Monday, February 23, 2015

[Cerpen] Cinta Tiga Kata

February 23, 2015 0 Comments
Namaku Don, tapi teman-temanku banyak yang memanggilku Oon. Bukan berarti aku bloon ya, meskipun aku ga terlalu pintar, tapi aku juga ga bodoh-bodoh amat, tengah-tengahnya lah :D Aku dipanggil Oon bukan tanpa sebab, tetapi dikarenakan semasa sekolah dulu, guru salah menyebut namaku ketika memanggilku di daftar hadir. Tulisanku yang rada-rada mirip tulisan dokter menyulitkan guru untuk membedakan antara huruf D dan O yang kutulis. Jadilah aku di panggil Oon oleh teman-teman sekelasku masa itu, hingga terbawa sampai sekarang.

Di usiaku yang 20 tahun ini, aku berprofesi sebagai supir angkot. Miris memang, ketika teman-teman seumuranku tengah sibuk berkutat dengan segala diktat di bangku kuliah, sementara aku harus bergelut dengan debu jalanan di antara bisingnya jalanan kota. Tapi aku tidak berkecil hati, semua ini aku lakukan dengan ikhlas, karena semenjak kematian Bapak satu tahun yang lalu, otomatis tugas dan tanggung jawab kepala keluarga jatuh kepada ku. Sebagai anak tertua dari tiga bersaudara aku harus berkerja keras membantu ibu dan ke dua adik kembarku.

Tidak ada yang perlu disesali memang, meskipun impian untuk duduk di bangku kuliah itu terus ada, tapi aku memilih untuk memendamnya sedalam mungkin, karena saat ini aku lebih fokus untuk membiayai ke dua adikku yang satu tahun lagi juga menamatkan pendidikannya di bangku SMU. Ya.. inilah aku si supir angkot yang terus optimis ditengah gempuran kondisi yang serba ekonomis :D

Namanya Nisa, dia remaja seumuran adik kembarku. Wajahnya manis dan sikapnya sopan. Dia adalah salah satu dari sekian banyak murid sekolah yang menjadi pelanggan tetapku. Setiap hari dia dan beberapa orang temannya selalu menumpang angkot ku untuk pergi dan pulang sekolah. Semacam carteran begitu. Setiap hari sekitar 30 menit berada di tempat yang sama walaupun dengan status aku supir dia penumpang, tak urung telah membuat hatiku berdebar tak menentu. Tiga kata darinya yang setiap hari kurindukan adalah "terimakasih ya bang". Ya itu adalah kalimat yang selalu dia ucapkan kepadaku seraya membayar ongkosnya. Hanya tiga kata, tapi kata-kata itu terngiang terus ditelingaku siang dan malam.

"Udah bang, tembak aja, ntar keburu disambar orang lho", ujar Ucup si kernet siang itu ketika selesai mengantar Nisa. Aku menggeleng dengan mata tak lepas dari jalan. "Emang kenapa bang, dia cantik, abang ganteng, cocok kok bang", Ucup berkata lagi dengan polosnya. Aku hanya tersenyum, tak mau menanggapinya. Hati kecilku sebenarnya tidak sepenuhnya menyalahkan Ucup, tapi aku cukup sadar diri, Nisa siapa aku siapa ? Nisa itu putri tunggal cukong kayu didaerahku, aku kenal orang tuanya karena Alm. Bapak dulu adalah salah satu buruhnya. Dengan asset kekayaan orangtuanya yang bejibun itu aku sudah bisa bayangkan masa depan cerah telah membentang dihadapannya. Nah aku sendiri hanyalah seorang supir angkot yang cuma tamatan SMU. Betapapun tulusnya rasa cinta ku kepada Nisa, aku cukup tahu diri untuk tidak merusak masa depan cerahnya dengan melabuhkan roman picisan ku kehatinya. Biarlah rasa ini kusimpan sendiri, dengan harapan jika suatu saat Tuhan jodohkan aku dengan dia semoga dengan kondisi diriku yang telah pantas untuknya.

Waktu berlalu dan tahun pun berganti. Tak terasa satu tahun pun berlalu. Tahun ini hatiku diliputi rasa bahagia yang luar biasa. Ada beberapa alasan mengapa aku bahagia. Satu, karena adik kembarku lulus SMU dengan nilai yang sangat memuaskan dan mendapat beasiswa pendidikan untuk melanjutkan kuliah di Universitas Andalas. Dan aku sendiri dengan berbekal tabungan dua tahun terakhir juga diterima di Universitas Negeri Padang. Walaupun beda universitas, tapi kami berada di satu kota. Berarti aku tetap bisa bersama-sama dengan kedua adik yang sangat aku kasihi. Mengingat ibu tinggal seorang diri, aku pun merayu ibu agar bersedia pindah ikut kami ke Padang. Dengan iming-iming dibukakan usaha catering dan warung sarapan, ibupun akhirnya bersedia ikut dengan kami ke Padang, agar rumah peninggalan dari almarhum Bapak tetap terawat maka kami memutuskan untuk menyewakannya kepada orang-orang terdekat.

Kami berangkat selepas subuh menggunakan bus umum menuju kota Padang. Tidak ada halangan berarti sepanjang perjalanan kami. Wajah-wajah sumringah terpancar jelas di wajah kedua adikku. Hati ku turut bahagia melihat kebahagiaan mereka. Sesampai di Padang, aku segera menghubungi Asril, teman SMU ku dulu yang lebih dulu kuliah disana. Berkat dirinya aku tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan rumah kontrakan yang dekat dengan kampus dan berada dilingkungan kos-kosan mahasiswa. Rahmat Allah benar-benar dapat kurasakan dalam setiap langkahku. Karena semua yang kami rencanakan berjalan dengan sangat lancar tanpa ada hambatan berarti.

Tak terasa sebulan sudah kami berada di kota ini. Usaha catering ibu alhamdulillah berjalan lancar, kuliah aku dan adik-adikku juga berjalan mulus. Sebagai pria satu-satunya, aku tidak mau semata-mata mengandalkan ibu sebagai pencari nafkah. Namun mengingat aku sekarang tak lagi bebas seperti dulu, karena telah terikat dengan jadwal perkuliahan mau tidak mau aku harus mencari perkerjaan yang waktunya fleksibel dan bisa disesuaikan dengan jadwal kuliah. Aku mencoba berdiskusi dengan Asril yang lebih senior dan mengenal seluk beluk kota Padang lebih baik. Berkat saran darinya, akhirnya aku mencoba memasukkan lamaran ke salah satu warnet yang buka 24 jam. Setelah bertemu dengan pemilik warnet yang alhamdulillah orangnya sangat baik, aku diterima kerja dengan shift khusus yaitu senin-jumat pukul 16:00 - 24:00, Sabtu-Minggu pukul 08:00 - 20:00. Dengan jadwal kerja seperti ini aku sangat beruntung, karena tidak bentrok dengan jadwal kuliahku yang padat dari pagi hingga sore. Tak lupa aku meminta restu ibu agar semua urusan ku diberkahi Allah.

Namanya Mitha, lengkapnya Paramitha. Gadis manis asal Bukit Tinggi. Aku mengenalnya lewat salah satu teman yang aktif di rohis. Orangnya santun, namun keaktifannya di organisasi telah melahirkan bakat-bakat manajerial yang sangat bagus pada dirinya. Ketika berbicara suaranya lembut, namun terdengar tegas dan berwibawa. Oya ada satu ciri khasnya yang membuat orang selalu betah berbincang dengannya, yaitu senyum manis yang selalu menghadirkan lesung pipi di pipi kirinya.

"Gimana Don ? kau tertarik ?", Asril menggodaku ketika aku tengah asyik mengamati Mitha diantara teman-temannya. "Maksudmu ?" aku balik bertanya kepada Asril. Mendengar pertanyaanku itu Asril malah tertawa sambil menggelengkan kepala. Kini balik aku yang heran melihat sikapnya. "Don..Don..muka mu itu ga bisa bohonglah. Kau suka kan sama Mitha ?" tuding Asril tanpa basa-basi. "Suka ? normallah kalo cowok suka sama cewek hebat seperti dia. Cuma aku sadar diri Ril, dia siapa aku siapa ?" sebisa mungkin aku berkelit dari tudingan Asril. Sebenarnya lamat-lamat aku mulai tertarik dengan sosok Mitha, namun bayang-bayang Nisa masih menari bebas di pelupuk mataku dan aku sendiri tidak pernah tahu kapan bisa menghilangkan bayang-bayang Nisa dari kehidupanku.

Sesekali waktu, Ucup mantan kernet ku masih menghubungi. Kami berbagi kabar masing-masing. Kabar terbaru darinya yaitu sekitar seminggu lalu, dia mengabarkan bahwa dia telah menikah dengan Wulan anak Pak RT dan sekarang sudah tidak jadi kernet lagi, karena mertuanya memberi dia modal usaha membuka sebuah kios pulsa plus kios bensin. Aku turut bahagia mendengar perkembangannya. Ucup memang pantas mendapatkan kebaikan seperti itu mengingat dirinya yang yatim piatu dan juga sholeh yang tak pernah meninggalkan sholat lima waktunya. Dua minggu sebelumnya Ucup mengabarkan bahwa Nisa sekarang berada di Semarang, dia kuliah jurusan kedokteran di Universitas Diponegoro. Sedikitpun aku tidak terkejut mendengar pilihan jurusan yang dia ambil, karena dari cerita yang kudapat, dia memang terkenal pintar disekolah. Meskipun tidak ada hubungan dengan ku, namun aku turut berbahagia mendengar kabar tentangnya, dan sedikit banyak semakin menciutkan nyaliku untuk sekedar menaruh harapan bersamanya kelak. Aku merasa jurang diantara kami semakin dalam.

Dalam hal berorganisasi sebenarnya aku tidak begitu tertarik, karena jujur saja aku tidak begitu bagus dalam berkomunikasi. Bahkan jika sudah berhadapan dengan orang banyak keringat dingin selalu membasahi tubuhku. Namun Asril tidak bosan-bosannya mengajakku untuk ikut berorganisasi di kampus. Setelah kupikir-pikir sepertinya tidak rugi juga berorganisasi, selain menambah teman juga menambah relasi. Karena sebagian besar alumni masih aktif sebagai penasehat di organisasi kampus. Nah hal ini lah yang aku sukai, karena menurutku hubungan yang baik dengan alumni bisa membuka peluang atau harapan karir dimasa depan. Insya Allah. Setelah mengamati beberapa organisasi dikampus, akhirnya pilihanku jatuh kepada rohis. Aku tertarik dengan program-program mereka yang bertemakan islam. Namun pilihan ku ini diledek habis-habisan oleh Asril, karena menurutnya pilihan ku bergabung dengan rohis karena ada Mitha, bukan yang lain. Aku geleng-geleng kepala saja mendengar ledekannya, tapi ga muna sih, itu juga salah satu alasannya hehe

Keikut sertaan ku di rohis secara tidak langsung membuat hubunganku dengan Mitha semakin dekat. Aku tidak bisa dan juga tidak mau menyebut hubungan kami ini sebagai hubungan pacaran, namun kami juga sadar bahwa kami bukan teman biasa. Dia sering memberi aku masukan-masukan positif sehubungan kuliah atau pun organisasi, dan aku juga sebaliknya. Jika ingin berpergian dia sering pamit kepadaku via sms. Banyak teman-teman yang menduga kami pacaran, namun kami serentak sama-sama membantah. Kami memegang prinsip yang sama, tidak ada pacaran dalam Islam. Titik.

Waktu menunjukkan pukul 23:15 WIB, aku baru saja selesai mandi sepulang dari warnet tempatku berkerja. Ketika bersiap-siap untuk tidur tiba-tiba aku dikagetkan oleh nada dering ponselku yang cukup nyaring. Kulirik nama pemanggilnya dan tertera nama Ucup disitu. Ucup ? ada apa dia telpon malam-malam begini ? aku membatin heran.

