Thursday, August 27, 2020

Jaga Hutan, Jaga Dunia, dengan Adopsi Hutan

Adopsi hutan


Cerita dari Hutan

Malam itu rintik-rintik hujan terdengar menyentuh atap rumah. Kulirik jam di dinding, jarumnya sudah menunjukkan pukul 10 malam. Suara jangkrik terdengar bersahutan, seolah memberi tahu sekarang adalah giliran mereka untuk berjaga di muka bumi.

Sebelum melangkahkan kaki ke peraduan, aku menyempatkan diri untuk melihat anak-anak yang sudah terlelap lebih dahulu. Merapikan selimut mereka, memastikan semua jendela sudah terkunci, setelah itu melayangkan kecupan hangat seraya bisikan doa agar tidur mereka ditemani mimpi yang indah.

Malam yang tenang itu tiba-tiba terusik dengan suara keras yang terdengar begitu lantang dari area perkebunan warga di seberang jalan. Tidak hanya sekali, bahkan berkali-kali menyerupai rentetan suara tembakan.

Aku tersentak kaget, dan reflek berlari ke luar kamar sambil memegangi dada yang bergemuruh dengan kuat.

"Sepertinya 'datuk' masuk lagi," kata suamiku.

Aku paham, ternyata suara keras tadi berasal dari ledakan petasan yang digunakan warga untuk mengusir kawanan gajah.

"Abang ke luar dulu, mau lihat kejadiannya. Kamu tidur duluan, ya." Aku mengangguk kemudian masuk ke kamar setelah suara motor suamiku terdengar semakin menjauh.

Datuk. Itulah sebutan yang warga berikan untuk gajah yang kerap masuk ke area perkebunan warga.

Aku pernah dengar cerita mertua, dulunya area perkebunan warga itu merupakan area hutan lindung. Namun, entah bagaimana kejadiannya, entah siapa pihak-pihak yang terlibat, pohon-pohon di hutan itu ditebangi, semak-semak dibakar, area itu kemudian diperjual belikan kepada masyarakat.

Hutan yang merupakan rumah bagi para gajah dan hewan lainnya itu sudah semakin berkurang luasnya, sehingga tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Sekitar pukul satu dinihari, suamiku kembali ke rumah. Raut wajahnya tampak berbeda, ada kesedihan yang tersirat di matanya.

"Sedikitnya ada 14 ekor, Dek. Di satu sisi abang memaklumi kekesalan warga yang tanamannya rusak. Tetapi hati abang juga terasa hancur ketika melihat gajah-gajah itu lari terbirit-birit mendengar suara petasan. Terlebih lagi ketika melihat beberapa bayi gajah yang terseok-seok mengikuti langkah kaki ibunya. Sebagai orangtua, abang bisa merasakan kesedihan induknya. Hati kecil abang berteriak, Dek. Rasanya zalim sekali kita sebagai manusia," tutur suamiku dengan suara bergetar. 

Cerita dari hutan



Hatiku terenyuh mendengar cerita suamiku. Sebuah cerita dari hutan yang tidak pernah kubayangkan ternyata menyimpan kisah sedih seperti itu.

Gajah-gajah itu tidak serakah, tidak pula beringas tanpa arah. Mereka hanya berjuang untuk bertahan hidup, di antara pohon-pohon yang terlihat asing dan tiang-tiang beton yang berdiri tanpa kompromi di atas rumah-rumah mereka.

Keanekaragaman Hayati Hutan yang Lebih dari Sekadar Pohon


Di mata masyarakat internasional, Indonesia merupakan negara dengan mega biodiversity. Hal ini tentu saja bukan tanpa alasan. Memiliki iklim tropis dengan hutan seluas 125 juta hektar (data KLKH 2018) menjadikan keanekaragaman hayati di Indonesia cukup tinggi.

Keanekaragaman hayati di hutan tidak hanya sekadar pohon, tetapi juga mencakup makhluk hidup lainnya. Mulai dari spesies, hingga ekosistem yang tersebar di seluruh Indonesia lengkap dengan karakteristiknya masing-masing.

Setiap tahunnya, luas tutupan hutan di Indonesia terus berkurang secara signifikan. Lokadata KLHK tahun 2015 menunjukkan luas hutan Indonesia masih pada angka 128 juta hektar, namun pada tahun 2018 tersisa 125 juta hektar. Terjadi penurunan sekitar 3 juta hektar dalam kurun waktu 3 tahun, dengan asumsi rata-rata 1 juta hektar tiap tahunnya.

Hilangnya tutupan hutan ini sudah pasti membahayakan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Berkurangnya luas hutan, menyebabkan ekosistem terganggu. Habitat yang berkurang mengancam keberlangsungan hidup hewan-hewan di dalamnya.

