Friday, May 10, 2019

5 Sikap Suami yang Bisa Memicu Depresi Seorang Istri




Sebuah berita di televisi mengejutkanku siang itu. Seorang ibu nekat melompat ke sungai sambil menggendong anaknya yang baru berusia 4 bulan. Tak ayal jantungku langsung menciut membayangkan bayi malang yang sebaya dengan Dzikri anak keduaku. Ya Allah, tega sekali ibunya. Itulah kata-kata yang terbersit dalam pikiranku waktu itu.

Berita selanjutnya memberikan informasi yang lebih mengenaskan, sang ibu ternyata sedang mengalami depresi berat, sehingga tanpa pikir panjang mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Sampai detik ini, aku masih bergidik ngeri membayangkan kronologi kejadian yang mengoyak hati itu.

Depresi, memang tidak bisa dianggap sepele. Sudah banyak korban yang berjatuhan karena penyakit kejiwaan yang satu ini. Tetapi sayang, tidak sedikit orang-orang yang bukannya menunjukkan simpati dan empati, justru bertindak bagaikan hakim yang memberikan vonis kepada terdakwa. Menyalahkan korban tanpa mencari tahu terlebih dahulu apa hal yang menyebabkan ia depresi.

Sayangnya, ketika seorang istri mengalami depresi banyak orang yang beranggapan hal itu disebabkan karena hal domestik semata, yaitu kerepotan mengurus anak dan rumah tangga. Tetapi hal itu tidaklah benar semuanya, karena fakta di lapangan membuktikan bahwa suami juga memegang peran besar dalam depresinya seorang istri. Tanpa sadar suami sering menuntut banyak hal kepada istri, tanpa melihat keadaan yang sedang dihadapi istri. Hal ini membuat istri merasa sendiri, terabaikan, juga tidak dibutuhkan sehingga timbullah stres.



5 Sikap Suami yang Bisa Memicu Depresi Seorang Istri


1. Menghindari istri karena menganggap istri cerewet.

Tidak bisa dipungkiri, perempuan memang lebih banyak bicara dari pada laki-laki. Apalagi jika perempuan ini telah menjadi seorang istri atau pun ibu, boleh dikatakan hampir setiap hari akan terdengar omelan dari mulutnya ketika melihat hal-hal yang tidak sesuai dengan prinsipnya. Sayangnya, omelan istri sering dianggap sebagai sikap cerewet oleh suami, sehingga suami pun menghindar dan mengurangi waktu untuk bersama-sama dengan istri.

Sikap suami yang seperti inilah yang bisa membuat istri stres lalu menjadi depresi karena istri merasa sendirian menghadapi keriuhan dalam mengurus rumah tangga.

Seharusnya suami menanggapi omelan istri dengan bijak. Suami harus tahu bahwa seorang istri mengomel pasti ada alasan yang kuat. Salah satunya adalah dia sedang meminta sedikit perhatian dari suaminya. Istri berkeluh kesah dalam bentuk omelan di depan suami bukan karena dia membenci suaminya, tetapi justru karena dia percana bahwa suaminya akan menjadi tempat sandaran baginya untuk menumpahkan semua rasa lelah setelah mengurus anak dan rumah seharian.



2. Suami menganggap sepele perkerjaan rumah tangga yang dikerjakan oleh istri.

Tidak sedikit suami yang beranggapan bahwa dirinyalah yang paling penat dalam mencari nafkah. Setelah seharian berjibaku dengan perkerjaan, bagi suami rumah adalah surga tempatnya melepaskan semua rasa penat itu. Sedikitpun suami tidak memandang rasa lelah yang dialami oleh istrinya karena baginya perkerjaan rumah tangga itu adalah perkerjaan yang mudah tanpa ada tekanan dari pihak lain.

Padahal perkerjaan rumah tangga adalah perkerjaan yang tidak mengenal kata libur. Mulai dari membuka mata di pagi hari, hingaga menutup mata di malam hari, perkerjaan rumah tangga akan selalu ada. Apalagi jika memiliki anak-anak yang masih kecil. Bahkan untuk tidur dengan nyenyak pun akan sulit untuk dilakukan oleh istri.

Sikap cuek dan tak acuh dari suami ini turut memicu depresi yang dirasakan oleh istri. Ketika raganya lelah seharian, dia berharap akan mendapat uluran tangan dari suami untuk sekedar meregangkan otot sejenak. Tetapi hal itu tidak ia dapatkan, dan hal itu terpendam dari waktu ke waktu sehingga menjadi cikal bakal stress dan akhirnya berujung pada depresi.