"halo, assalamu'alaikum"
"wa'alaikum salam. Ini Ucup bang"
"ya .. tahu. Ada apa Cup, tumben telpon malam-malam gini"
"ya bang, maaf bang, tapi ada kabar duka ni bang"
"hah ?!!" aku tersentak kaget, dan bangkit dari tidurku.
"ya bang, itu Pak Bandi, ayahnya Nisa meninggal bang, dibunuh sama orang ga dikenal. Trus ibunya ditemukan terikat dan sekarat di balik tangga"
"yang bener kamu Cup ? Kapan kejadiannya ?
"kejadian persisnya ga tau bang, kita semua taunya tadi sore pas di kilang kayu miliknya itu rame polisi. Rupanya ditemukan mayat di sumur tua yang udah ga di pake. Dan mayat itu rupanya mayat Pak Bandi bang"

Kakiku mendadak lemas mendengar berita dari Ucup. Karena memang tidak menyangka sama sekali nasib Pak Bandi akan berakhir tragis seperti itu. Apalagi selama ini Pak Bandi itu terkenal baik dan suka menolong kaum lemah. Keluargaku sendiri adalah salah satu keluarga yang rutin menerima bantuan sembako dari Pak Bandi. Namun persaingan bisnis sepertinya adalah salah satu pemicu terjadinya tragedi mengerikan ini.

Berita tentang kematian Pak Bandi rupanya telah sampai ke telinga ibu dan kedua adikku. Bahkan dari cerita yang mereka dapat, rumah kediaman Pak Bandi pun dirampok, semua barang berharga seperti uang dan perhiasan ludes tak bersisa. Kami semua shock dan tak percaya dengan berita yang kami dengar. Sebisa mungkin aku mencari berita yang lebih lengkap terutama sehubungan dengan Nisa. Kalau saja saat ini bukan minggu-minggu sibuk ujian semester mungkin aku telah meluncur ke kota kelahiranku itu. Namun keinginan itu aku tahan sekuat mungkin. Terlebih lagi keesokan harinya aku mendapat kabar dari Ucup, bahwa Nisa pulang dan mengurus pemakaman orang ayahnya. Sementara ibunya masih terbaring koma di RS.

Beberapa bulan berlalu setelah peristiwa naas itu, aku mendapat kabar yang lumayan baik. Ibu Nisa sudah sadar dari komanya, dan sekarang dia dibawa oleh Nisa ke Semarang. Dengar-dengarnya sih di Semarang masih ada saudara jauh almarhum ayahnya. Jadi untuk sementara Nisa dan ibunya menumpang disana. Bisa aku bayangkan betapa sulitnya kondisi Nisa saat ini, karena dia yang terbiasa hidup dalam keadaam mewah dan berkecukupan sekarang harus bisa menahan diri dan hidup menumpang dirumah saudaranya. Nisa dan keluarganya bisa dikatakan bangkrut karena setelah kematian ayahnya, bukan warisan yang dia dapat, justru tumpukan hutang yang harus diselesaikannya. Rupanya usaha ayahnya tidak berjalan bagus belakangan ini dan dia terlilit hutang yang cukup besar dengan rekan bisnisnya. Satu-satunya cara agar masalah hutang piutang itu selesai hanyalah dengan menyerahkan kilang kayu kepada mereka. Dan Nisa harus merelakan itu semua agar dia dan ibunya bisa hidup tenang jauh dari debt collector. Rumah mewah mereka juga harus diikhlaskan untuk disita oleh bank, karena beberapa bulan sebelumnya almarhum Pak Bandi baru saja mengajukan pinjaman uang dengan sertifikat rumah sebagai jaminannya. Sekarang yang tersisa hanya Nisa, ibunya dan sejumlah uang di tabungan yang bisa mereka gunakan untuk bertahan hidup. Itulah kabar terakhir dan terlengkap yang aku dapat dari Ucup seputar Nisa dan keluarganya. Aku berdoa dalam hati, semoga Nisa diberi ketabahan dalam menjalani semua cobaan ini.

Satu tahun berselang, hari yang membahagiakan itu pun tiba. Aku lulus !! Yeay.. Yang lebih membahagiakan lagi hari kelulusanku bersamaan dengan kedua adik kembarku. Rona kebahagiaan terpancar jelas dimata ibu, hilang sudah semua penat, musnah sudah semua perih, semua sakit yang dirasakannya dalam menafkahi kami seolah-olah terbayar pada hari ini. Kami sungguh bangga kepada ibu, yang bertahan dan kukuh pada pendiriannya untuk tidak menikah lagi, lalu membulatkan tekadnya untuk berjuang demi pendidikan kami. Dan semua perjuangannya tidak sia-sia, di atas sana aku bisa membayangkan arwah Bapak pun tersenyum melihat kami. Pak.. anak-anakmu udah lulus kuliah.. Bapak bahagiakan disana ?

Tanpa perlu menganggur dalam waktu lama, aku pun diterima berkerja sebagai salah satu staff di perusahaan konsultan. Kedua adikku pun beruntung telah diterima sebagai honorer di dua sekolah yang berbeda. Sementara ibu masih tetap dengan warung sarapannya. Meski kami telah melarangnya untuk berkerja, tapi dia menolak dan tetap ngotot untuk jualan. Tapi ibu berjanji untuk tidak lagi memaksakan diri seperti dulu, karena mengingat usianya yang beranjak senja, sudah semestinya dia beristirahat dari perkerjaannya itu.

Suatu malam, ketika kami tengah santai diruang keluarga, tiba-tiba ibu memanggilku dan mengajakku ke beranda.
"ada apa bu ?" tanya ku heran
"sini, duduk lah. ada yang mau ibu bicarakan" jawab ibu dengan lembut. Aku pun menurutinya, lalu mengambil kursi dan duduk di hadapannya."tahun ini berapa umur mu Don?
"hmm.. berapa ya (berpikir sesaat) 25 tahun bu"
"25 tahun... kapan kamu berencana untuk menikah ?"
"belum kepikiran tuh bu, Don aja baru 6 bulan kerja belum punya apa-apa untuk kesana"
"kalo ibu maunya kamu segera menikah nak, ibu udah ga sabar mo nimang cucu". Aku tersenyum mendengar perkataan ibu. "ibu yang sabar ya, Insya Allah kalo aku udah punya modal yang cukup aku pasti menikah"
"ngomong-ngomong calonnya kamu sudah ada kan ? siapa namanya ? Nita ? Mitha ? siapa ya ibu lupa .. kalo ga salah ada 'ta-ta'nya gitu"
"belum bu, kalo yang ibu maksud itu Mitha, aku dan dia ga pacaran kok bu, kami berteman biasa saja"
"lho.. tapi Asril bilang kalian pacaran, beberapa kali Mitha itu juga ada mampir kesini, beli sarapan diwarung ibu, ibu suka sama dia, anaknya sopan dan juga sederhana"
"omongan si Asril ga usah ibu percaya, yang jelas aku dan Mitha itu ga ada hubungan seperti itu. Cuma jika Allah menjodohkan aku dengan dia, Insya Allah aku juga ga nolak, karena secara pribadi aku juga menyukai sikap dan sifatnya bu, sekarang aku minta doa yang banyak dari ibu, semoga aku bisa segera ngumpulin uang yang banyak, agar bisa beli rumah untuk kita, aku ga mau kita ngontrak terus bu, setelah itu terwujud baru aku menikah"
Sepertinya ibu mengerti dengan semua penjelasanku. Semenjak malam itu, dia tak pernah lagi mengungkit-ungkit masalah pernikahanku.

Hari ini, aku ditugaskan oleh perusahaan untuk melakukan perjalanan dinas ke Semarang. Berangkat dengan penerbangan pagi, aku sampai di Semarang sekitar jam 2 siang. Setelah mengisi perut, sholat dan istirahat sejenak, kemudian aku melanjutkan perjalanan ketempat tujuan. Disana aku disambut oleh seorang resepsionis yang langsung menyodorkan agenda kegiatanku untuk 3 hari kedepan, katanya itu adalah revisi dari susunan agenda yang dikirim via email sebelumnya. Keningku sedikit berkerut membaca agenda tersebut, karena ada beberapa tempat yang sebelumnya tidak ada dalam agenda kerjaku ternyata harus ku datangi. Seandainya masih berada di Padang, sebenarnya aku bisa sedikit protes kepada atasan, cuma karena terlanjur sudah ada di sini aku harus menunjukkan sikap profesionalku dalam berkerja.

Tak terasa hari ini adalah hari terakhir perjalanan dinasku, pagi ini agenda ku adalah mengunjungi RSJD Dr.Amino Gondohutomo. Beberapa tahun yang lalu perusahaanku memenangkan tender pembuatan taman di SR ini. Karena cukup puas dengan hasil yang diberikan, ternyata pihak RS menghubungi kembali untuk membuatan taman di belakang RS. Sebuah taman di RSJ memang sangat dibutuhkan bagi perkembangan kejiwaan pasien disana. Pemandangan yang indah, suasana yang tenang, udara yang bersih dan segar adalah point-point utama yang bisa memberikan ketenangan kepada semua orang.

Didampingi oleh Pak Yanto, Humas RSJ ini, aku berjalan-jalan mengelilingi areal yang rencananya akan dijadikan taman tersebut. Ketika sedang serius mengamati areal itu, tiba-tiba mataku menangkap sesosok bayangan yang aku kenal. Aku mencoba mendekati sosok tersebut, namun dia menghilang di balik pasien-pasien lainnya. Aku kembali mencoba mencarinya karena aku penasaran ingin memastikan bahwa dia adalah orang yang aku kenal atau bukan. Tapi usahaku tidak berhasil. Pak Yanto ternyata mengamati sikapku yang seperti orang kebingungan, dan dia pun menghampiriku.

"Ada apa Pak Don ?"
"Eh.. oh ..anu.. itu tadi saya ada nampak seseorang yang sepertinya saya kenal"
"Oh ya ? siapa pak ? maksud saya dia pasien atau pegawai RS ini ?"
"Sepertinya pasien Pak, karena dia memakai baju yang sama dengan pasien yang lain"
"Oh ya ? kalau boleh saya tahu namanya siapa pak ? biar saya bantu cek kan di bagian administrasi"
"Wah terimakasih banyak nih pak, jadi merepotkan bapak, namanya Nisa, lengkapnya Khairunnisa Soebandi"
"Baik Pak Don, mari ikut saya ke ruangan administrasi, kita cek sama-sama"

Sesampai diruangan administrasi, Pak Yanto segera memberikan nama tersebut kepada salah satu staffnya, namun tidak ditemukan nama tersebut di database pasien. Kalaupun ada yang bernama Khairunnisa, tapi nama belakangnya berbeda. Ada perasaan lega di hatiku mendengar kata-kata Pak Yanto. Lagian ga mungkinlah Nisa ada disini. Dia pasti tengah sibuk dengan kuliahnya yang beberapa semester lagi selesai.

Aku bersiap-siap untuk segera kembali ke Padang, meskipun hanya beberapa hari tak bertemu, namun aku sudah luar biasa rindu kepada ibu dan kedua adikku. Ponselku berkedip, mengisyaratkan adanya pesan baru masuk rupanya dari Mitha.

"Assalamualaikum Bang, apa kabar ? Sehatkan bang ? Mitha mau kasih tau abang, besok Abah dan Ummi datang dari kampung. Hmm.. bolehkah Mitha memberitahu tentang abang kepada mereka ?"

Hatiku berdegup tak menentu membaca SMS dari Mitha. Ini adalah sebuah isyarat bahwa Mitha ingin mengenalkan aku kepada keluarganya. Bagi kami yang tidak mengenal pacaran, SMS seperti ini adalah SMS sakral yang bermakna hubungan yang lebih dalam.

"Wa'alaikum salam. Alhamdulillah abang sehat Mit :) Tolong sampaikan salam abang kepada Abah dan Ummi, Insya Allah besok malam abang dan ibu akan berkunjung"

Setelah memeriksa dan memastikan semua barang-barang tak ada yang tertinggal, aku pun checkout dan segera memanggil taksi menuju bandara. Lalu lintas tidak begitu ramai siang ini, sehingga taksi yang kutumpangi bisa melaju dengan tenang dan sampai di bandara lebih awal. Jam di bandara menunjukkan pukul 9:15 itu berarti masih ada waktu 2 jam lagi menjelang keberangkatanku. Agar tidak bosan menunggu, akupun berjalan-jalan mencari tempat duduk yang nyaman untuk santai sejenak. Tiba-tiba aku merasakan getaran ponsel di kantong celana sebelah kanan. Aku melihat ada beberapa panggilan tak terjawab dari nomor tak dikenal dan juga satu pesan masuk di layar ponsel. Aku segera membaca pesan itu, rupanya dari Pak Yanto Humas RSJ Semarang.