Sebagai contoh kecil, mari kita tinjau kondisi landscape Bujang Raba yang ada di Propinsi Jambi.

Hutan Jambi merupakan salah satu kawasan yang memiliki flora dan fauna dengan spesies langka di mata dunia. Seperti harimau sumatera, gajah, orang utan, bunga rafflesia, dan banyak lagi lainnya.

Harimau sumatera merupakan top predator di dalam piramida makanan, terutama di kawasan itu. Itu berarti keberadaan harimau sumatera berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekosistem terutama ekosistem hewan mangsanya.

Ketika kawasan hutan berkurang karena adanya pemisahan menjadi kelompok-kelompok hutan yang kecil, maka harimau sumatera berada dalam posisi paling rawan untuk mengalami kepunahan dibandingkan hewan lainnya.

Hal ini terjadi karena sebagai hewan predator, harimau membutuhkan habitat yang luas agar bisa berkembang biak dengan baik. Ketersediaan makanannya sudah pasti terancam jika luas habitatnya berkurang.

Hal ini tidak jauh berbeda dengan cerita dari hutan yang aku tuliskan di awal artikel ini.

Semenjak banyaknya kawasan hutan yang beralih fungsi menjadi area perkebunan, hewan-hewan ini kehilangan habitatnya. Hewan-hewan ini kehilangan sumber makanannya. Mereka memakan tanaman yang tampak di depan mata mereka, tanpa mengetahui tanaman itu milik warga atau bukan.

Bagi masyarakat pemilik lahan, hal ini merugikan. Itulah sebabnya, setiap kali gerombolan gajah ini masuk, warga pun beramai-ramai mengusirnya dengan membunyikan petasan.

Padahal jika dipikir lebih dalam, gajah-gajah itu tidak berbuat salah. Area perkebunan yang mereka masuki itu sebelumnya adalah hutan tempat mereka tinggal. Bukan salah mereka jika mereka tidak bisa memahami ketika hutan itu beralih fungsi. 

Cerita dari hutan



Alangkah bijaknya jika setiap pengambilan kebijakan yang terkait dengan lingkungan juga memerhatikan keanekaragaman hayati sebagai hal yang utama.

Pemanfaatan dan pengolaan hutan harus diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu dan mengancam keanekaragaman hayati yang ada dalam hutan tersebut.

Jaga Hutan, Jaga Dunia, dengan Adopsi Hutan


Hutan merupakan sumber kehidupan. Hutan memberikan pasokan oksigen, menyimpan cadangan air, dan melindungi tanah dari erosi. Hutan menjaga tanah, air, dan udara tetap sehat.

Bahkan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, hutan merupakan sumber bahan pangan yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup mereka. 

Cara melestarikan hutan



Itu sebabnya sangat penting bagi kita melestarikan keberadaan hutan, karena dengan menjaga hutan, berarti kita menjaga kehidupan di muka bumi.

Salah satu cara melestarikan hutan yang bisa kita lakukan adalah dengan adopsi hutan.


Apa itu Adopsi Hutan?

Adopsi hutan adalah sebuah gerakan gotong royong dalam rangka menjaga hutan yang masih ada, mulai dari pohon tegaknya, hewannya, floranya, serta keanekaragaman hayati lain yang ada di dalamnya. 

Program pohon asuh



Melalui adopsi hutan, semua orang dari belahan dunia ini bisa terhubung langsung dengan ekosistem hutan beserta para penjaganya.

Jika kita tidak bisa secara langsung datang ke hutan, kepedulian kita bisa disampaikan melalui tangan-tangan warga setempat yang lebih paham tentang hutan dan isinya.

Kita bisa menunjukkan kepedulian dengan melibatkan diri lewat donasi untuk membiayai kegiatan patroli hutan, memberi modal usaha produksi hasil hutan non-kayu, serta penyediaan fasilitas kesehatan warga lokal.

Gerakan adopsi hutan merupakan wujud kepedulian kita sebagai bagian dari komunitas non-lingkungan.

Dengan memberi motivasi para penjaga hutan agar tak lelah menjalankan tugas dan perannya, secara tak langsung kita telah mengungkapkan rasa syukur atas apa yang telah diberikan hutan kepada kita seperti air, oksigen, keaneragaman hayati, sumber pangan, ilmu pengetahuan, dan juga sosial budaya. 


Sasaran dari Program Adopsi Hutan

Sampai saat ini, ada 4 lembaga masyarakat yang akan terbantu dengan adanya program adopsi hutan ini.

Lembaga-lembaga ini aktif memberikan kontribusi dalam upaya pelestarian hutan, menyuarakan kepedulian akan pentingnya hutan dan juga aktifitas makhluk hidup di sekitarnya. Mereka tersebar di beberapa provinsi di Indonesia, yaitu:

🌳 Forum Konservasi Leuser dan Yayasan HAkA di Aceh

🌳 Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) WARSI di Sumatra Barat, Jambi, dan Bengkulu

🌳 Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI) di Kalimatan Barat

🌳 PROFAUNA Indonesia di Kalimantan Timur dan Jawa Timur.

