Ramadhan 1441 H, Secercah Harapan di Tengah Pandemi Covid-19
Kurang dari 15 hari lagi, Ramadhan 1441 H akan segera tiba. Terbayang-bayang di pelupuk mata ragam aktifitas dan rutinitas yang biasa dilakukan selama Ramadhan.
Mesjid yang setiap malamnya penuh oleh jamaah. Ceramah Ramadhan dari para ustadz. Sholat tarawih, witir, dan tadarus.
Belum lagi acara buka puasa bersama. Ngabuburit di pasar tumpah, dan banyak lagi aktifitas seru lainnya.
Bulan penuh rahmat dan ampunan ini seolah menjadi secercah harapan di tengah pandemi Covid-19 di dunia, khususnya di Indonesia.
Reaksi Masyarakat
Sejak Presiden RI mengumumkan bahwa sudah ada 2 WNI yang positif terpapar virus corona, masyarakat langsung memperlihatkan reaksi beragam.
Ada yang menyalahkan pemerintah, ada yang melakukan self carantine, ada yang menerapka social distancing dan physical distancing.
Namun sayangnya di tengah-tengah kekhawatiran masyarakat tidak sedikit juga yang melakukan tindakan terpuji.
Ada yang menimbun masker dan hand sanitizer. Ada yang panic buying. Ada penjual yang mencari untung dengan menjual masker dan hand sanitizer dengan harga berpuluh kali lipat. Bahkan ada yang tidak memiliki hati nurani dengan menjual masker bekas dan menjual hand sanitizer palsu.
Mendengar dan membaca berita-berita keji itu, aku hanya bisa istighfar sambil mengurut dada. Dalam hati kulangitkan doa, "Ya, Rabb. Lindungilah kami semua dari keganasan virus ini. Berilah hidayah kepada mereka yang berlaku jahat dan culas. Berilah kesembuhan bagi pasien yang sakit. Dan berilah kekuatan dan kesehatan kepada para tim medis yang berjuang di garda terdepan."
Dampak Penyebaran
Hari ini, sudah memasuki minggu pertama di bulan April 2020, berarti sudah sebulan bangsa ini berjibaku melawan penyebaran virus corona. Namun, sayangnya hingga hari ini jumlah penderita terus saja bertambah. Korban meninggal semakin banyak, yang dinyatakan sembuh juga ada namun jumlahnya masih di bawah jumlah korban yang meninggal.
Sudah hampir sebulan anak-anak menjalankan SFH, begitu juga para karyawan dan perkerja sudah berminggu-minggu menjalankan WFH. Agenda yang oleh pemerintah hanya direncanakan untuk 14 hari, ternyata molor hingga waktu yang tidak ditentukan.
Bagi mereka yang bergaji bulanan, masa karantina di rumah mungkin bisa dinikmati sambil rebahan. Asalkan arus listrik menyala, koneksi internet lancar, boleh dibilang perkerjaan mereka akan baik-baik saja. Dan itu berarti penghasilan mereka juga aman-aman saja.
Tetapi tahukan kita berapa jumlah keluarga yang terancam tidak makan karena pencari nafkah mereka gagal membawa hasil yang diharapkan?
Mereka para pedagang keliling, para driver ojol, para penarik becak, para supir angkot adalah beberapa contoh dari para pencari nafkah yang pendapatan mereka harian. Ketika anak-anak sekolah diliburkan, ketika karyawan kantor berkerja dari rumah, siapa lagi yang bisa mereka harapkan akan membeli dagangan mereka. Siapa lagi yang diharapkan akan menggunakan jasa ojek mereka?
Dalam keadaan yang tidak menentu ini, masyarakat muslim khususnya mulai cemas, bagaimana kondisi di bulan Ramadhan nanti?
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh umat muslim. Di bulan ini mereka berpuasa sebulan penuh, kemudian malamnya mendirikan sholat tarawih berjamaah, setelah itu lanjut dengan tadarus hingga waktu sahur tiba.
Tetapi, di tengah pandemi Covid-19 ini, di saat MUI memberi himbauan berupa larangan untuk sholat berjamaah di mesjid, wajar saja jika umat Islam mencemaskan ibadah tarawih mereka nanti.
Jika pandemi ini tidak berakhir sampai Ramadhan tiba, bisa dipastikan Ramadhan tahun 2020 ini akan menjadi Ramadhan tersepi di sepanjang sejarah.
Mesjid-mesjid akan lengang dari suara jamaah. Pasar-pasar Ramadhan akan sepi dari pedagang dan pembeli. Tidak akan ada acara berbuka bersama yang digelar. Tidak ada aktifitas ngabuburit di jalanan.