"Selamat pagi Pak Don, maaf saya mengganggu waktu Bapak. Ada yang mau saya tanyakan sehubungan dengan nama orang yang bapak cari kemarin. Bapak ada waktu ? Bisa hubungi saya ?"

Tanpa pikir panjang lagi aku segera menghubungi Pak Yanto. Sepertinya Pak Yanto memang sedang menunggu aku menghubunginya kembali, karena hanya dalam 2x deringan terdengar suara sahutan dari seberang.

"Selamat pagi Pak Yanto, maaf saya baru baca sms bapak, ada apa ya pak ?"
"Oh ya, tidak apa-apa Pak Don, justru saya yang minta maaf karena sudah mengganggu waktu bapak"
"Sama sekali tidak Pak Yanto, ada apa ya pak, saya jadi penasaran ni"
"Begini Pak Don, mengenai orang yang bapak minta carikan di database kemarin itu.."
"Oh ya .. namanya Khairunnisa Subandi.. memangnya kenapa pak ?"
"Ada yang mau saya tanyakan Pak Don, apakah Khairunnisa yang bapak cari itu mahasiswi kedokteran UNDIP ?" Degh ! jantungku langsung berdetak tak enak mendengar pertanyaan Pak Yanto.
"Benar Pak, apakah ada informasi terbaru ?"
"Ada Pak Don, kebetulan anak saya juga kuliah di sana, dari dia saya dapat kabar bahwa Khairunnisa yang bapak cari sekarang sedang di rawat di RSU Dr.Kariadi"

Tungkai kaki ku terasa lemas tak bertenaga mendengar berita yang sangat mengejutkan dari Pak Yanto, tanpa membuang waktu lebih lama, segera ku tarik koper meninggalkan bandara dan pergi menuju RSU Dr.Kariadi. Berbagai macam pertanyaan bergelayut di benakku meminta untuk segera diberi jawaban. Syukurlah Pak Yanto dan Budi anaknya bersedia untuk menemuiku. Kami berjanji bertemu di RSU Dr. Kariadi.

Dari Budi aku mendengar cerita yang sangat menyedihkan tentang Nisa. Nisa semenjak awal kuliah sangat menarik perhatian banyak orang karena kecantikan dan juga kepintarannya. Sehingga dia menjadi bunga kampus. Namun Nisa yang dengan segala kelebihannya tetap rendah hati, dan dengan sopan dia menolak semua pemuda yang berniat memacarinya. Sehingga malapetaka itu terjadi. Sammy putra salah seorang pengusaha terkenal, jatuh cinta kepada Nisa. Tabiat Sammy yang terkenal nakal dan playboy membuat Nisa langsung menolak cintanya. Karena tersinggung cintanya di tolak, kemudian Sammy dengan beberapa orang teman dekatnya menculik Nisa, menganiaya bahkan memperkosanya. Kejadian ini sontak menggegerkan kampus, namun kekuasaan ayah Sammy yang pengusaha itu mampu meredam hiruk pikuk kampus, Sammy yang terbukti bersalah tidak di tahan namun di kirim ke luar negeri, sementara sebagai bentuk pertanggung jawaban mereka segala biaya perawatan Nisa ditanggung sepenuhnya oleh ayah Sammy. Pasca penganiayaan yang dialaminya Nisa mengalami geger otak dan koma sehingga dia tidak berdaya menghadapi orang tua Sammy yang otoriter itu. Sejak peristiwa itu kondisi Nisa bukannya membaik, namun semakin menyedihkan. Meskipun dia dirawat dengan segala peralatan canggih kedokteran, namun kesehatannya tidak juga membaik. Bahkan beberapa minggu terakhir kondisinya semakin memburuk.

Hatiku terenyuh melihat tubuh kurus dan pucat yang terbaring lemas di hadapanku. Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat saat ini. Bagaimana mungkin Nisa mengalami semua kejadian tragis ini ? Tapi hanya Allah yang mengetahui makna sebenarnya. Dengan semua selang yang menempel di tubuhnya, Nisa tak ubah bagaikan  mayat yang bernyawa. Karena jika semua selang-selang itu di cabut, maka bisa diperkirakan dalam hitungan detik Nisa akan menghembuskan nafas terakhirnya. Aku mendekatkan mulutku ke telinganya, mencoba menyapanya meskipun itu tak berarti banyak namun aku tetap ingin mencobanya.

"Assalamu'alaikum Nisa. Masih ingat dengan abang Nis ?" Tidak ada respon dari Nisa, hanya suara mesin-mesin kedokteran itu yang menjawab salamku.
"Ini abang Nis, supir angkot yang dulu sering antar jemput Nisa sekolah. Cepat sembuh ya Nis" Nisa tetap tidak merespon ucapanku. Dokter yang mendampingi mengajak kami keluar, dari dia aku baru tahu bahwa sejak 3 bulan yang lalu Nisa dirawat di sini dan baru aku satu-satunya kerabat yang menjenguknya. Selama ini hanya teman-teman kuliahnya saja yang silih berganti menjenguk Nisa.

Aku kembali checkin di hotel yang kutinggalkan kemarin, untuk sementara aku menunda kepulanganku ke Padang. Agar tidak mengecewakan Mitha, aku segera menelpon dan memberitahunya bahwa aku mengunjungi teman lama yang dirawat di RS. Alhamdulillah Mitha mengerti dan memahami alasanku. Di akhir percakapan Mitha memberitahu bahwa Abah dan Umminya masih di Padang, rencananya balik ke kampung sekitar 1 minggu lagi. Aku mengerti maksud Mitha, secara tidak langsung dia menginsyaratkan bahwa Ummi dan Abahnya masih menunggu kedatanganku.

Aku kembali menjejakkan kaki di RSU Dr.Kariadi, sebisa mungkin aku ingin menggali informasi lebih tentang Nisa. Dan ada satu pertanyaan lagi yang belum aku dapatkan jawabannya, yaitu perihal ibu Nisa dan keluarga jauhnya itu. Karena dari info terakhir yang aku dapat, Nisa membawa ibunya ke Semarang dan menumpang tinggal di rumah kerabat mereka. Hari ini aku tidak sendirian menjenguk Nisa, karena ketika aku sampai aku melihat Budi anak Pak Yanto juga ada disana. Rupanya dia pun tidak sendirian, ada beberapa teman Nisa yang lain. Dari mereka aku mendapat cerita yang lebih banyak tentang Nisa dan keluarganya. Ternyata beberapa bulan setelah pindah ke Semarang, ibu Nisa meninggal dunia karena kecelakaan. Nisa yang merasa kurang nyaman di rumah kerabat ibunya itu, kemudian memilih untuk pindah dan kos di sekitar kampus. Untuk menambah-nambah biaya hidup, sehari-hari Nisa berkerja sebagai kasir di sebuah swalayan. Untungnya Nisa itu pintar dan dia mendapatkan beasiswa untuk kuliahnya, sehingga meskipun kondisinya sangat sulit dia masih mampu bertahan untuk kuliah. Namun sayang, nasip cinta yang membuatnya mengalami hal tragis seperti ini. Dr. Rumi yang menangani Nisa memanggilku keruangannya. Dari dia aku mendapatkan penjelasan tentang kondisi Nisa yang telah kronis. Ternyata penganiayaan yang dia alami telah merusak jaringan saraf di otaknya sehingga harapan hidup untuk Nisa semakin tipis. Mendengar penjelasan Dr. Rumi membuatku semakin sakit hati kepada Sammy yang kini entah dimana. Bersama Budi dan teman-teman lainnya aku menemui pihak kampus, sebisa mungkin aku mengupayakan keadilan untuk Nisa. Berkat kerjasama dari semua pihak, akhirnya Sammy pun diringkus dari negara persembunyiannya. Meskipun tidak bisa mengembalikan Nisa seperti semula, namun dengan ditangkapnya Sammy, setidaknya satu keadilan telah dikembalikan kepada Nisa.

Aku bermunajat kepada Allah, memohon diberi petunjuk atas keresahan hati ku. Disatu sisi aku ingin memulai masa depan bersama Mitha, namun kondisi Nisa yang memilukan telah menggoyahkan hatiku. Rasanya saat ini Nisa lebih membutuhkan perhatianku dari pada Mitha, seburuk-buruk kejadian, tak pun dengan aku Mitha masih memiliki banyak kesempatan dengan laki-laki lain. Dia dalam kondisi bebas dan prima dalam menentukan pilihan. Sedangkan Nisa tidak. Dia tidak memiliki siapapun di dunia ini, betul-betul sebatang kara. Dengan mengucapkan basmallah, akhirnya aku membulatkan tekad untuk mempersunting Nisa. Ibu yang ku kabari via telepon kaget bukan kepalang. Namun setelah mendengar penjelasan ku dia pun terharu dan menyetujui niat tulusku. Meskipun sangat berat, aku pun memberanikan diri untuk menghubungi Mitha. Hatiku teriris pedih ketika sayup-sayup aku mendengar isak tangis Mitha, disatu sisi dia kecewa dengan keputusanku, namun disisi lain dia juga prihatin dengan keadaan Nisa. Dengan suara bergetar dia merelakan keputusanku untuk menikahi Nisa. Mitha memang wanita yang luar biasa, meskipun hatinya terluka atas keputusanku, namun dia masih menyelipkan doa untuk kesembuhan Nisa. Semoga Allah mempertemukanmu dengan pria yang jauh lebih baik dari aku Mit, bisik hatiku lirih.

Hari ini aku mengambil langkah besar dalam hidupku. Ya.. aku akan melamar Nisa. Meskipun kondisinya masih belum sadar dari komanya, namun aku berharap keputusanku ini bisa berpengaruh positif atas perkembangan kesehatannya. Karena dari yang aku pernah baca, seseorang yang koma masih bisa mendengar semua kejadian yang ada disekelilingnya, namun fisiknya tidak bisa merespon semua itu. Atas dasar semua itulah, kemudian aku mendekatkan mulut ke telinganya, dengan harapan dia bisa mendengar perkataaanku.

"Assalamua'alaikum Nisa, abang datang lagi. Dengan menyebut nama Allah, jika Nisa berkenan, abang ingin menjadikan Nisa wanita yang halal bagi abang. Maukah Nisa menikah dengan abang ?
Seperti yang aku perkirakan memang tidak ada respon dari Nisa, aku berharap seperti adegan di film-film, Nisa akan menggerakkan jarinya sebagai tanda dia mendengar ucapanku. Namun semua itu tidak terjadi, aku menghela nafas panjang, dan segera bangkit dari sisinya. Tapi tiba-tiba aku melihat ada butiran bening meleleh di pipi tirusnya. Dr. Rumi ternyata juga melihat apa yang aku lihat, matanya pun berkaca-kaca karena terharu.

"Anda berhasil Pak Don, anda berhasil. Nisa bisa mendengar anda. Ini adalah perkembangan terbaik dari Nisa selama ini"

Dari hari ke hari perkembangan Nisa semakin membaik. Satu persatu selang-selang mulai dilepas dari tubuhnya. Meskipun belum bisa diajak berkomunikasi, namun isyarat matanya telah menggambarkan bahwa dia dalam proses kearah yang lebih baik. Harapan akan kesembuhan Nisa pun semakin besar. Setelah melihat perkembangan Nisa yang cukup signifikan, akupun cukup berani untuk meninggalkannya beberapa saat, karena aku harus menuntaskan perkerjaan yang sempat aku tinggalkan beberapa hari terakhir ini. Aku berpamitan kepada Nisa, bahwa aku akan ke Padang beberapa hari untuk mengurus kepindahanku ke Cabang Semarang, dan juga aku sekalian mau menjemput ibu agar bisa ku pertemukan dengan Nisa. Kali ini Nisa merespon perkataanku dengan menggerakkan beberapa jari kirinya. Alhamdulillah, terimakasih ya Allah, Nisa semakin membaik.

Mengurus pindah kerja antar cabang itu ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perkiraanku yang semula hanya memakan waktu 3 hari maksimal, menjadi molor hingga 5 hari. Namun aku tidak ada pilihan lain, karena agar bisa tenang di tempat yang baru nanti, maka serah terima jabatan sekarang harus berjalan dengan lancar. Malamnya aku mendapat telepon dari Dr. Rumi bahwa kondisi Nisa memburuk, dia sempat batuk darah dan kembali koma. Aku panik mendengar kabar dari Dr. Rumi, dan segera mencari penerbangan tercepat agar segera bisa sampai di Semarang. Bersama ibu dan kedua adikku, akhirnya kami berangkat setelah subuh.