Sayang sekali, tidak ada lembaga atau komunitas sejenis di propinsi Riau, tempat aku berada saat ini. 


Sekilas tentang Hutan di Riau

Awalnya aku tidak percaya, masa iya di propinsi yang kaya dengan sumber daya alam minyak bumi ini tidak ada satupun lembaga masyarakat yang mengusung kepedulian pada hutan.

Tetapi setelah berbincang-bincang dengan salah seorang saudara yang berkerja sebagai polisi hutan, akhirnya aku percaya.

"Riau mana ada hutan lagi, Mer. Hutan Riau sudah jadi lahan sawit semua." Ujarnya saat aku tanyakan tentang hutan Riau via sambungan telepon.

Sekilas kata-katanya memang terkesan sarkas, tetapi aku sangat mengerti mengapa dia sampai berkata begitu.

Saat mengetikkan kata 'hutan Riau' di mesin pencarian, hasilnya sungguh membuat tercengang. Top ten artikel yang ada di halaman pertama memunculkan berita dengan judul kebakaran hutan dan lahan di Riau.

Untuk mencari data tentang hutan Riau, aku sampai memasukkan beberapa kata kunci, sehingga dapatlah data yang aku inginkan, tapi itu pun masih data tahun 2013.

Berdasarkan data Dinas Kehutanan Propinsi Riau tahun 2013, dari total 8 juta hektar hutan di Riau, hanya 2,6% yang merupakan areal hutan lindung, 6,19% hutan suaka marga satwa, dan 1,61% hutan bakau. Sementara sisanya terbagi untuk hutan produksi tetap 18,67%, hutan produksi terbatas 21,12%, dan areal penggunaan lain (APL) pelepasan sebesar 27,50%. 

Data hutan riau


Dari data tersebut di atas kita bisa lihat, habitat alami tempat hewan-hewan hutan hidup tersisa hanya beberapa persen saja. Sementara hutan produksi tentu saja tidak bisa lagi menjadi habitat alami hewan-hewan. Jika hewan-hewan hutan ini memasuki hutan produksi, mereka akan berbenturan dengan manusia yang sedang bertugas di sana. Mereka akan diburu, karena dianggap mengancam keselamatan warga. Ironisnya, hewan-hewan ini juga sudah tidak berdaya lagi karena ketersediaan pakan mereka di hutan alami tidak lagi mencukupi.

Dari kondisi real di lapangan seperti ini, tidak heran jika terjadi hal seperti yang aku ceritakan di awal artikel ini, ketika kawanan gajah memakan tanaman warga. 


Pentingnya Aksi Adopsi Hutan

Menyadari sepenuhnya kondisi hutan di Riau saat ini, hati kecilku terpanggil untuk turut memberikan kontribusi demi lestarinya hutan yang ada.

Untuk itulah penting sekali aksi adopsi hutan ini untuk dilakukan.

Dengan adopsi hutan, kita bisa menjaga hutan yang masih ada, sehingga tidak lagi tergerus kepentingan manusia. Dengan begitu, keanekaragaman hayati yang ada di hutan saat ini tetap terjaga. 


Cara adopsi hutan

Jika teman-teman merasa hatinya terketuk melihat kondisi hutan kita saat ini, dan ingin berpartisipasi melakukan adopsi hutan, teman-teman bisa lakukan melalui kitabisa.com.

Aksi ini merupakan salah satu bentuk perayaan Hari Hutan Indonesia 2020 yang diadakan setiap 7 Agustus. Meskipun dunia memperingati Hari Hutan Dunia setiap tanggal 27 Maret, tetapi tanggal 7 Agustus khusus didedikasikan bagi hutan Indonesia. Tahun ini merupakan tahun pertama diperingatinya Hari Hutan Indonesia. Jadi ini adalah momentum yang tepat bagi kita semua untuk bergerak. 

Hutan kita juara


Link donasi juga bisa diakses via laman situsnya harihutan.id. Di sana teman-teman akan menemukan menu Adopsi Hutan, dan kotak untuk berdonasi. Teman-teman bisa memilih nominal donasi dan metode pembayarannya sesuai yang diinginkan.

Hutan merupakan sumber kehidupan yang wajib ada hingga akhir zaman. Mari jaga hutan kita, mari jaga dunia kita, lewat aksi adopsi hutan. Dengan begitu anak cucu kita kelak, bisa menikmati kehidupan yang baik bersama dengan keanekaragaman hayati yang tetap terjaga.









