Thursday, April 30, 2015

Dimana Posisi Kita Berdiri ?

April 30, 2015 0 Comments
Pagi-pagi sudut bawah layar monitor berkedip, memberitahu ada email baru di inbox. Aku segera meluncur ke TKP. Dan memang benar, satu email cantik telah mendarat di sana. Hmm.. rupanya dari salah satu asisten manager pusat. Ga ada yang aneh sih kalo dia berkirim email, karena rutinitas perkerjaan ku memang berhubungan dengan dia. Yang sedikit menggelitik rasa penasaran adalah subjeknya yang berbunyi "CEO Message".

Tumben. Ini adalah kata pertama yang terlintas di benakku ketika membacanya. Mengapa tumben ? Karena tidak biasanya email dari beliau ini di kirim langsung kepada kami. Biasanya pasti hanya kepada kalangan terbatas seperti Manager Cabang, Finact Head dan sejenisnya. Barulah dari mereka biasanya kami terima email terusannya.

Oke.. karena penasaran, aku segera membuka email tersebut. Berupa file words sederhana, tapi tulisan yang berada di dalamnya sungguh sangat bermakna. Mampu menggetarkan relung hati. Membuat aku turut bertanya kepada diri sendiri. Dimanakah posisiku berdiri ?



Penegakan disiplin butuh pengorbanan, karena pelanggar aturan harus diberikan konsekwensinya.  Penegak disiplin butuh ketegasan dan keberanian bertindak.  Cukup bertindak tegakan disiplin,  tanpa banyak argument, karena aturan sudah di buat dan di pahami bersama.

Bagi yang karakter awalnya disiplin dan berprestasi pasti akan senang, tetapi bagi semua pelanggar disiplin, PENEGAKAN DISIPLIN merupakan ancaman.

Hidup setiap hari tumbuh dan berubah, pilihan kita bebas untuk mengisi hari-hari kita dengan disiplin atau melanggarnya.  Maka jangan menyesal bila suatu hari aturan yang mendisiplinkan kita dan tidak ada waktu beralasan untuk memperbaiki kesalahan lalu, karena masa lalu tidak akan kembali.

Bila aturan duniawi tidak mencapainya, maka aturan yang MAHA KUASA  yang akan berbicara.  Kita diberikan kesehatan, kepandaian, serta hati nurani untuk hal-hal yang posistif bukan negatif. Mencermati kejadian di negeri yang tercinta INDONESIA dan hasil kita di hari ini, dimanakah POSISI KITA BERDIRI?

Mari tegakan disiplin dalam kehidupan kita setiap hari, agar tidak ada penyesalan di hari esok.   Semoga Tuhan Allah selalu membekati, melindungi dan membimbing hari-hari kita…. Amin.


SUCCESS is YOUR CHOICE



Terimakasih,
Fransisca Juanda
CEO
Terkadang keegoisan diri membuat kita lupa dan mengabaikan betapa pentingnya disiplin ini. Seperti yang pernah aku ceritakan beberapa bulan yang lalu disini. Semakin yakin dengan apa yang ku percaya selama ini "Kedisiplinan kita mempengaruhi efektifitas kerja orang lain".

Terimakasih Bu, sebuah motivasi yang sangat tepat untuk menjadikan hidup lebih berani dan bertanggung jawab.

Wednesday, April 29, 2015

[Cerpen] Dibalik Kamar Mandi

April 29, 2015 0 Comments
Tok ! Tok ! Tok !

Terdengar ketukan di pintu kamar mandi. Anto yang sedang serius dengan aktifitasnya tidak menggubris suara ketukan itu, dia malah menempelkan telinganya semakin rapat ke arah dinding.

"Woiii .. siapa di dalam ?" kali ini sebuah bentakan disertai hantaman keras membuyarkan konsentrasi Anto. Sembari mengenakan celana, dia mendengus kesal.