Gerimis turun, membasahi jalan yang kami tempuh menuju RSU Dr. Kariadi. Hatiku tidak bisa tenang sejak mendapat berita dari Dr. Rumi tadi malam. Suasana RS terasa lebih sunyi dari biasanya, mungkin karena masih gerimis, maka angin berhembus pun terasa dingin. Aku mempercepat langkah menuju ruang perawatan Nisa, namun kudapati ruangan itu kosong. Segera aku menuju ruangan Dr. Rumi, tapi Dr. Rumi pun tidak ada di ruangannya. Dari asistennya aku mengetahui bahwa Dr. Rumi sedang di ruang operasi, menangani Nisa yang tiba-tiba anfal tadi pagi. Bagaikan orang yang kesurupan aku segera berlari menuju ruang operasi. Aku melihat lampu di atas pintu ruang operasi masih menyala, itu pertanda operasi masih berlangsung. Aku hanya bisa pasrah dan larut dalam doa-doa panjangku, memohon kesembuhan Nisa. Memohon kepada Allah, agar bisa diberi kesempatan untuk menorehkan tinta bahagia di lembaran hatinya yang rapuh.

Lampu itu pun padam. Degh ! Jantungku seakan berhenti berdetak, menunggu pintu itu terbuka, menunggu kabar berita dari dalam. Beberapa saat kemudian Dr. Rumi keluar dari ruangan. Aku segera mengejarnya dan berdiri dihadapannya dengan tatapan penuh tanya. Aku terdiam karena lidahku kelu, dan Dr. Rumi pun terdiam seakan-akan tengah mengumpulkan kata-kata terbaik untuk disampaikan kepadaku.

"Kami telah mengusahakan yang terbaik Pak Don ... maaf .. Allah lebih menyayangi Nisa, DIA telah menjemputnya 5 menit yang lalu .. sekali lagi .. maaf.."

Aku tersungkur dan jatuh berlutut dihadapan Dr. Rumi. Bumi terasa berputar dengan cepat. Aku tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Tidak mungkin, tidak mungkin. Baru 3 hari yang lalu dia merespon dengan baik ketika aku berpamitan dengannya.

"Anda harus tabah Pak Don, yakinlah Allah Maha Tahu yang terbaik bagi Nisa. Wanita sebaik dia akan menjadi bidadari di surgaNYA. Jangan biarkan diri anda terpuruk pada rasa bersalah, karena saya yakin Nisa tidak ingin anda bersedih atas kepergiannya"

"Benar yang dikatakan Dr. Rumi Pak Don" tiba-tiba Budi dan teman-teman lainnya telah berada di sana.

"Kemarin kami sempat mengunjungi Nisa, dia juga bisa merespon kami satu persatu. Dan dia sempat menuliskan beberapa kata di buku yang kami bawa, dan ada satu lembar terpisah yang baru kami tahu tadi pagi, lembaran itu untuk Bapak"

Tanganku bergetar menerima kertas dari Budi, disitu tertulis tiga buah kata dengan huruf-huruf yang samar. Aku tidak kuasa menahan haru membayangkan betapa sulitnya dia merangkai semua kata-kata itu. Pasti dia mengumpulkan semua energinya untuk menggoreskan tiga kata itu.

"Bang Don, terimakasih"

***************











Anak tak [harus] seperti kita

February 23, 2015 0 Comments
Memiliki anak yang sehat dan pintar sudah pasti adalah keinginan semua orang tua. Sejak di kandungan hingga anak itu lahir, bertumbuh dan berkembang, orang tua pasti memberikan asupan gizi terbaik untuk anaknya dengan harapan anak itu kelak akan tumbuh sehat dan cerdas.

Namun ketika perkembangan anak tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan oleh orang tua, seringkali sebagian dari orang tua mencari kambing hitam atas kekurangan anak tersebut. Sebagai contoh, yang sering saya lihat terjadi dilingkungan sekitar saya, ketika anak-anak lain pada usia 1 tahun telah bisa berjalan sementara anaknya tidak, si orang tua 'kurang' bisa menerima keadaan tersebut lalu mencari perbandingan dengan dirinya sendiri semasa kecil dulu. "waktu aku kecil dulu, ibuku bilang aku usia 9 bulan udah bisa jalan lho, ini si Ana kok udah lebih setahun belum bisa jalan ya ? Oh mungkin niru bapaknya nih, bapaknya dulu waktu kecil juga lambat bisa jalannya"

Begitu juga ketika anak sudah duduk di bangku sekolah. Ekspektasi orang tua yang semasa sekolah dulu berprestasi pastilah mengharapkan prestasi anaknya sama bahkan lebih dari dirinya. Ketika si anak meraih prestasi yang baik, si orang tua dengan bangganya akan bilang, "kamu memang anak papa, kepintaran kamu itu pasti turunan dari papa". Namun ketika si anak tidak memiliki prestasi yang menonjol, atau bahkan lemah dalam belajar apa reaksi orang tuanya ? Banyak orang tua yang hatinya berkata"dulu waktu aku seumuran Ana, aku selalu juara kelas, dan sering menang berbagai lomba, tapi kok Ana nggak ya ? siapa yang dia tiru ya ?"

Saya merenungkan fenomena ini beberapa hari terakhir. Apakah anak harus sama dengan orang tuanya ? Apakah  dalam tumbuh kembang anak faktor genetika merupakan hal mutlak yang mempengaruhinya ? Tidak bisakah orang tua lebih menghargai usaha anak ? Bukan mencari kambing hitam atas kelemahan dan kekurangan anak, namun justru sebaliknya mencari dan menggali potensi anak yang mungkin masih terpendam dibalik egoisme keinginan orang tuanya sendiri ?
Anak adalah sosok individu yang memiliki bakat dan kemampuan sendiri yang tidak bisa disamakan dengan orang lain sekalipun orang tuanya. Rasanya sungguh tidak adil memvonis kemampuan anak hanya dengan orang tua sebagai barometernya. Jika anak diberi ruang yang lebih untuk menggali potensi dirinya, diberi kebebasan dalam mengekspresikan bakatnya, saya rasa bukan suatu hal yang mustahil jika suatu saat prestasi anak akan jauh melebihi orangtuanya. Karena alasannya (menurut saya) cuma satu, Anak tak harus seperti [kita] orang tuanya.

Friday, February 13, 2015

Susahnya untuk Khusyuk

February 13, 2015 0 Comments
Teman-teman ada yang ngalamin seperti aku ga ? Aku tuh kok susaaaah banget buat khusyuk dalam sholat. Pasti ada-ada aja godaan yang datang lalu membawa pikiran ini melayang-layang kesana-kemari. Ingat soal kerjaan lah, ingat tentang anak lah, ingat tentang suami lah. Semua bacaan sholat yang meluncur dari mulutku hanya gerakan tanpa arti. Bener-bener susah untuk fokus n kyusuk .. huufft..

Bermacam cara aku coba lakukan untuk mencapai kekhusukan dalam sholat, seperti sholat di tempat yang suasananya tenang tetap aja ga bisa. Coba pahami arti bacaan sholat, jadi ketika mulut berucap hati memaknai, tetap juga ga bisa, yang ada aku malahan lupa sama jumlah raka'at yang udah aku kerjain. Trus aku coba berjamaah, eehh malah makin ga khusyuk, karena ketika imam membaca ayat-ayat yang aku ga hapal, kan aku jadinya nyimak doang, alhasil pikiran ku kembali joged dangdut .. astaghfirullah..

Setelah mencoba semua cara yang aku tahu dan gagal terus, aku nyaris nyerah. Nyerah yang aku maksud disini bukan berarti nyerah trus ga mo sholat lagi, bukan lagi-lagi bukan ! Yang aku maksud adalah aku nyerah mencoba untuk khusyuk dan nyaris terbawa setan pada kesimpulan "ah.. yang penting kan niat aku bener, aku niatnya sholat, dan aku udah kerjakan sholat, urusan khusyuk atau ga belakangan aja, Allah kan Maha Tahu niat hambanya"

Gak ! aku ga mau terbawa hasutan setan yang berusaha menyesatkanku lebih dalam. Terlebih lagi aku pernah dengar ceramah di radio yang mengatakan bahwa penyebab seseorang sukar untuk meraih kekhusyukan dalam sholat adalah karena banyaknya dosa dan kesalahan yang telah dilakukan sehingga semua dosa dan kesalahan ini akan menjadi hijab yang menutup dan menghalang perhubungan spiritual kita dengan Allah. Astaghfirullaah..

Menyadari akan banyaknya salah, khilaf dan dosa yang telah aku lakukan membuat aku sadar bahwa benar itulah penyebab susahnya aku untuk khusyuk. Agar hati yang hampir membeku oleh semua dosa itu bisa mencair, maka aku segera bertobat dan memohon ampun kepada Allah. Menyadari sesadar-sadarnya semua kesalahan yang aku lakukan, dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Segera aku berwudhu, mensucikan hati dan raga. Kemudian ku dirikan sholat, dan membaca bacaannya dengan suara lirih, sehingga telinga bisa menangkap bisikan bacaanku dari hati terdalam. Memang benar rupanya, dari takbir hingga salam, alhamdulillah pikiranku tak lagi melayang kian kemari. Tentu saja aku belum bisa menyatakan bahwa aku telah khusyuk, namun dengan berkurangnya pikiran-pikiran lain hadir dalam sholat adalah salah satu langkah besar bagiku untuk meraih khusyuk. Semoga kekhusyukan bisa selalu hadir dalam setiap sholatku. Aamiin ya Allah..

Allah SWT berfirman:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), “Aku itu dekat”. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

(Al-Baqarah: 186)

StepByStep : Merancang Aplikasi Sederhana (Season 1)

February 13, 2015 0 Comments
Sebagaimana janji saya pada postingan sebelumnya  maka hari ini saya tepati janji tersebut dengan membagi kisah saya tentang Step by Step Merancang Aplikasi Sederhana.

Bagi yang terbiasa menggunakan Ms.Excell sebenarnya gak akan begitu kaget dengan Ms.Access karena pada dasarnya memiliki sistem kerja yang sama. Bedanya adalah pada MS.Access terdapat auto-system atau sistem otomatis penginputan dan perekaman data, jadi data-data yang telah dinput secara otomatis akan disimpan oleh database.

Untuk memudahkan kita dalam membangun sebuah aplikasi, ada baiknya kita kenalan dulu dengan struktur organisasi MS.Access tersebut yang saya analogikan seperti piramida berikut :


Piramida Access

Pada tingkat dasar atau paling bawah adalah Tabel. Dalam MS.Access Tabel merupakan hal yang paling dasar yang harus dibentuk sebagai cikal bakal membuatan fitur lainnya seperti Query, Form dan Report. Tabel yang tepat, akan menghasilkan Query yang tepat. Query yang tepat akan menghasilkan Form dan Report yang tepat juga.



OK.. ga usah panjang2 headingnya, coz aQ sendiri juga ga terlalu ngerti soal teorinya :p karena udah langsung praktik dari dulu.. hihi..

