik, bahkan harga beras yang biasa aku beli cuma 110 ribu per karung, menjadi 140rb per karungnya. Bulan masih tanggal 20, tapi uang ditanganku tinggal 30.000, aku pusiiingg sekali Pak. Bagaimana mungkin dengan uang segitu aku bisa bertahan sampai tanggal gajian ? sementara satu harinya saja tidak kemana 10.000 harus aku keluarkan untuk transportasi. Jarak rumah dan tempat kerjaku jauh sekali Pak, dengan motor paling cepat aku butuhkan 45 menit. Itu pun udah lari 60-70 Km/Jam. Untunglah perusahaan tempatku berkerja sedikit ada pengertian, mereka menaikkan uang transport ku dari 6500 jadi 7500. Meskipun masih nombok, tapi aku masih bersyukur Pak, karena merasa keluhanku diperhatikan oleh perusahaan. #perusahaanku baik *terharu*

Meskipun sangat sulit, kami mencoba bertahan Pak dengan mengurangi belanja hal-hal yang gak perlu. Tapi setelah kami memilah dan memilih dengan seksama, kok jadi bingung sendiri ya Pak ? ga ada yang bisa kami tiadakan, karena selama ini kami memang hanya belanja yang perlu-perlu saja. Sampai-sampai anakku yang SMU itu rela berkorban untuk adik-adiknya Pak, dia rela uang sakunya dikurangi agar kebutuhan cukup sampai akhir bulan. Konsekuensinya pastilah ada, setiap hari dia harus berangkat setengah jam lebih awal agar bisa sampai disekolahnya tepat waktu, mau bagaimana lagi, karena dia harus berjalan kaki pergi kesekolahnya. #kasihan anakku *sabar*

Kami udah bisa pasrah dengan keadaan Pak, kami ikhlas dan menerima dengan lapang dada. Kami anggap ini semua ujian dari Allah. Dan kesabaran kami ternyata berbuah manis. Bapak kembali menurunkan harga BBM. Anakku yang SMU itu menari-nari kegirangan, karena dia bisa bayangkan uang sakunya kembali utuh, dan bisa pergi kesekolah dengan angkot lagi. Tapi Pak .. ternyata harga-harga dipasar itu gak turun lho walaupun Bapak udah turunkan harga BBM, padahal naiknya hari itu cepat banget kan ? Begitu malam Bapak umumkan, paginya harga-harga udah naik. Tapi kenapa pas turunnya gak ya pak ? Bapak umumkannya malam juga kan ? tapi sampe sekarang ni, ketika surat ini aku tulis harga-harga barang masih aja tinggi #disitu-kadang-saya-merasa-sedih.

Tapi yoo wess lah, aku ni bisa apa ya Pak ? kalo pedagangnya gak mau nurunin harga masa aku harus marahi ? suka-suka mereka kan ? Kalo keberatan sama harganya ya gak usah belanja #gitu-aja-kok-repot. Tapi kalo ga belanja, ya ga bisa makan toh Pak ? Jadi pusing aku pak.. pusiiing...

Kemarin tu Pak, ada lagi kejadian yang bikin aku tambah pusing. Aku suruh anak pergi beli gas ke warung di gang sebelah, biasanya juga beli disitu. Aku kaget karena anakku kembali lagi pulang dengan tabung kosong ditangannya. Katanya uang yang aku kasihkan kurang, harga gas udah naik. Lhoo.. kapan naiknya ? Bapak ga ada umumin kan Pak ? atau akunya yang ga nonton berita ya ? *benturin kepala ke tembok*.

Rasanya aku mau nangis sekeras-kerasnya Pak, karena kok susah kali lah mau hidup normal. Bukannya membanding-bandingkan dengan zamannya Pak Harto ya Pak, tapi kok ya rasanya saat itu hidup itu kok mudah ya ? Semua murah, hidup tentram dan damai. Gak ada tuh yang kelahi-kelahi seperti di pentas DPR itu. Aku masih ingat dengan jelas, mendiang ibu waktu itu bisa beli minyak tanah itu seharga 400 perak. Emang sih KKN di zaman dia itu gak ketulungan, tapi emangnya zaman sekarang ini udah bersih dari KKN ? Ga juga .. yang ada tindakan korupsi itu sudah merajalela dari atas sampe bawah, sampai-sampai rakyat jadi bingung sendiri. Bingung karena dimana-mana ada spanduk dengan tulisan "jangan takut, jika anda menemukan kecurangan, segera laporkan". Nah kami ini mau lapor sama siapa ya Pak ? Lha wong tempat ngelapor itu aja juga korupsi ?

Pak.. Bapak jadi pusing ya dengar curhat ku ?

Yo wess lah Pak, aku juga ga mau nambah-nambahi pikiran Bapak. Harapan aku semoga Bapak bisa menampung curahan hati ku ini, dan segera mengambil tindakan yang bijak guna mengatur dan menstabilkan harga agar rakyat bisa hidup dengan tenang.

Demikian yang aku sampaikan Pak. Salah dan khilaf aku mohon maaf ya Pak.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.





Hormat takzim,

Anak-mu

No comments:

Post a Comment


Terimakasih telah berkunjung ^.^
Tinggalkan komentar ya, biar kita saling kenal.

Note : Mohon maaf, komentar anonim dan link hidup saya anggap spam, ya.