Semuanya akan jadi tarawih di rumah, tadarus di rumah, buka puasa di rumah, ngabuburit juga di rumah.
Bahkan kita mungkin harus menunda dulu hayalan akan Hari Raya Idul Fitri.
Ayo, Putuskan Mata Rantai Penyebaran Virus Ini
Sebagai salah satu muslimah yang menantikan Ramadhan setiap tahunnya, aku sungguh-sungguh berharap pandemi ini berakhir.
Teman-temanku tersayang.
Ayo kita giatkan lagi social distancing dan physical distancing ini. Ayo perbanyak cuap-cuap kita kepada mereka yang bebal. Ayo perbanyak nyinyir kita kepada mereka yang ga peduli. Ayo perbanyak doa kita. Ayo kita putuskan mata rantai penyebaran virus ini.
Pleaaase, tahan ego sejenak untuk berkumpul. Pleeaase, tahan ego sebentar untuk berpergian. Pleaaase, jangan pulang kampung dulu.
Ayo, kita ringankan beban para pencari nafkah dengan berbagi apa yang kita punya dan bisa. Dimulai dari sekitaran kita saja dulu.
Jika dihari-hari biasa kelebihan rezeki kita gunakan untuk investasi emas dan membeli reksadana, maka dalam keadaan pandemi ini aktifitas itu bisa kita alihkan dalam bentuk investasi akhirat yaitu dengan bersedekah kepada para pencari nafkah yang tidak berdaya untuk WFH. Temuilah mereka di jalan-jalan, berikan donasi berapapun yang kita bisa agar mereka bisa pulang segera, menjalankan social distancing ini seperti kita.
Jika kita semua bergerak, jika kita semua beraksi, saling membantu dengan berbagi rezeki, yakinlah mata rantai penyebaran virus ini akan putus. Dengan begitu, Ramadhan yang kita rindukan bisa kembali kita jalani dengan ibadah khusuk, lillahi ta'ala.
Semoga musibah ini cepat berakhir ya Kak. Agar aktivitas kembali normal. Soal ramadhan, entah nanti seperti apa. Yang penting lakukan yang terbaik untuk kita dan semua orang di tengah musibah yang sedang terjadi.
ReplyDeleteSemoga dibalik ini ada hikmah, dan pandemi yang segera berakhir untuk tetap dirumah agar putus rantai penyebaran virus ini.
ReplyDeleteAmiin, semoga ramadhan ini corona pergi
ReplyDeleteHikss ga bisa bayangkan gimana idul fitri dan mau pulkam tengok emak huhu
Betul sekali mbak, untuk kebaikan bersama kita harus gotong royong menyelesaikan masalah ini. Jangan lagi saling menyalahkan,sudah waktunya instropeksi diri. Siapa tahu dengan begitu Allah angkat wabah ini
ReplyDeleteItulah manusia mbak, beraneka karakternya jadi reaksinya juga berbeda. Maka kelihatanlah aslinya saat suatu musibah datang.
ReplyDeleteSedih banget menjelang ramadhan kita masih di situasi ini. Allah emang nggak butuh sholat kita, nggak butuh kita sholat di masjid. Yang butuh itu kita. Hiks.
ReplyDeleteRamadhan akan seperti biasanya jika semua kita mempunyai kesadaran diri untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus ini. Ayo, bersama kita lawan virus Corona.
ReplyDeleteSemoga ramadan tiba cocona ini sudah jinak yaa...smg kita bs beribadah lbh tenang aamin
ReplyDeleteYuni cuma berharap, pandemi ini berakhir sebelum Ramadhan datang menghampiri. Hingga kita tak lagi merasa resah dan gelisah.
ReplyDeleteBismillah. Biidznillah.
Setuju mb, dengan mendukung pemutusan mata rantai kita juga ikut serta melindungi orang lain ya k. Smoga wabah segera berlalu dan ramadhan karim kita sambut dengan suka cita Ya Alloh kabulkan aamiin
ReplyDeleteRamadhan tahun ini akan menjadi ramadhan yg berbeda. apalagi setelah pemerintah memutuskan bbrapa kegiatan di bulan puasa hanya boleh dilakukan di rumah. Nggak ada jamaah terawih di masjid, nggak ada sholat idul fitri di masjid atau lapangan, dll... semoga segera berakhir masa pandemi virus coronanya
ReplyDeleteHufftt, sedih banget Ramadhan kali ini harus di tengah wabah seperti ini. Walaupun sepertinya tidak mungkin wabahnya hilang ketika Ramadhan nanti, setidaknya kita selalu berdoa kepada Allah, hanya karena dia-lah yang mampu menghilangkan wabah ini :(
ReplyDeletetinggal beberapa hari kita bertemu Ramadhan , insya Allah. semoga corona segera berlalu
ReplyDeleteAjakan yang sangat bagus, Mbak. Memang banyak sekali orang yang terdampak parah saat ini. Ini saatnya berinvestasi di akherat. Agar banyak pohon rindang di surga kita.