Untuk season 1 ini, saya akan mulai dengan mencontohkan cara pembuatan Tabel di Ms. Access, ini mudah kok :D

  • Pertama-tama kita harus memiliki pola dasar aplikasi yang akan kita buat. Misalnya, jika ingin membuat aplikasi "Murid-murid Les" pada sebuah lembaga kursus. Secara manual pastilah tempat kursus ini memiliki buku tempat pencatatan data-data muridnya. Naah dengan mengikuti pola yang sama dengan yang ada dibuku tersebut kita buat tabel data murid dengan field2 sebagai berikut :
    - NIMK : Nomor Induk Murid Kursus, set sebagai Premier Key dengan type Number (automatic number)
    - Nama : Nama Murid
    - Alamat : Alamat Murid
    - NOT : Nama Orang Tua atau Wali
    - Telp1 : Nomor Telp/HP Ortu/wali
    - Telp2 : Nomor HP murid (jika ada)
    - Agama : Agama murid
    - TTL : Tempat, Tanggal Lahir Murid
    - Sekolah : Nama sekolah murid
    Kemudian simpan dengan nama tb_Murid

  • tb_murid

  • Mengingat kursus ini berlangsung berdasarkan metode tertentu, ada yang mengikuti tahun ajaran sekolah, namun ada juga yang berdasarkan paket-paket yang ditawarkan lembaga kursus itu sendiri, maka untuk memudahkan me-maintain murid2 binaan ada baiknya dibuat tabel paket, dengan field2 sbb :
    - PC : PackCode (kode paket), set sbg Premier Key dengan type Text
    - PN : PackName (nama paket)
    - BD : BeginDate (tgl mulai paket)
    - ED : EndingDate (tgl akhir paket)
    - PR : PackRate (tarif paket)
    Kemudian simpan dengan nama tb_Paket

tb_paket

  • Jika dilakukan secara manual, kira2 isian buku register murid binaan adalah sbb :
    Tanggal        Nama                Sekolah             Paket                                Jumlah
    01-02-13     Anita                 SDN 10             ElementaryBase             Rp150.000
    01-02-13     Budiman           SDN 01             SpeakUp                          Rp700.000
    01-02-13     Wahyu              SDN 03             Complete                         Rp1500.000
    dll seterusnya

  • Nah, dengan MS.Access buku register tersebut bisa dituangkan dalam sebuah tabel dengan field2 sbb :
    - RegID : Nomor Register, set sbg premier key dg type Number
    - Tgl : Tanggal
    - NIMK : Nomor Induk murid kursus
    - PC : PackCode
    - Keterangan : untuk menuliskan keterangan2 tertentu sehubungan dengan registrasi
    Simpan dengan nama tb_register

Naah .. dari sini setelah semua tabel dasar dibuat, sekarang lanjut ke Relation Ship, yaitu suatu fitur yang berfungsi menghubungkan tabel-tabel yang dibuat tadi agar saling sinkron.

1. Hubungkan NIMK pada tb_murid, dengan NIMK pada tb_register, pilih type Join One-to-many
2. Hubungkan PC pada tb_Paket, dengan PC pada tb_Register

  • Selanjutnya, kita ingin membuat menu drop-down pada kolom PC, buka tb_register dengan cara design view, letakkan kursor pada field PC, kemudian muncul form untuk format dengan dua tab yaitu General dan Lookup, pilihlah Lookup.

  • Display Control : Pilih Combo Box

  • Row Source Type : Table/Query

  • Row Source : klik tombol "....", hingga muncul Query builder, klik kanan pilih "show table", setelah tabelnya muncul klik 2x pada tanda bintang, setelah itu close query builder dengan klik tanda silang dipojok kanan atas.

  • kembali ke tab Lookup, pada Row Source telah muncul isiannya dari Query builder tadi.

  • Bound Column : 1

  • Column Count : 2

  • Column Head : No (boleh yes, tapi buat saya tidak begitu penting makanya No)

  • Column Widht : 1;2

Ok.. sampai disini, selesai sudah tahap pembuatan Tabel. Selanjutnya kita lanjut ke Query ya .. :D

Thursday, February 12, 2015

Database Mini tapi Maxi

February 12, 2015 0 Comments
Bagi anda-anda yang pekerja kantoran tentulah tidak asing lagi dengan yang namanya database, karena biasanya setiap perusahaan memiliki database sebagai wadah penyimpanan dan pengolahan data mereka. Namun bukan tidak mungkin masih ada beberapa perusahaan yang mungkin masih berskala kecil yang belum memiliki database untuk data-data mereka. Jadi para admin yang berkerja harus mampu menyelesaikan semua deadline secara manual di Ms. Excell.

Sebenarnya Ms. Excell memang telah cukup mumpuni untuk dijadikan sarana pengolahan data, hanya saja masih banyak kelemahan-kelemahan di MS. Excell ini yang membuatnya tidak cukup praktis untuk digunakan. Misalnya dalam penginputan data penjualan, yang beberapa kolomnya sudah tentu berisikan rumus-rumus perkalian, persentase dan lain-lain. Jika si Admin tidak jeli dan teliti dalam berkerja bisa saja ketika penginputan data rumus tidak berjalan sebagai mana mestinya. Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor di antaranya lupa mengCopy rumus pada baris sebelumnya, atau lupa ngeLock rumus sehingga ketika salah pencet keyboard rumus berubah, dan lain-lain. Belum lagi jika inputan data kita memiliki beberapa indikator yang harus dijadikan acuan dalam membuat laporan. Kita harus membuat rumus tambahan, atau gunakan Pivot Table. Ditambah lagi kita harus rajin-rajin Save data untuk menghindari kehilangan data inputan jika sewaktu-waktu terjadi pemadaman listrik. Jadi secara umumnya, penggunaan Ms. Excell masih belum cukup praktis untuk dijadikan sarana penyimpanan dan pengolahan data.

Berdasarkan fakta yang saya kemukakan diatas kita tidak perlu berkecil, karena selain Ms. Excell, Ms.Office masih memiliki satu program lagi yaitu Ms. Access. Berdasarkan pengalaman saya yang telah membuat dan menggunakan aplikasi berbasis Ms.Acces jujur saja saya mengatakan bahwa Ms.Access jauh lebih nyaman untuk digunakan. Karena dengan satu kali kerja, kita bisa menikmati beragam bentuk tampilan report sesuai kebutuhan. Saya juga tidak perlu khawatir inputan saya tidak tersimpan ketika ada pemadaman listrik, karena Ms. Access telah dilengkapi fitur Auto Save demi kenyamanan usernya. Kelebihan Ms. Access lainnya adalah kita bisa merangcang tampilan laporan kita seindah mungkin, karena Ms.Access memiliki beberapa template bawaan yang bagus-bagus banget. Saya telah menggunakan Ms. Access ini untuk berbagai macam kebutuhan diantaranya untuk Kasir, Layanan Service Barang, Gudang Sparepart dan juga toko stationary. Bahkan di kantor tempat saya berkerja sekarang saya gunakan untuk keperluan Admin AR guna mengontrol piutang pelanggan.

Beda banget dengan aplikasi yang berbasis selain MS. Access yang membutuhkan server khusus dan juga berbayar, MS. Access ini justru sebaliknya tidak membutuhkan server khusus, cukup PC anda sendiri sebagai servernya, dan gratis juga pastinya. Rasanya cukup tepatlah judul postingan ini saya buat, karena MS. Access memang database mini, tapi hasilnya maxi. Jadi buat teman-teman yang mengalami kendala di Ms. Excell, buruan deh beralih ke Ms. Access. Ntar teman-teman bisa rasakan sendiri bedanya.

Ga percaya ??

Saya sudah membuktikan :D, berikut contohnya :

1. Contoh tampilan Form Login

Login Form2. Contoh tampilan MAIN FORM



Main Form3. Contoh tampilan REPORT

Tampilan Report

Saturday, February 7, 2015

MyFirstLove Story : Insiden penggaris besi, merubah benci jadi cinta

February 07, 2015 0 Comments
Ssst .. percaya ga kalo aku bilang aku tuh jatuh cinta pertama kali waktu umur 10 tahun ?

Hehe .. ganjen ya ? Tapi ada ceritanya tuh, simak ya :)

Begini ceritanya, waktu SD kelas 3 ada murid baru di sekolahku. Namanya perlu disebut ga sih ? Karena menyangkut privasi orang lain rasanya ga etis ya, jadi aku pake inisialnya ajjah. Inisialnya W.

Sebenarnya saat itu mana ngerti cinta-cintaan, tapi teman-teman sekelas pada heboh tuh nyorakin, mereka ga bosan-bosannya neriakin "Mery pacar W.. Mery pacar W"

Trus responnya beliau itu gimana ? Ya namanya juga anak-anak bisanya apa sih selain malu-malu. Heheh.. kalo ingat itu jadi senyum-senyum sendiri. Sesuai namanya cinta monyet, monyet tu kan gampang pindah sana-pindah sini, nah si W tadi pindah sekolah lagi tuh pas kelas 4, jadinya sorakan teman-teman ya hilang juga dengan sendirinya. Sampe lulus SD ga da lagi sorakan-sorakan sejenis itu.

Tapiiiii .. nah ada tapinya nihh .. Kan udah lulus SD tuh, lanjut ke SMP. Eh nyata ternyata, si W tadi balik lagi ke kota kami. Dia daftar juga di SMP yang sama denganku. Tanpa ba-bi-bu lagi, bagaikan dikomando, teman-teman yang pada heboh waktu kelas 3 itu pada ngulah lagi. Mereka semakin menjadi-jadi ngolok-ngolokin kita berdua. Trus gimana donk reaksi beliau ? Weehhh .. reaksinya beda bro .. mukanya masam kaya' jeruk purut. Nah aku tersinggung donk ya liat muka masamnya itu, batin aku berkata gini 'siapa bener sih lu, kok pasang muka masam gitu diolok-olokinin ma gw, jangan GR lu ya gw jg emoh dijodohin sama lu" Grrrr .. dendam membara aku saat itu, dan aku juga terang-terangan nunjukin sikap ga bersahabat sama dia.

Alhasil aroma permusuhan pun tak terelakkan lagi, ga jarang kami saling sindir dan saling ejek. Saking gondoknya sama dia, sampai-sampai aku punya julukan rahasia kalo ngegosipin dia. Julukannya 'fotosintesis'. Istilah biologi ini muncul gara-gara dia juga.

Kejadiannya gini, waktu itu pulang sekolah aku n the gank lewat depan rumahnya, trus kami ngeliat dia tu lagi jalan menuju perigi (kalo dikampung-kampung, periginya kan diluar dekat kolam), entah karena malu ato karena lagi nahan hasrat BAB, muka dia memerah waktu kami liatin. Tiba-tiba ja dia ga jadi masuk ke perigi itu, justru balik arah ke belakang rumahnya. Kontan aja kejadian itu buat kami tertawa terbahak-bahak. Trus tiba-tiba Mimi salah satu teman gank ku nyeletuk, si W mo 'fotosintesis' tuh tapi ga jadi karena malu kita liatin. Sejak itulah kami julukin dia 'fotosintesis'.

Kejadian itu semua terjadi waktu aku kelas satu SMP. Waktu kelas 2, apesnya lagi-lagi aku sekelas dengan si 'fotosintesis' :p .. trus waktu pengaturan meja, apesnya lagi meja ku bersebelahan dengan dia. Ihhh rasanya sebbeeell banget. Tapi mo pindah ga boleh karena udah peraturan kelas kaya gitu. Walau dengan rasa super ga nyaman, tetap aja harus dijalani.

Suatu hari, ketika itu jam pelajaran akonomi/akuntansi aku berselisih paham dengannya gara-gara sebuah penggaris besi. Aku tuh orangnya sama sekali ga pelit, tapi kalo make sesuatu yang aku punya kalo siap pake harus diletakkan ditempat semula, jadi pas aku nya butuh ga nyari-nyari dulu. Dan dia melanggar aturanku itu dan kami pun bertengkar. Sebenarnya jika dia minta maaf trus mengembalikan penggaris besi itu mungkin aku ga akan semarah itu. Tapi yang membuat aku naik darah itu adalah sikap dia yang tidak menghargai milik orang lain.

Habis jam pelajaran ekonomi tadi lanjut ke pelajaran Fisika dengan Bu Darlina, karena ada beberapa pratikum, kami semua diboyong oleh Bu Darlina ke ruang laboratorium, dan tas ditinggal aja di kelas yang dikunci. Setelah jam pelajaran Fisika usai kami kembali ke kelas. Di sinilah terjadi hal yang tak terduga. Ketika membuka tas untuk menaruh alat-alat tulis, aku menemukan sepucuk surat dalam tas ku. Perasaan bingung bercampur aduk dengan penasaran ketika aku membuka surat itu. Isinya simpel, namun sangat mengena ke jantungku. Yang membuatku lebih kaget lagi adalah ketika melihat nama pengirimnya, W.
What ??? Bagaimana mungkin ?? Jelas-jelas baru hitungan jam aku bertengkar dengannya. Apa iya dia yang mengirim surat itu ? Kaya'nya ga mungkin banget deh. Dengan perasaan tak menentu ku abaikan surat itu, dan berlagak pura-pura tidak tahu.

Dua hari berselang setelah kejadian surat itu, diam-diam aku amati sikap W dari kejauhan. Tidak ada yang berubah, dia masih aja sinis padaku. Dan akupun menyimpulkan ini pasti kerjaan salah satu teman ku yang iseng.