“Iya..iya.. ini aku. Ga sabaran amat sih ?” sahutnya. Kreekkk.. suara pintu terbuka.

“Gimana bisa sabar, isi perut ku dah mo ambrol semua nih. Udah sana kamu buruan keluar” Boim menerobos masuk sambil memegangi perutnya, buru-buru didorongnya Anto agar segera keluar. Blamm ! pintu ditutup dengan keras. Anto geleng-geleng kepala melihat perangai teman satu kostnya itu.

Anto masuk ke kamarnya, terdiam di sudut tempat tidur. Jantungnya masih berdegup tak beraturan. Tadi di kamar mandi dia kembali mendengar suara itu. Suara dari rumah sebelah yang kamarnya menempel dengan dinding kamar mandi kost-an Anto.

Hari ini adalah hari ke lima Anto memiliki hobby baru. Ya.. dia sedang kecanduan menguping aktifitas kamar sebelah itu dari kamar mandinya. Berawal disuatu malam, Anto terbangun dari tidurnya. Dia kebelet akibat salah makan, sehingga perutnya mulas luar biasa. Ketika sedang jongkok di kloset samar-samar dia mendengar suara rintihan yang membangkitkan imajinasi liarnya. Karena penasaran dia menempelkan telinganya lebih rapat ke dinding dibelakangnya. Dan suara itu semakin jelas ia dengar. Jantungnya berdebar tak menentu, suara yang ia dengar menjadi skenario atas film yang berhasil disutradarai otaknya dengan baik. Menjadi sebuah halusinasi menyerupai adegan-adegan yang pernah ia temukan di laptop Boim.

Gerimis halus mewarnai  pagi itu, jalanan masih sepi karena hari libur ditambah cuaca dingin begini membuat orang-orang malas untuk keluar, memilih untuk tenggelam di bawah selimut lebih lama. Di beranda rumah Anto tengah menikmati suasana pagi di temani segelas kopi susu instant berikut gorengan yang dia beli dari warteg. Asap rokok mengepul dari mulutnya membentuk bulatan-bulatan kecil.

Kriikkk.. ! Suara pagar dibuka mengalihkan perhatian Anto ke rumah sebelah. Tanpa bantuan kacamata dia sulit melihat sosok itu dengan jelas. Sepertinya laki-laki itu sedang siap-siap untuk pergi.

“Libur gini masuk juga Bang ?” sapa Anto. Pria itu menoleh dari atas motornya. Menyunggingkan senyum tipis ke arah Anto.

“Ga ada istilah libur buat kuli tinta Mas” balasnya sambil berlalu. Sebuah lambaian tangan mengakhiri obrolan singkat itu. Meski tak kenal persis, Anto yakin laki-laki yang berlalu barusan adalah Bang Jon yang berkerja sebagai wartawan di sebuah harian surat kabar lokal. Profesinya itu membuatnya jarang sekali berada di rumah. Sementara istrinya, Mala, berkerja sebagai kasir di mini market tidak jauh dari rumah.

Anto bersiap-siap masuk ke rumah ketika sudut matanya melihat Mala mengunci pagar. Sepertinya dia juga hendak pergi ke suatu tempat. Dari tempatnya berdiri Anto mencium wangi parfum yang mirip-mirip aroma melati. Entah kenapa hal itu memancing kembali suara-suara itu sehingga terngiang kembali di telinganya. Anto bergegas masuk kamar, melarikan khayalannya ke bawah selimut.

****
“Dasar kurang ajar !! Lalu mau kamu apa.. hah ?” sebuah bentakan keras terdengar dari kamar itu, di susul isakan pilu yang menjawab dengan pelan. Anto tidak bisa mendengar  pembicaraan itu dengan jelas. Sepertinya mereka sedang bertengkar hebat. Tapi suara itu sepertinya bukan suara Bang Jon. Karena beberapa hari menguping aktifitas dikamar itu Anto cukup hapal dengan suara yang biasa ia dengar. Anto buru-buru keluar dari kamar mandi. Harapannya buyar karena pertengkaran itu. Bersungut-sungut dia kembali ke kamar, meninggalkan suara gaduh yang semakin kuat terdengar.