3. Membantu istri tanpa rasa ikhlas

Sifat istri itu memang tidak ada yang sama, ada yang tipenya pendiam dan memendam rasa sendiri, namun ada juga yang lebih terbuka. Nah, terkait dengan kondisi di atas, merasa tidak tahan dengan tekanan perkerjaan rumah tangga yang tidak ada habisnya, akhirnya istri memberanikan diri meminta suami untuk membantunya.

Di sinilah dituntut keihklasan suami. Ketika suami dengan senang hati mau membantu mengerjakan sebagian perkerjaan istrinya, maka hal itu akan jadi pengobat lelah bagi sang istri. Tetapi, sebaliknya. Ada juga suami yang merasa terganggu dengan permintaan istrinya. Walaupun permintaan istrinya dituruti, tetapi terlebih dahulu melontarkan kata-kata yang menyakitkan. Hal ini tentu saja menimbulkan trauma di hati istri, sehingga membuat istri merasa jera untuk meminta bantuan kepada suami.



4. Menyerahkan pengasuhan anak sepenuhnya kepada istri.

Tidak sedikit suami yang menyerahkan pengasuhan anak ke pundak istri saja. Tetapi di sisi lain, suami menuntut kesempurnaan dari hasil asuhan istri. Anak tidak boleh sakit, anak tidak boleh bandel, anak harus pintar, anak harus berprilaku baik. Anak sakit, yang disalahkan istri. Anak tidak menurut, yang disalahkan istri. Anak tidak memahami pelajaran, yang disalahkan juga istri. Istri selalu dijadikan kambing hitam dalam kegagalan anak. Sementara suami tidak mau tahu, karena merasa tugasnya hanya mencari nafkah.

Mencari nafkah memang adalah tugas dan kewajiban suami. Tetapi mengurus dan mendidik anak adalah tugas dan tanggung jawab bersama. Suami tidak boleh menyerahkan anak sepenuhnya kepada istri. Jika semuanya dibebankan kepada istri, tentu saja membuat istri menjadi kewalahan.



5. Menyalahkan istri ketika uang belanja habis sebelum waktunya.

Setiap bulannya suami memberikan sejumlah uang kepada istri untuk kebutuhan rumah tangga. Dalam perkiraan suami, jumlah yang dia berikan akan cukup hingga periode gajian berikutnya. Tapi faktanya istri sudah mengatakan uang habis sebelum waktunya. Kemudian dengan emosi suami kemudian bertanya, “Kok cepet banget habisnya? Kamu beli apa aja, sih?” Tanpa bertanya terlebih dahulu suami langsung menyalahkan istri.

Memang mengelola keuangan rumah tangga adalah tanggung jawab istri. Tetapi bukan berarti suami lepas tangan begitu saja begitu uang belanja sudah diberikan. Sesekali ceklah harga barang-barang pokok di pasaran, tanyakan kepada istri berapa tagihan listrik, air, telepon yang harus dibayarkan tiap bulannya. Dengan begitu suami akan mengetahui penyebab tidak cukupnya uang belanja yang diberikan setiap bulannya.



Pada dasarnya rumah tangga harmonis adalah dambaan semua pasangan suami istri. Tapi tentu saja hal ini tidak bisa diwujudkan secara sepihak. Butuh kerjasama dan pengertian masing-masing pihak dalam menjalankan perannya. Tingkatkan komunikasi, kurangi ego, saling terbuka satu sam lain, dan perbanyaklah quality time bersama pasangan, sehingga sekecil apapun masalah yang sedang dihadapi oleh salah satu pasangan bisa diketahui sedini mungkin.

Sebagaimana hadist Rasululullah s.a.w. yang berbunyi, “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)

Aku setuju dengan quote yang dituliskan Mbak Nurul Fitri di salah satu artikelnya yang berjudul Menjadi Istri yang Ideal Demi Restu Suami.

“Restu/ridha suami merupakan kunci kebahagiaan dunia dan akhirat bagi seorang istri.”

Memang benar ridhanya suami adalah kunci kebahagiaan istri, tetapi jangan lupa bahwa ridha dan kebahagiaan istri merupakan kunci rejeki bagi suami.

Istri yang bahagia dapat diandalkan untuk mendidik anak-anaknya menjadi anak yang bahagia dan berguna bagi orang lain. Rezeki bisa datang dari mana saja termasuk dari anak. Rezeki bukan hanya berupa uang tetapi juga berupa anak-anak sholeh yang menemui orangtuanya dalam wajah yang bahagia setiap hari.

No comments:

Post a Comment


Terimakasih telah berkunjung ^.^
Tinggalkan komentar ya, biar kita saling kenal.

Note : Mohon maaf, komentar anonim dan link hidup saya anggap spam, ya.