Keesokan harinya, aku datang lebih awal karena harus piket kelas. Aku harus ektra kerja keras hari itu karena teman piketku lagi sakit. Jam 6.30 aku sampai di sekolah, setelah meminta kunci kelas pada penjaga sekolah, aku mulai membersihkan kelas. Jantungku berdegup keras ketika sekonyong-konyong dia berdiri dihadapanku. Aku heran, mengapa dia datang lebih awal kan sekarang bukan hari piketnya ? Tapi segera ku jauhkan segala pikiran-pikiran itu, seolah tak peduli, aku berlalu dengan sampah-sampah ditanganku. Setelah mencuci tangan, aku kembali ke kelas. Tiba-tiba W menghadang jalanku menuju tempat duduk, aku bingung apa sih maunya nih anak ? batinku.

"Udah terima Mer ?" tiba-tiba tanyanya memecah kesunyian.
"Terima apa ?" tanyaku lagi. Dia diam tak menjawab, tapi matanya lurus menatapku. Jantungku berdegup keras,
"Apaan ya ?" tanya ku lagi.
"Udahlah jangan pura-pura ga tau gitu, aku lihat kok kamu membacanya," jawabnya pelan. Deg .. tentang surat itu kah ? batin ku lagi.
"Ooohh surat itu ya ? Jadi surat itu beneran dari kamu ?"
Dia diam tak menjawab, cuma tatapannya semakin membuatku salah tingkah.
"Aku pikir itu orang iseng, jadi ga aku pikirin," kataku berkilah.
Nampak sorot kekecewaan dimatanya, dan ternyata itu membuatku sedih.
Cukup lama aku berdiri terpaku di depannya.
"Aku mau jawaban kamu tentang perasaanku," ujarnya kemudian.
"A.. aku .. duh .. kok tiba-tiba gini ya ? Aku ...," aku berusaha memutar otak mencari alasan.
"Ok .. aku gak akan desak kamu sekarang, tapi aku juga gak mau kelamaan," katanya kemudian berlalu.
"Dan satu lagi .. ga usah tanya pendapat sana-sini, cukup tanya hatimu aja," imbuhnya lagi.
Aku terhenyak, lemas tak bertenaga. Bahkan sampai kelas penuh pun aku seakan masih berada diruang kosong. Jujur saja, satu huruf pun tak lengket di kepalaku hari itu.

Malamnya aku bener-bener uring-uringan. Makan malam pun tak habis ku santap, aku duduk didepan TV tapi tak satu pun acara itu yang menarik bagiku. Hal ini ternyata menarik perhatian Kak Yet teman kakakku yang lagi nginap di rumah.

"Yuli .. adek kita yang satu ini lagi jatuh cintrong kaya'nya nee," sorak Kak Yet meledek ku.
"Iiihh.. kak Yet ni apaan sih ??!!" ujarku merajuk sembari masuk ke kamar.
Kak Yet yang emang dasar hobbynya rumpi menyusulku ke kamar.
"Siapa dia Mer ?" tanyanya penasaran.
"Apanya yang 'siapa' ?" aku berusaha mengelak dan pura-pura fokus membaca buku Biologi.
"Udahlah .. kaya' kakak ga pernah ngalamin aja, ayo cerita sama kakak, kamu lagi dilema kan ??"
Aku tidak menjawab, cuma batin ku mengiyakan pertanyaannya.
 "Waktu seumuran kamu, kakak pernah naksir cowok, tapi cowok yg kakak taksir adalah cowok yang gak disukai sama sahabat-sahabat kakak."
Waah kasusnya sama nih, batinku lagi. Tapi aku pura-pura saja tidak mendengarkan.
"Pas cowok itu nembak kakak, kakak bingung sekali. Disatu sisi kakak suka sama dia, tapi disisi lain kakak juga ga' mau dijauhin teman-teman kakak."
Aku masih bertahan dengan sikapku dinginku, walaupun sebenarnya aku penasaran dengan endingnya. "Akhirnya kakak mutusin, untuk mendengarkan kata hati kakak, karena rasanya nyiksa banget."
Aku termenung mendengar kisah Kak Yet, lamat-lamat hatiku menyuruhku untuk mengikuti jejaknya.
"Trus gimana dengan teman-teman kakak ?" tanyaku penasaran.
"Cieeee .. yang tadinya ga peduli, ternyata mendengarkan toh .. ha..ha" balas Kak Yet meledekku.
Aku sontak tersurut, dan kembali melarikan muka merah ku ke buku Biologi dihadapanku.
"Udaaahh .. ga usah malu gitu. Sini .. kakak pengen denger cerita komplit kamu," dengan lembut Kak Yet membujukku. Dan akupun terbujuk, tanpa pikir panjang lagi kuceritakan kronologi hubunganku dengan W selama ini.

Sejak pembicaraan dengan Kak Yet itu, sumpah aku uring-uringan banget. Di satu sisi aku pengen jujur sama hati ku sendiri yang sebenarnya emang ada hati sama si W, tapi kalo ingat sikap jutek dia selama ini, plus teman-teman gank ku yang juga kurang suka sama dia alhasil hasrat itu ku pendam dalam-dalam.

Tapi yang namanya rasa itu emang susaaaah untuk disembunyiin. Kadang-kadang tanpa sadaar aku suka lirik sana-sini kalo liat dia lewat. Atau tanpa sadar aku senyum-senyum sendiri kalo dia juga lirikin aku. Akhirnya gelagat ku itu terbaca juga oleh sohib ku Lina. Siang itu ketika lagi di toilet (biasa lah, sehabis jam olah raga gank ku suka ngerumpi di toilet :p) Lina menarik tanganku sedikit menjauh dari teman-teman yang lain. Aku yang kaget, ya ngikut aja ketika dia menarikku.
"Jujur sama aku, kamu ada apa sama si W ?" tembak Lina langsung.
"Ada apanya ? gak lah !! ga da apa-apa"
"Udahlah .. ga usah bohong deh Mer, kamu naksir dia kan ?"
 "Ngga Lin.. beneran ga kok," dengan kukuh aku berusaha mengelak.
"Kenapa sih Mer hal ginian aja kamu harus sembunyiin dari kami ? Jangan buat kami jadi teman yang jahat lah.. kalo emang dia suka kamu dan kamu suka dia lantas kenapa ? Ga melanggar hukum kok .. jujur ajalah.. ngapain kamu siksa diri sendiri, " papar Lina.
"Bener Mer .. kami gak keberatan kok," tiba-tiba teman-teman ku yang lain ikut bersuara.
"Kalian ??" tanggapku terbata.
"Kenapa ? Kaget kami tahu ? Ya Tuhan Mery, kita udah berteman berapa lama sih, kami tuh udah hapal gimana muka kamu bereaksi terhadap sesuatu. Gimana kamu sedih, marah, bete, kami tau lho. Apalagi kalo yang ini, muka mu itu bedaaaa banget Mer."
Mendengar kata-kata mereka akhirnya aku luluh. Dengan berkaca-kaca aku ceritakan semua kronologi sejak aku menerima surat dari W. Dan aku bersyukur memiliki teman-teman seperti sohib ku ini, mereka luar biasa pengertiannya (I Miss u guys, where ever you are).

Sepulang sekolah, tanpa menunda lagi segera kubalas surat dari W. seperti surat darinya yang singkat, aku pun membalas dengan singkat, hanya 9 kata : "To W, aku juga suka sama kamu, From Merry."
Keesokan harinya ketika jam istirahat aku selipin surat itu ke dalam tasnya.

Hari berlalu setelah peristiwa surat menyurat itu, ga ada yang berubah. Dia diam seperti biasa, cuman ga jutek lagi :) aku pun sama, ga banyak bicara, tapi juga ga galak-galak lagi :) Cuma ada yang berubah dari pernak-pernik bukunya. ada guratan angka di semua sampulnya. 050395. Oh my God.. itu tanggal aku membalas suratnya.

Sejak saat itu, tanpa di proklamirkan, seantero sekolah tahu hubungan kami. tapi ya itu pemirsah, cinta-cintaan zaman dulu mah beda sama anak-anak zaman sekarang. Pacarannya ya sebatas itu aja tuh, untuk ungkapan perasaan hanya via surat. Ga lebih.

Hubungan ku sama W ini berjalan mulus, kami ga pernah berantem. yang ada kami bersaing dan saling support dalam belajar. Bahkan dia juga sering bergabung dengan kelompok belajar yang aku dan teman-teman sudah bentuk. Bersyukurnya aku karena teman-temanku yang lain tidak keberatan akan hubungan kami.

Tahun 1996 adalah ujian terberat hubungan kami saat itu. Aku terpilih mengikuti Jambore Nasional yang diadakan di Cibubur Jakarta. Selama 3 bulan pemusatan latihan di ibukota kabupaten, plus 15 hari di Jakarta membuat hubungan kami tak lagi sama. sebenarnya dia ga berubah. Tapi aku lah berubah. aku jahat ya gaisss :(

Tapi itulah adanya. Sepulang dari Jambore itu perasaan ku yang dulu sangat memujanya itu raib entah kemana. Dan dengan entengnya aku mengirim surat putus kepadanya. Dan tanpa menunggu lama aku menerima balasan darinya. Seperti halnya, ketika dia menyatakan suka kepadaku, suratnya singkat dan tak bertele-tele, kali ini pun sama. Dia membalas dengan singkat, namun sampai saat ini menyisakan rasa bersalah yang dalam dihatiku.

Btw .. to W, you are will always be the first in my life, but so sorry I had choice someone else to be the last in my heart, From Merry

=======================================================

Artikel ini diikut sertakan dalam "My First Love Give Away" Aprint Story.
=======================================================




Friday, February 6, 2015

Antara Aku, Blog dan Rutinitas

February 06, 2015 0 Comments
Jujur saja saya mengenal dunia blog ini ketika bergabung di Oriflame sekitar tahun 2011. Meskipun sekarang saya tidak aktif lagi disana, namun saya tidak bisa pungkiri bahwa ilmu-ilmu blogging banyak saya dapat disana tepatnya dari dbc-networknya. Ketika pertama kali buat blog, saya berstatus ibu rumah tangga biasa yang lagi suntuk karena tidak ada aktifitas lain selain jaga anak, nonton TV, memasak, mencuci dan melayani suami. Bagi saya (yang sebelum menikah adalah perkerja kantoran) aktifitas rumah tangga yang pure mengurus rumah tangga itu sangat menyiksa banget. Nah di saat inilah saya mengenal blog.

Blog karya pertama saya bertemakan dapur berikut atributnya, sehingga saya beri label www.masakanQ.wordpress.com. Semua postingan murni adalah hasil obrak-abrik didapur saya sendiri (setelah googling resep tentunya :p ). Sempat aktif update postingan selama beberapa bulan, namun ketertarikan saya mulai bergeser ke dunia bisnis.

Saya mulai tergiur dengan bisnis toko online. Tapi karena tidak memiliki barang yang mau dijual, akhirnya saya memilih menjadi affiliasi dan dropship saja. Kemudian saya mulai searching toko-toko online yang menawarkan afiliasi dan dropship dan mengajukan diri sebagai partner mereka. Taraaa ! jadilah blog saya yang kedua yang saya beri nama http://airachoice.wordpress.com/. Tapi lagi-lagi saya mengkambing hitamkan waktu :( padahal pada dasarnya memang diri yang tak mampu. Kedua blog ini tidak pernah lagi saya update. Dengan kata lain saya tinggalkan mereka.

Dan saya mulai mencoba dunia baru, yaitu dunia web. Sebenarnya sama aja kan dengan blog, bedanya hanyalah web itu versi 'berbayar'nya. Saya mulai deh sibuk mencari referensi hosting dan domain yang murmer. Buat coba-coba saya ga maulah yang mahal, ntar kalo ga jadi ruginya banyak :p (dasar pediiiit)

Untuk domain saya beli di www.rumahhosting.com, saat itu yang terjangkau sama kantong saya adalah domain .co.in

Khusus untuk hosting saya cukup lama menemukannya karena berbagai macam pilihan, ada yang harga murah cuma quotanya dikit, ada yang quotanya besar tapi harganya ga nahan, akhirnya pilihan saya jatuh ke hosting punyanya 'sang master' di di dbcN yaitu www.satutiga.com. Dan meluncurlah web pertama saya yang bertajuk www.masakanQu.co.in.