Tiga hari setelah malam itu, Anto tidak lagi mendengar suara apa pun di balik kamar mandinya. Sepertinya mereka masih belum berbaikan, batin Anto. Dengan langkah kecewa Anto kembali ke kamarnya. Melanjutkan tidur yang tertunda.

****
Suara raungan sirene membelah kesunyian pagi itu. Anto tersentak bangun dari tidurnya, melongokkan kepala di sela-sela gorden ruang tamu. Sebuah mobil ambulan dan patroli polisi tampak parkir di depan rumah Bang Jon. Orang-orang mulai banyak berdatangan. Melihat keramaian yang tidak biasa itu Anto cepat-cepat mengenakan pakaiannya, dalam hitungan detik dirinya telah berada diantara orang-orang yang berkerumun di depan rumah.

Kebingungannya belum terjawab. Anto merangsek mendekatkan diri ke ambulan yang setengah badannya telah berada di halaman rumah. Hanya beberapa langkah di depannya, dia menyaksikan pemandangan yang mengejutkan. Bang Jon di giring keluar dari rumah itu dengan kedua tangan di borgol. Sementara itu di belakangnya petugas mengusung sebuah kantung besar yang menebarkan bau busuk ketika melintas di depannya.

Anto masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat, tanpa sadar dia berlari mendekati mobil polisi yang akan membawa Ban Jon. Beribu pertanyaan ingin melompat dari mulutnya, namun semua itu hilang ketika Bang Jon menatapnya. Sebuah penyesalan yang bercampur kemarahan tertulis jelas di sana.

“Woi.. Nto.. disini kau rupanya” Boim menepuk bahuku dari belakang. Aku menoleh, mendapatinya berpakaian seragam lengkap. Ternyata dia ikut dalam penangkapan itu.

“Apa yang terjadi Im ? Tadi aku lihat Bang Jon di bawa dengan tangan terborgol,” tanyanya penasaran. Boim tidak segera menjawab, dia menghela nafas berat. Bang Jon adalah satu dari beberapa teman dekatnya.

“Dia.. telah membunuh istrinya Nto”, desis Boim pelan. Nampak kesedihan terpancar di wajahnya.

“Hah ?” seru Anto tak percaya.

“Tiga hari yang lalu dia memergoki istrinya selingkuh dengan laki-laki pemilik mini market. Karena kalap, tanpa sadar dia menghabisi nyawa istrinya”.

Tiga hari yang lalu ? Itu kan malam mereka bertengkar, batin Anto. Terngiang kembali di telinganya suara gaduh malam itu.

“Sebenarnya sudah lama dia curiga kalau istrinya itu main hati di belakangnya, tapi perkerjaan yang mengharuskan dia untuk terus berpergian membuatnya sulit untuk membuktikan hubungan mereka. Hingga malam naas itu, dia mendapati istrinya sedang berdua dengan laki-laki itu dalam keadaan tanpa benang sehelai pun. Kamu bayangkan sendiri Nto.. laki-laki mana yang tidak emosi menyaksikan pemandangan itu.” Suara Boim bergetar ketika mengatakan itu.

Anto bisa memahami, karena dia sendiri jika berada di posisi itu juga tidak yakin bisa mengendalikan diri. Ternyata suara yang di dengar dari kamar mandi selama ini bukanlah suara Bang Jon. Tapi suara laki-laki itu. Membayangkannya Anto menjadi muak.