15 comments:

  1. Bagaimana ya mbak cara menyadarkan pengusaha-pengusaha perusak hutan? Semakin ke sini, semakin ruwet urusan hutan ini meskipun banyak aktifis lingkungan hidup, tetapi pada akhirnya dukungan pemerintah pada investor nakal selalu menang.

    ReplyDelete
  2. Semoga kita bisa menjaga hutan bersama-sama. Nyimak cerita tentang bagaimana hewan-hewan yang harusnya tinggal di hutan mereka, kini malah terusir rasanya sedih sekali. Baiknya kita memang melakukan sesuatu agar hutan tetap lestari ya kak.

    ReplyDelete
  3. Hutan lindung itu fungsinya perlindungan sistem penyangga kehidupan, mulai dari mengatur tata air, cegah banjir, cegah instrusi air laut. Sentral banget. Kalo dialihfungsikan ya gak heran Riau masalah alamnya separah sekarang. Kasus konflik gajah ini sepertinya sudah berlangsung puluhan tahun ya, belum juga terselesaikan sampai sekarang.

    ReplyDelete
  4. Aku jadi terbayang bayi gajah yang terseok-seok berjalan mengikuti induknya karena kena petasan. Hiks syedih.
    Dan beneran misi adopsi hutan ini bagus sekali, semua orang bisa terhubung langsung dengan ekosistem hutan beserta para penjaganya. Jika kita tidak bisa secara langsung datang ke hutan, kepedulian kita bisa disampaikan melalui tangan-tangan warga setempat yang lebih paham tentang hutan dan isinya...Sungguh jika semua bahu-membahu akan lestari hutan itu

    ReplyDelete
  5. Mungkin sulit untuk kita menjaga hutan langsung. Sulit juga untuk emngajak oranglain melestarikan hutan. Namun kita harus tetap mengajarkan pada anaka2 pentingnya melestarikan hutan ya, mbak.

    ReplyDelete
  6. Kasian hewan-hewan yang ada di hutan, mereka pasti akan mengungsi mencari habitat baru, yang lebih dekat dengan manusia.

    Sayang sekali kalau sikap ignorance para pelaku illegal logging, industri yang melakukan deforestasi dan pemburuan binatang, harus dibayar oleh semua umat di bumi ini.

    ReplyDelete
  7. Seneeeeng banget ada banyak bloger yang bahas tentang adopsi hutan dan hari hutan ini. Jadi banyak yang teredukasi soal hutan dan adopsinya. Sukses yaa mbaaa

    ReplyDelete
  8. Cintai hutanmu dan selalu jaga hutanmu agar mereka kelak bercerita kepada anak dan cucumu

    ReplyDelete
  9. Benar kak jaga hutan dengan adopsi hutan memang harus dilakukan supaya hutan kita ga habis dan kita ga bisa mendengar kicauan burung , desiran angin alam dari hutan dengan melakukan donasi di kitabisa.com udah ikut berpartisipasi adopsi hutan ya kak.

    ReplyDelete
  10. sedih saya membaca kisah gajah. gak salah salah amat ya, mereka bertahan mempertahankan habitat mereka. wajar aja kalau jadi nyerang kebun warga. apa gak ada suaka gajah gitu kak biar mereka masih bisa hidup dengan tenang dan warga aman? tapi semoga dengan donasi ini ya bisa sedikitnya membantu keberlangsungan habitat gajah dengan menyelamatkan hutannya.

    yuk yuk adopsi hutan! sekarang!

    ReplyDelete
  11. Sedih ya gara-gara keserakahan pengusaha sawit hutan pun habis dibabat :(

    ReplyDelete
  12. sedih ya kalau lihat hutan semakin mengecil. kasihan hewan di dalamnya. rumahnya hilang. jangan salahkan kalau ada hewan yang masuk perkampungan. karena mereka mencari tempat tinggal. penting nih jaga hutan.biar mereka punya rumah lagi.

    ReplyDelete
  13. Jaga hutan dengan sistem adopsi ini bagus ya untuk memberi kesematan bagi masy.luas ikut berkontribusi menjaga hutan

    ReplyDelete
  14. Semoga program adopsi hutan bisa berlanjut . . Secara hutan kita makin berkurang setiap tahunnya dengan bertambahnya manusia yang merusaknya.. sedih juga..tapi bagaimana lagi..populasi manusia semakin banyak kak.. butuh tempat hidup.. butuh tempat berusaha hidup... alhasil.. hutan dikorbankan.

    ReplyDelete
  15. Lucu banget ada ilustrasi2 kartunnya


    Tapi sedih baca kisah gajahnya mbak..habitatnya terancam.. wajar aja klo byk gajah ngamuk sampe ke pemukiman warga

    ReplyDelete


Terimakasih telah berkunjung ^.^
Tinggalkan komentar ya, biar kita saling kenal.

Note : Mohon maaf, komentar anonim dan link hidup saya anggap spam, ya.