Kurang lebih sama dengan blog saya sebelumnya, tapi disini saya sisipin dengan aneka info lainnya. Keberadaan web ini hanya berlangsung selama masa 'kontrak' dengan hosting nya aja alias ga aktif lagi karena 'iuran'nya ga saya bayar. Karena sejujurnya saat itu saya lebih ke mencari dan praktik langsung ilmu web dari dBCN.

Dan sekarang inilah blog saya yang teranyar .. cie cie lagak saya udah kaya yang master aja yak :p

Yup.. finally saya bertahan dengan blog ini. Saat memulai blog ini saya berstatus sebagai ibu rumah tangga plus-plus (aih..aih.. pijat plus-plus kaleee .. hihi).

Saya ibu rumah tangga yang juga karyawati kantoran. Masih dengan satu putri (mudah-mudahan segera nambah). Blog ini adalah blog personal yang bertemakan tentang "berbagi kisah". Disini saya berbagi kisah hidup saya, ada yang sedih, ada juga yang bahagia. Saya tidak muluk-muluk dengan blog ini, seperti halnya prinsip saya dalam menjalani hidup "ga neko-neko". Harapan saya tentu ada, semoga kehadiran blog saya ini bisa memberi warna dalam dunia perblogan, syukur-syukur bisa menginspirasi.

Saya tidak berambisi untuk mem'bisnis'kan blog saya ini, karena saya ga ngerti n ga paham sama seo-seo an. Namun jika suatu saat google adsense melirik blog saya tentulah saya tidak menolak.. hihi... (ga ada tuh doa tolak rejeki ^.^ ) Bagi saya blog ini adalah 'diri' saya di dunia maya yang berusaha untuk jujur dan tulus dalam berbagi kisah. Ada beberapa cerpen yang saya buat, sssttt .. itu terinspirasi dari kisah nyata loh :)

So.. kepada semua pembaca yang sudah mampir saya ucapin terimakasih yang buanyakk banget, moga ga bosen, trus mo mampir lagi :D

Buat yang belum mampir, please wellcome, dengan sangat senang hati saya menunggu comment-comment anda diblog saya. Karena semua comment anda akan menjadi masukan yang paling berharga untuk kebaikan saya.

Happy blogging yach !

Jejaring Sosial : Usefull or Useless ?

February 06, 2015 0 Comments
Hidup di era digital sekarang ini sebenarnya sungguh sangat mengasyikkan. Karena dengan majunya teknologi membuat batasan ruang dan waktu itu menjadi menipis. Sehingga tidak ada lagi alasan untuk manusia zaman sekarang untuk 'ketinggalan' berita. Karena semua hal bisa diakses lewat satu genggaman tangan.

Kemajuan teknologi melahirkan banyak situs jejaring sosial. Sebut saja diantaranya ada Facebook, Twitter, Instagram, Whatsapp, Line, Wechat,Google Plus, dan banyak lagi lainnya yang saya tidak hapal satu persatu. Kehadiran jejaring sosial ini sangat bermanfaat sekali, karena mereka bisa menghubungkan banyak orang dari berbagai belahan dunia.

Banyak cerita-cerita mengharukan yang saya dengar dari teman, sodara dan rekan kerja betapa jejaring sosial sangat berjasa karena telah mempertemukan mereka dengan teman atau saudara yang telah lama tidak bertemu. Padahal mereka telah bertanya kesana-kemari mencari informasi keberadaan orang-orang yang mereka sayangi itu, namun tidak mendapatkan hasil. Ada yang putus asa dan larut dalam kesedihan. Tapi semua itu bisa terhapuskan sejak adanya jejaring sosial. Karena di jejaring sosial ini mereka bisa share kepada semua orang yang terhubung dengan akun mereka. Dan jejaring sosial inilah yang akhirnya menemukan orang-orang yang mereka cari.

Namun begitu tidak semua berita menyenangkan saya dengar dari mereka, beberapa bahkan mungkin juga banyak diantaranya yang berupa kabar sedih dengan jatuhnya korban karena tindak kriminal yang diawali dari pertemanan di jejaring sosial. Masih lekat diingatan kita bagaimana hebohnya negara ini ketika kasus-kasus penculikan, pemerkosaan dan pembunuhan yang terjadi antara pelaku dan korban yang menjalin pertemanan di jejaring sosial. Na'uzibillahi mindzalik.. semoga saya dan sahabat dan orang-orang terkasih kita terhindar dari hal buruk ini. Aamiin.

Selain hal-hal yang saya sebutkan diatas, ada lagi yang memanfaatkan jejaring sosial sebagai sarana untuk mendapatkan polling atau suara atas event yang diikutinya. Misalnya ajang-ajang pencarian bakat,  pemilu dan lain sebagainya. Hal ini sangat positif menurut saya, karena lewat jejaring sosial ini masyarakat bisa lebih dekat dengan tokoh atau idola mereka. Sehingga mereka bisa menentukan sikap atas pilihan mereka sendiri.

Namun disisi lain ada lagi pihak yang memanfaatkan jejaring sosial ini sebagai sarana untuk menyalurkan uneg-unegnya.  Jika yang disampaikan sebatas uneg-uneg pribadi alias curhat tanpa melibatkan pihak-pihak lain, menurut saya sih sah-sah saja. Yang tidak etis adalah ketika jejaring sosial dijadikan sarana untuk mem-bully orang lain. Bahkan dengan mudahnya menggunakan zoo language dengan dialeg Ragunan, Bonbin Tinjomoyo, Taman Safari dan lain-lain. Jika sudah demikian bukankah bisa mengganggu privasi dan ketenangan orang lain ? Bukan hanya ketenangan orang yang menjadi sasaran bully tadi, tetapi juga bagi mereka yang turut membaca postingan tersebut. Kita harus sadar sesadar-sadarnya, satu huruf yang kita ketikkan di jejaring sosial bisa disaksikan oleh jutaan mata diseluruh dunia. Haruskah kita memamerkan zoo language kita kepada seantero dunia ? Cukuplah masalah dunia nyata di konsumsi oleh orang-orang bersangkutan di dunia nyata. Tidak perlu melibatkan banyak pihak didunia maya yang tidak tahu apa-apa tapi menjadi terusik oleh apa yang kita perbuat.
So.. social network, is it usefull or useless ?

Menurut saya it's very usefull, but manusia yang menyalahgunakannyalah yang Useless.

**************

#Damai itu indah

#Stop-bullying

Thursday, February 5, 2015

Dunia Tak Selebar Daun Salam

February 05, 2015 0 Comments
"Dunia tak selebar daun salam"

Kok pepatahnya aneh ya ? Bukankah seharusnya "Dunia tak selebar daun kelor" ?

Hihi.. iya sih, pepatah yang benar itu tuh, "dunia tak selebar daun kelor"tapi aku ga tau tuh bentuk daun kelor itu seperti apa, jadi karena sehari-hari aku akrab dengan daun salam, ya udah aku plesetin ke daun salam. Mudah-mudahan yang empunya pepatah ga tersinggung yak #please jangan somasi daku :D

Mengapa sih aku tiba-tiba membahas tentang pepatah tersebut ? Itukan pepatah yang udah jadul banget ya ? Nah.. ini nih yang kudu kita buang dari pikiran kita. Terkadang sebagian kita suka menutup diri sama hal-hal yang berbau jadul. Tapi jika kita mau membuka mata dan pikiran kita lebih lebar banyak hal yang bisa kita petik dari hal-hal yang jadul tersebut.

Yup .. postingan kali ini adalah hasil dari blog walking aku di KEB pada hari Kamis 05-02-15 dari pukul 10:00 WIB sampe dengan 15:00WIB. Waahhh.. berkunjung ke sekian banyak blog yang memiliki tema beragam serasa aku keliling dunia. Begitu banyak cerita, pengalaman dan ilmu yang kudapat dari mereka. Bahkan ada yang menyajikan artikel seputar traveling, dimana hasil jepretan foto-fotonya mampu membawa kita seakan-akan berada disana. Sehingga malam nanti aku bisa bermimpi menyinggahi tempat-tempat eksotis yang mereka sajikan.

Lewat kaca monitor yang disajikan dari beragam blog yang aku singgahi, semakin menyadarkanku betapa pertemanan itu bisa dibangun dalam berbagai bentuk. Bahwa wisata itu bisa diwujudkan lewat imajinasi. Bahwa film itu bisa dibuat lewat aneka fiksi. Bahwa berbagi itu tidak harus berupa materi. Dan banyak lagi manfaat lainnya yang bisa kurasakan.

Semua karya yang mereka sajikan dengan tulus, telah mampu menyentuh banyak orang dari berbagai kalangan tanpa membedakan suku, agama, ras atau pun golongan. Alangkah indahnya dunia ini jika semua masyarakatnya bisa berkarya seperti mereka.

Terimakasih temans. Berkat kalian aku semakin sadar, dunia ini tak sepicik alam bawah sadarku. Dunia ini penuh keramahan, jika kita mau membuka mata hati dan pikiran dengan cinta dan kasih sayang. Karena memang sudah diakui bukan ? Dunia itu tak selebar daun salam ..... (eeiitss daun kelor yak :D )

*********

Inilah mereka yang saya kunjungi hari ini :

  • http://nathaliabookshelf.blogspot.com

  • http://coretanirai.wordpress.com

  • http://www.kulinerwisata.com

  • jnynita.com

  • www.azizahnazi.blogspot.com

  • http://tizara42.blogspot.com

  • www.kuswointan.wordpress.com

  • www.tamasyaku.com

  • www.bittersweet-m-e.blogspot.com

  • http://cokelatgosong.blogspot.com/

  • http://hidupku-kisahku.blogspot.com

  • www.pondokummi.com

  • http://bundadhia.blogspot.com/

  • www.uswasyauqie.com

  • www.mrseliselisa.com

  • www.mamahtira.blogspot.com

  • www.armitaconsultant.com

  • www.intimespare.blogspot.com

  • www.enciharmoni.blogspot.com

  • http://melatikoekieku.blogspot.com

  • www.bundadidotbercerita.blogspot.com

  • www.istiadzah.com

  • www.rodame.com

  • Http://Catatansangmantanjomblo.com

  • Siethie.blogspot.com

  • www.myspaceinung.blogspot.com

  • http://nefertite-fatriyanti.blogspot.com/

  • www.cheeqarahmat.com

  • dan masih banyak lainnya, maaf ga bisa di muat semua.



Monday, February 2, 2015

Trapped in Challenge : Tidak Bisa atau Tidak Mau ?

February 02, 2015 0 Comments
Beberapa hari yang lalu saya diutus oleh kantor untuk mengikuti training di kantor pusat Jakarta. Dengan semangat 45, saya berangkat. Saya excited banget karena membayangkan saya akan mendapat ilmu baru lagi disana.

Saya Berangkat jam 9:30 pagi dari kota saya menuju bandara.Tidak banyak kejadian menarik dalam perjalanan saya ke Pekanbaru. Selain kenalan baru yang asyik dibawa cerita. Namanya Fani, seorang karyawan swasta yang ingin melanjutkan kuliahnya di Universitas Terbuka. Dia bercerita banyak tentang masa lalunya yang 'cukup keras' dalam mencapai gelar pertamanya. Faktor ekonomi yang tidak mendukung, orang tua yang sakit-sakitan dan dua orang adik kembarnya yang duduk dibangku sekolah dasar. Ayahnya sebagai tulang punggung utama keluarga telah setahun lebih bergulat melawan stroke yang dideritanya. Sementara ibunya yang hanya seorang ibu rumah tangga biasa terpaksa harus ikut membanting tulang dengan berjualan makanan di area sekolah. Bersyukur saat itu dia telah berada di tingkat akhir kuliah, sehingga tidak lagi memiliki jadwal padat dikampus, sehingga dia bisa membantu ibunya dengan mengurus perkerjaan rumah dan merawat ayahnya. Dan dia lebih bersyukur lagi karena begitu tamat kuliah, tanpa harus menunggu lama, dia mendapatkan perkerjaan pertamanya sebagai tenaga administrasi di salah satu toko yang cukup terkenal dikota kami. Dan saat ini, dia tengah mengurus pendaftarannya di universitas terbuka di Pekanbaru. Melihat semangatnya yang pantang menyerah membuat saya sangat kagum sekaligus terharu. Mendengar ceritanya tentang masalalunya itu sedikit banyak mengingatkan saya kepada masa-masa kuliah dulu. Ya, nasip saya memang tidak jauh berbeda dengan dia, bedanya adalah dia masih memiliki dua adik yang membutuhkan biaya besar, sementara saya tidak, karena saya sendiri adalah anak terakhir dikeluarga saya. Go a head Fan, semoga semua impianmu tercapai dan Allah senantiasa meridhoi setiap langkahmu.