~Tamat~





Tuesday, April 28, 2015

Dare To Dreams 'coz Life is Never Flat

April 28, 2015 0 Comments
Sekitar tahun 2002 dulu, aku pernah ditanyai oleh salah seorang dalam sesi wawancara ketika melamar kerja, “Apa impian terbesar yang sangat ingin kamu wujudkan ?” Masa itu adalah masa-masa tersulit aku di bangku kuliah, sehingga mengharuskan aku untuk banting tulang, mencari kerja demi membayar biaya kuliah. Maka dengan suara bergetar aku menjawab, “Impian terbesar saya adalah meraih gelar sarjana yang saya idamkan”.

Setelah itu hidup aku berjalan flat berbanding balik Chitato yang selalu bilang “Life is never flat” hehe. Karena kuliah ku jalan, kerjaan ku juga jalan.

Sampai suatu ketika, aku menerima sebuah undangan. Kubuka dan kubaca sampul berwarna merah, ada namamu, berlinang air mata *eehhh kok nyanyi ?*

Undangan itu menyentil jiwa ke’istri’an ku yang selama ini bersembunyi di balik awan-awan hati. Kapan ya aku bisa kaya’ gini ? Sejak hari itu, impianku berubah. Aku ingin segera menikah dan punya anak.

Hoho.. life is never flat anymore.
Yiha..

Jatuh bangun menjalin hubungan dengan beberapa orang pria yang selalu kandas sebelum kepelaminan nyaris membuat ku putus asa. Bahkan sempat terlintas di benakku, jangan-jangan jodohku belum lahir lagi.

Aku harus menunggu berapa lamaaaaa ? *garuk-garuk dinding*

Alhamdulillah, tahun 2009 Allah menjawab doa-doa panjangku. Menghadiahkan seorang pria yang sangat tepat dan mengerti aku apa adanya. Luv you so much abi *senyum mesra*

Jadi dari tahun 2002 – 2009, Allah telah wujudkan 3 mimpi besar yang sangat berarti dalam hidupku.
Sekarang usiaku akan segera mendarat di angka 34 tahun, tepatnya tanggal 2 Mei nanti *yeaah*. Hmm.. ada orang yang bilang, tuliskan impianmu, agar bisa dibaca berulang kali sehingga tertanam di alam bawah sadar. Tidak ada salahnya kan jika aku ikuti saran itu ? Kira-kira apa lagi impian yang ingin aku capai dalam lima tahun ke depan ya ? coba aku list aja ah, semoga bisa menjadi energi positif yang akan memicu aku untuk terus berusaha, jauh dari kata give up. 

1.       Bebas dari segala bentuk utang
Aku tempatkan ini di poin pertama, karena jika masih tersangkut dengan segala bentuk utang, maka impian-impian berikutnya akan sulit untuk diwujudkan.

2.       Punya rumah sendiri
Sejak menikah, hingga sekarang, berarti sudah 6 tahun tinggal di Villa Mertua Indah. Tidak ada yang salah sih dengan ini, apa lagi aku punya mertua yang super baik. Tapi impian ini tetap harus aku tuliskan disini, karena ini menyangkut kebahagian anak juga nantinya.

Silahkan baca juga Mertuaku Idolaku 

3.       Beli motor sendiri.
Impian ini aku taruh di nomor tiga, pengen tapi ga harus. Butuh tapi ga wajib. Cuma alangkah baiknya jika nanti untuk urusan transportasi aku tak lagi mengandalkan orang lain. Hidup mandiri itu jauh lebih baik kan ?

4.       Umrah sekeluarga
Impian ini seharusnya ada diurutan pertama, karena dari dulu sangat ingin pergi ke tanah suci bersama keluarga tercinta. Tapi berhubung ada poin satu yang menghalangi, ditambah lagi poin dua yang nyempil-nyempil.. terpaksa deh di urutan empat.

5.       Menerbitkan buku sendiri
I’m a writer wannabe. Pengen banget suatu saat punya buku sendiri yang di sampulnya tercantum namaku. Untuk mewujudkan itu makanya aku semakin sering berlatih dan berlatih. Belajar lebih giat. Menjalin pertemanan lebih banyak. Sehingga memperbanyak ide, memperkaya kosakata, dan juga menambah ilmu. Aamiin.