ReplyDeleteSemoga corona segera berlalu. Dan diganti masa yang lebih indah lagi
ReplyDeleteSemoga lebih banyak lagi orang yang mau peduli dan nurut untuk tetap diam di rumah. Semoga pandemi ini cepat berlalu :)
ReplyDeleteAamiin Allahuma Aamiin
ReplyDeleteSemoga pandemi ini segera berlalu, ya, mbak. Biar masyarakat bisa leluasa mencari rezeki lagi.
Semoga pandemi ini segera usai, sehingga bulan suci Ramadhan dapat kita rasakan seperti biasa ada kegiatan taraweh,itikaf,buka bersama, tadarus bersama. Sehat dan bahagia selalu kak.
ReplyDeleteAku kok jadi merinding dan mau nangis saat baca ini bakal menjadi ramadhan tersepi sepanjang sejarah kalau virus ini belum berakhir :'(. Ya Allah semoga segera berakhir, aamiin
ReplyDeleteYuk kita doakan sama sama kak..agar pandemi ini segera berlalu dan kita semua dapat kembali merasakan nikmat kebersamaan di bulan suci nanti... amin..😇😇
ReplyDeletesaatnya me time dengan Allah di Ramadhan nanti. gak perlu keluar rumah untuk menunjukkan kalau kita sudah ibadah. cukup kita saja yang tahu. semoga Ramadhan nanti membawa berkah bagi kita semua. terutama si covid biar cepet pergi. hiks
ReplyDeletePenerapan physical distancing untuk memutus rantai penyebaran, dengan tetap mempedulikan masyarakat pekerja harian di lapangan, benar-benar tricky dan perlu usaha yang nggak mudah. Aku termasuk yang kena dampaknya, nyaris langsung.
ReplyDeleteMudah2an dengan hadirnya bulan Ramadan, penyebarannya Covid-19 bisa terputus ya, orang2 udah pd menaati seruan untuk #stayathome kok
ReplyDeleteRasanya saya sudah khatam mengajarkan anak tentang Ramadhan. Karena mereka sudah pra remaja semua, dan sejak TK sudah puasa sehari full.
ReplyDeleteSekarang ada si kecil lagi berusia 1 tahun plus. Jadi harus siap-siap lagi beberapa tahun lagi.
saya yakin sebelum ramadahan virus ini akan musnah aamiiinn
ReplyDeleteGa terasa ys mb tinggal menghitung hari bulan Ramadhan. Smg kita bisa beribadah dgn khusu tanpa corona
ReplyDeleteini yang bikin sedih, ga kebayang klo idul fitri aku gak bisa pulang kampung buat nemuin orang tua .. pengen anngis ngebayanginnya kak
ReplyDeleteAmin, semoga dengan segera datangnya bulan ramadhan ini semua virus termasuk corona segera berakhir, dan semoga kita juga belajar dari adanya bencana ini agar lebih baik lagi
ReplyDeleteRamadan di era covid ini harus banyak berdoa dan bersabar... Mungkin nuansanya yang kurang bakalan terasa tapi demi kesehatan bersama dan segera berlalunya pandemik, kita harus sabar
ReplyDeleteKami memang engga mudik sih, sudah engga punya ortu. Tetapi biasanya kami yang disambangi. Hiks...berarti Lebaran kali ini zing krik-krik, dua-an aja deh di rumah. Videocall dengan kerabat. Entah nih, masjid di kompleks mengadakan shalat ga? Juma'atan udah engga sih...
ReplyDeleteBaca artikel ini setelah masuk ramadhan. Dan benar semua ada hikmahnya. Ramadhan ditengah pandemi seperti ini membuat kita semakin mantap memaksimalkan ibadah
ReplyDeletePandemi ini bisa jadi bertahun-tahun ga terselesaikan. Kita akan ketemu new normal. Hidup bersama virus.
ReplyDeleteAku nggak mudik tahun ini hiks
yup, sepakat. Gerakan ekonomi berbagi untuk meringankan beban umat.
ReplyDelete