*********

Pesawat Citilink yang saya tumpangi telah mendarat dengan mulus di bandara Soekarno-Hatta. Sambil menunggu penumpang lainnya turun, saya menyalakan ponsel dan melihat jam di ponsel saya telah menunjukkan waktu pukul 21:10WIB. Ini adalah pertama kalinya saya ke Jakarta seorang diri diwaktu malam. Tidak bisa saya pungkiri, perasaan waswas pun menghampiri saya. Terlebih lagi, atasan memberi tahu saya bahwa saya harus jalan sendiri ke mess perusahaan, karena perusahaan tidak menyediakan mobil jemputan untuk saya. Sebenarnya saya tidak sendiri datang ke Jakarta ini, karena dari 20 cabang yang tersebar di Indonesia ini, 10 cabang di antaranya juga turut serta dalam pelatihan ini. Cuma karena jarak yang berbeda-beda, penerbangan mereka pun berbeda-beda. Ada yang penerbangan pagi, siang dan malam seperti saya saat ini. Yang pasti jadwal penerbangan termurahlah yang dipilih oleh kantor cabang. Sesuai dengan pesan dari atasan saya, agar aman sampai ditujuan saya harus menggunakan Taxi yang terpercaya. Dan saya pun menuruti saran itu. Cukup lama saya berdiri di teras bandara, tapi Taxi yang saya harapkan penuh semua, sementara waktu terus berjalan. Rasa khawatir semakin memenuhi rongga dada saya, agar tidak kelihatan mencolok, saya sibuk pura-pura menelpon agar para calo-calo yang mengerubuti saya segera pergi. Karena telah menunggu cukup lama, akhirnya saya memberanikan diri untuk bernego dengan salah satu calo yang menurut insting saya dia cukup 'aman', karena dia mengenakan tanda pengenal dan juga seragam salah satu perusahaan Taxi bandara, setelah mendapatkan harga yang pas, akhirnya saya naik ke salah satu Taxi yang ada di sana. Banyak doa yang saya lafazkan, berharap Allah melindungi perjalanan saya. Alhamdulillah, Allah menjawab doa saya. Saya mendapat supir Taxi yang baik, sopan dan ramah. Sebelum naik ke Taxinya dia menunjukkan tanda pengenal dan juga STNK kendaraanya. Ketika saya meminta izin untuk mencatatnya pun dia tidak keberatan. Sekitar pukul 22:30 saya sampai di mess tempat tujuan saya dengan selamat dan perasaan penuh syukur. Dan malamnya saya pun bisa beristirahat dengan nyaman.

**************

Saya melangkah dengan antusias menuju kantor pusat tempat training diselenggarakan. Saya tidak sendiri lagi, kebetulan di mess itu telah ada rekan-rekan dari cabang lainnya dan saya berangkat berbarengan dengan teman dari cabang Kupang. Jarak mess ke kantor pusat tidak begitu jauh, kurang lebih 10 menit berjalan kaki. Namun dasar saya yang memang jarang berolah raga, tetap saja jalan kaki sejauh itu membuat nafas saya ngos-ngosan tak karuan. Setelah melewati serangkaian acara pembuka, maka kami pun mulai memasuki acara utama. Saya pun dengan semangat yang masih membara, dengan tenang membuka laptop dan menyiapkan alat tulis lengkap untuk mencatat materi yang nanti diberikan. Namun tiba-tiba saja, suasana tenang itu di kejutkan dengan suara hardikan yang begitu lantang. Saya kaget bukan kepalang, jantung saya berdetak dengan cepat. Bayangan semasa ospek dikampus dulu menari-nari di kepala saya. Ada apa ini ? Batin saya bergolak mencoba memahami setiap kata yang dilontarkan oleh 'beliau' yang sedang murka itu. Setelah menyerap semua kata-kata yang dia lontarkan akhirnya saya bisa menarik kesimpulan dengan pasti. Ternyata agenda kami di kantor pusat kali ini bukanlah training seperti yang ada dalam gambaran saya, tetapi menyelesaikan komitmen yang telah ditandatangani oleh Finact Head beberapa bulan sebelumnya. Apasih komitmennya ? Kok sampai dia menghardik kami sedemikian rupa. Melihat kekagetan di wajah saya, teman sebelah pun berbisik "ga usah kaget mba, dia memang seperti itu, bawa santai aja". Sebisa mungkin saya menenangkan hati dan pikiran saya. Saya mencoba untuk fokus dengan penjelasan beliau di whiteboard, walaupun tidak begitu jelas saya terima, namun samar-samar saya bisa menangkap sebab musabab kemurkaan beliau. Tapi meskipun demikian batin saya berontak juga dengan perlakukan seperti itu. Alhasil, satu harian itu saya blank di depan monitor. Meskipun tangan saya sibuk dengan mouse klik sana klik sini, akan tetapi semua itu hanya gerakan tanpa arti. Dan bisa ditebak bukan, agenda satu hari itu nihil saya selesaikan.

Sebelum Maghrib kami kembali ke mess. Saya berusaha segarkan hati dan pikiran dengan mandi lalu kemudian sholat maghrib. Sebisa mungkin saya coba untuk khusuk meskipun sangat sulit. Jantung saya masih berdebar dengan kuat, karena telinga saya masih terngiang dengan jelas kata-kata yang saya dengar tadi pagi. Hati kecil saya berontak, tidak terima diperlakukan seperti itu. Apa salah kamu ? Toh semua masalah yang dipaparkan tadi bukan tanggung jawab kamu, tapi mengapa kamu yang menerima hardikan itu ? Mengapa orang yang makan nangka, kamu yang kena getahnya ? Setan terus membisiki saya untuk protes dan berontak.

Ternyata malaikat belum meninggalkan saya, karena dia juga membisiki dan menenangkan saya. Sudahlah, tidak ada gunanya kamu protes, toh kamu sudah terlanjur berada disini. Sudahlah, tidak ada gunanya berontak, lebih baik jadikan hal ini sebagai tantangan yang harus kamu selesaikan. Ibarat sebuah game, anggaplah semua ini adalah tantangan untuk kamu agar bisa naik ke level selanjutnya.

Pikiran dan hati saya mulai sinkron dengan satu kata. Ya.. semua ini adalah tantangan yang harus saya takhlukkan. Sekarang tinggal saya nya yang mengevaluasi diri sendiri, mampukah saya menakhlukkan tantangan ini ?

Setan di telinga kiri saya tidak mau kalah ternyata. Dia kembali membisiki saya, emangnya kamu mau diperlakukan begini ? Kamu sadar ga kalo kamu tu udah diperalat ? Enak benar mereka yang punya tanggung jawab tinggal terima bersih hasil kerja kamu. Itu kan tanggung jawab mereka, udah tinggalin aja. Ingat lho kamu datang kesini udah ngorbanin waktu berharga kamu dengan anak dan suami. Ga pantaslah kamu di perlakukan begini"

Saya mulai tergiur dengan bisikan setan di telinga kiri saya. Tapi malaikat kembali memainkan perannya. Sekarang keputusan ada ditangan kamu. Kamu bisa berontak lalu pulang dan tinggalkan semua. Tapi kamu akan dikenang sebagai pecundang. Atau kamu tetap di sini, selesaikan semua tantangan ini, lalu kamu pulang sebagai pemenang. Yakinlah dengan kemampuanmu. Kamu pasti mampu menyelesaikan semua tantangan ini.

Saya tersentak, dan sadar kembali dengan fakta yang ada dihadapan saya. Memang benar, tidak ada gunanya saya berontak dengan mengabaikan sebuah kepercayaan yang diberikan kepada saya. Satu hal positif yang harus saya maknai adalah saya dikirim kesini karena saya dianggap bisa untuk melakukannya. Jadi bukan "bisa atau tidak bisa" yang jadi masalahnya, tapi "mau" atau "tidak mau" melakukannya.

Dan memang benar, setelah memurnikan niat, dan fokus dengan tantangan, maka saya mulai bisa menganalisa detil inci demi inci angka-angka yang terpapar dihadapan saya. Alhamdulillah, saya bersyukur pada Allah, karena semua tantangan tadi mampu saya selesaikan dengan tuntas bahkan melebihi standar yang diminta oleh perusahaan.

*********

Kecendrungan manusia ketika terbentur pada suatu masalah selalu merasa sebagai korban, lalu berontak, menghindar dan menyerah pada keadaan. Padahal jika manusia mampu mengambil hikmah dari semua kejadian, memandang masalah sebagai tantangan bukan sebagai hambatan, maka manusia akan mampu menjadi pemenang atas semua masalah yang dihadapinya. Karena masalah sebenarnya bukan soal bisa atau tidak bisa, tapi lebih kepada mau atau tidak mau. Ego manusialah yang mengarahkannya untuk mau atau tidak menghadapi tantangan, karena dengan kelebihan akal pikiran yang dianugrahkan yang Maha Kuasa saya yakin setiap manusia itu bisa menakhlukkan tantangan yang ada di depan mereka.

Bagaimana dengan anda. Tidak bisa ? Atau tidak mau ?

Sunday, February 1, 2015

Menyiasati Waktu bermain dengan anak

February 01, 2015 0 Comments
Sebagai ibu rumah tangga yang juga berkerja di luar rumah membuat saya tidak memiliki waktu yang banyak untuk bermain bersama anak. Padahal anak saya yang saat ini berusia 5 tahun sedang membutuhkan perhatian yang super ekstra dimasa tumbuh kembangnya. Sebenarnya ada sih waktu saya sisakan untuk dia setiap harinya sekitar 2-3 jam dari jam 19:00 - 21:00 WIB, namun sebagai ibu seharusnya waktu yang saya berikan untuk dia adalah 24 jam dari waktu yang saya punya. Saya sungguh telah bersalah kepada anak saya karena hanya memberi dia sisa waktu dari kesibukan saya. Tapi semua ini terjadi karena konsekuensi dari pilihan saya untuk berkerja. Dan semua saya lakukan demi masa depan anak.

Sebagai mana pesan dari psikolog anak di sekolah PAUD anak saya, yang menyarankan agar anak saya bisa tumbuh optimal, perkembangan syaraf motoriknya halusnya harus seimbang dengan motorik kasarnya. Semua ini bisa diwujudkan dengan peran orang tua yang intens salah satunya dengan bermain bersama anak. Dalam dunia anak, bermain adalah salah satu media utama dalam tumbuh kembangnya.

Saya paham, saya tidak begitu mumpuni dalam memberi penjelasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak. Namun dari info yang saya dapat dari berbagai sumber menyebutkan bahwa apabila anak mengalami gangguan dalam perkembangan motoriknya, akan mengakibatkan anak akan mengalami gangguan dalam melakukan gerak dan juga gangguan pada perkembangan motorik anak akan menghambat akses pada sumber-sumber eksternal serta regulasi emosi dan kecerdasan.

Sadar akan pentingnya perkembangan motorik anak, maka saya pun sebisa mungkin meluangkan waktu untuk menemani anak dalam aktifitas bermainnya. Namun lagi-lagi segala bentuk rutinitas perkerjaan saya menjadi kendala. Tapi saya tidak mau kehabisan akal. Khusus untuk hari libur dimana seharusnya waktu saya adalah untuk anak, namun atasan mengharuskan saya untuk tetap masuk kerja, agar saya tidak kehilangan waktu kebersamaan dengan anak,  maka saya mengajak anak saya ikut ngantor bersama saya. Disela-sela kesibukan saya, saya tetap bisa menemaninya melakukan hal-hal yang dia senangi seperti menggambar bersama, menonton bersama dan bermain game bersama.

Saya tidak tahu pasti yang saya lakukan ini apakah tepat secara ilmu psikologi anak, namun yang saya tahu anak saya tampak ceria dan bahagia dengan apa yang kami lakukan bersama. Mungkin benar filosofi berikut ini "kebahagian itu bukan karena tempat dimana anda berada, namun karena orang yang bersama anda"

Happy weekend all ..

PIC_15-02-01_14-59-30 PIC_15-02-01_15-00-55 PIC_15-02-01_15-06-51 PIC_15-02-01_15-07-02 PIC_15-02-01_15-07-10 PIC_15-02-01_15-07-21