Semoga semua impian yang kupatri di blog ini, akan menjadi energi positif sehingga aku selalu berjuang tanpa lelah. Semangat ! Ganbatte ! 






Berbagi Bahagia Dengan Membuka Hati

April 28, 2015 0 Comments

BERBAGI BAHAGIA DENGAN MEMBUKA HATI

Dalam pikiran saya berbagi kebahagiaan itu adalah membahagiakan diri sendiri dengan cara membahagiakan orang lain. Saya meyakini bahwa untuk berbagi kebahagiaan dengan orang lain tidak harus menunggu diri sendiri bahagia terlebih dahulu. 

Sebenarnya ketika saya mengatakan membahagiakan orang lain, sebenarnya saya sedang menunjuk diri sendiri. Sayalah yang paling berbahagia ketika bisa membahagiakan orang lain. Meskipun sebelumnya saya tengah galau dan terluka, namun ketika secuil kebaikan yang saya lakukan ternyata bisa membuat orang lain tersenyum bahagia, maka saat itu juga diri ini merasakan kebahagiaan yang luar biasa.

Kebahagiaan itu saya ibaratkan sebuah bola yang dipantulkan ke lantai. Ketika bola itu dipantulkan dengan lemah, maka pantulannya pun pelan. Sebaliknya jika bola itu dipantulkan dengan kuat, maka pantulannya akan cepat. Nah, begitu pula lah kebahagiaan itu. Ketika kita pelit membahagiaakan orang lain, maka kebahagiaan itu juga akan jarang menghampiri. Semakin banyak kita bahagiakan orang lain, maka kebahagiaan yang kita rasakan justru berlipat ganda. Begitulah cara saya dalam berbagi kebahagiaan.

Satu bukti nyata di depan saya adalah ketika melihat perjuangan suami dalam membahagiakan anak dan istrinya. Dalam semua keterbatasan fisik yang dia miliki tak sekalipun dia menyatakan lelah atau pun susah dalam membahagiakan orang lain. Dia selalu dengan hati terbuka membantu orang-orang yang bahkan dia tidak kenal. Padahal jika dia mengatakan hidup itu berat, pasti saya bisa sangat memakluminya. Saya yang normal saja terkadang pernah merasakan hidup ini berat, apa lagi dia, tentu berkali-kali lipat lebih berat. Karena sebagian orang telebih dahulu mencap dia ‘tidak bisa’ bahkan sebelum dia sempat mencoba. Tapi kenyataannya dari mulutnya itu tidak pernah terlontar kata-kata itu. Hatinya selalu terbuka untuk menebar kebahagiaan. Dengan haru saya berani menyatakan dialah sumber inspirasi kebahagiaan bagi kami.

Saya menyadari sepenuhnya tidak memiliki banyak hal untuk dilakukan dalam membahagiakan orang lain. Saya bukan dokter yang bisa menyembuhkan banyak orang, bukan pula guru yang bisa mengajarkan banyak hal. Saya hanya seorang ibu biasa yang sehari-hari berkutat di kantor dan perkerjaan rumah tangga. Nothing is speciall about me. 

Lantas apakah semua itu membuat saya tidak bisa membahagiakan orang lain ? Tentu tidak. Meskipun saya tidak memiliki keterampilan khusus dalam membahagiakan orang lain, ternyata masih ada jalan lain yang bisa dilakukan. Cara ini tidak butuh keahlian khusus, tidak memerlukan uang, hanya membutuhkan sedikit kemauan yaitu kemauan untuk selalu membuka hati. Saya percaya, kunci kebahagiaan itu terletak pada hati yang selalu terbuka dalam menerima semua keadaan.

1. Membuka hati untuk membantu orang lain.

Memberi bantuan kepada orang lain bisa dilakukan dalam banyak hal bukan ? Menurut saya tidak perlu menunggu jadi orang hebat baru bisa membantu orang lain. Seperti hal-hal kecil yang saya lakukan di kantor misalnya, saya melihat rekan kerja yang beberapa kali di tegur oleh atasan karena dianggap lamban menyajikan data. Dilain waktu data yang diajukan tidak akurat, sehingga pimpinan tidak bisa menganalisa dengan tepat. Saya pun menawarkan bantuan kecil berupa rumus-rumus simple untuk laporannya sehingga bisa disajikan dengan cepat dan akurat. Dengan begitu dia tidak lagi mendapat teguran dari pimpinan, bahkan beberapa kali pujian dia terima karena dianggap mampu menjawab tantangan perkerjaan. Dia bahagia ? Pasti. Tapi tahukah anda ? Dibalik kebahagiaannya itu sebenarnya saya orang yang paling berbahagia, karena bisa meringankan sedikit beban perkerjaan yang dia hadapi.

       2. Membuka hati untuk kata maaf.

Disengaja atau tidak sebuah kesalahan yang dilakukan akan menimbulkan dampak pada seseorang. Baik itu korban atau pun pelaku. Untuk orang yang menutup hati, lalu terpuruk dalam rasa bersalah dan penyesalan yang dalam, yang ada adalah dia telah menyiksa diri sendiri dan orang lain yang ada disekitarnya. Lain halnya jika dia membuka diri, menganggap kesalahan itu sebuah pelajaran yang berharga tentu saja dia akan tetap optimis memandang hidup. Dia telah membuka hati untuk memaafkan dirinya sendiri. Dan juga membuka diri untuk lebih rendah hati mengakui kesalahan itu dan segera meminta maaf kepada korban yang dirugikan. Masing-masing pihak membuka diri untuk memaafkan dan dimaafkan. Hidup pun terasa damai, tidak ada lagi prasangka, hilang sudah semua  duka. Bahagia jadi milik bersama. Yeeyy J


      3. Membuka hati terhadap kritikan.

Melihat sesuatu yang salah, tidak berada di tempatnya, atau tidak dilakukan dengan sebagaimana mestinya, lidah saya cenderung gatal untuk melontarkan kritik. Rasanya hati ini belum tentram jika yang salah itu belum di perbaiki. Jika berhadapan dengan situasi seperti ini biasanya saya akan langsung memberikan kritik dan saran kepada orang yang bertanggung jawab. Seperti kejadian dirumah tempo hari. Satu kebiasaan suami yang suka nyebelin plus ngangenin itu adalah habis menggunakan peralatan tapi tidak di simpan ketempat semula. Semua dibiarkan berserak di tempatnya berkerja. Naahh.. biasanya lagi si Papa mertua akan nyerocos dari pagi hingga sore karena keberatan barang-barang kesayangannya itu ditelantarkan. Kalau sudah begini, si Mamah yang ga tahan mendengar omelan Papah jadi ikutan sewot. Pertengkaran pun tidak bisa dihindarkan. Menyedihkan bukan ? Jadi sebelum itu kejadian, saya terlebih dahulu mengkritik suami. Alhamdulillah, suami saya terbuka hatinya menerima kritikan, sehingga dia menyadari kesalahannya dan segera memperbaikinya. Melihat anaknya tertib dalam menggunakan barang, si Papah pun senang, darah tingginya ga jadi kumat. Si Mamah pun senang karena rumah ga jadi berantakan. Yeeaayyy .. hepi bertubi-tubi.

Saya rasa masih banyak lagi yang bisa dilakukan untuk berbagi bahagia dengan orang lain. Selagi kita bisa membuka hati sudah pasti kita bisa berbagi kebahagiaan itu dengan semua orang. Berbagi bahagia bersama sahabat, berbagi bahagia bersama keluarga. Karena semua kebahagiaan itu akan menjadi gelombang tsunami yang sangat besar sehingga menyeret diri sendiri kelautan bahagia yang sebenarnya.