Wednesday, November 6, 2019

Untuk Kamu yang Bergelayut di Masa Lalu

"Ta.. aku rindu masa lalu", dengan tangan menopang dagu, May menatap Shinta dengan sendu.

Shinta balas menatap May lalu meletakkan buku yang sedang dibacanya ke pangkuannya dan berkata.

"Mengapa May? Apakah masa sekarangmu tidak cukup membahagiakan sehingga kau rindu dengan masalalu?"

May menggeleng lemah, dia sendiri juga bingung dengan perasaannya. Ada satu rasa yang menggelitik jiwanya menuntut untuk dipuaskan meskipun hanya sekejab.

"Kalau bukan lantas mengapa? Haruskah rasa itu kau angkat ke permukaan ?"

Kening Shinta berkerut melihat kegundahan di wajah May. Dia tidak bisa sepenuhnya memahami sekap sahabatnya ini. Sementara May hanya diam, jemari lentiknya memainkan sendok yang berada di dalam gelas. Sepertinya dia tidak mau mengakui isi hatinya yang sebenarnya kepada Shinta.

"May.. coba lihat mataku", Shinta memutar tubuh May agar bisa berhadapan dengannya. May menatap mata Shinta untuk sesaat namun kemudian dia kembali menunduk. Shinta kembali mengangkatnya, sehingga mata mereka kembali sejajar dan bertaut. May menyerah, diapun menuruti kemauan Shinta.

"Apakah Rian masih menghubungimu ?"

May tercekat mendengar pertanyaan Shinta, dia merasa tempat persembunyiannya mulai di ketahui, dan May tidak nyaman dengan itu. Segera dia mengalihkan pandangan ke arah lain, tidak ingin Shinta menemukan dan membongkar semua isi hatinya yang dia kunci rapat selama ini.

"May.. jawab aku.. Rian masih menghubungimu kan ?"

Shinta tidak mau menyerah, dengan gigih dia kembali menanyakan hal yang sama kepada May yang masih bungkam beribu bahasa. Namun lewat tatapan matanya Shinta bisa memperoleh semua jawaban yang dia butuhkan. Dia menghela nafas panjang, semakin bingung dengan sikap May.

"Mengapa sih May kamu masih saja melayani telepon dari Rian ? Sadarlah May, dia hanya masa lalu, sedangkan sekarang kamu sudah ada Romi yang mencintai kamu dengan tulus. Pantaskah ketulusannya kamu balas dengan semua ini ?"

May hanya diam, dalam hati menyadari sepenuhnya semua yang dikatakan oleh Shinta adalah benar adanya. Tetapi entah mengapa dia tidak bisa melupakan Rian dan semua kenangan masa lalu mereka. Dia masih saja rindu dengan suara renyahnya. Dia masih sangat ingin bermanja-manja kepadanya. Dan dia masih menuntut untuk diperhatikan olehnya. May sangat tersiksa perasaannya sendiri.

"Aku harus bagaimana Ta? Rasanya nyiksa banget, disatu sisi aku sadar udah nyakitin Romi dengan rasa ini, tapi aku tidak bisa menghentikan hati ini Ta, aku harus bagaimana?"

Tangis May pecah di hadapan Shinta, kedua tangannya ditangkupkan kewajahnya, bahunya terguncang dengan suara isak yang semakin lirih. Shinta merasa iba dengan sahabatnya itu, ada perasaan sesal di hatinya karena dia ada andil dalam terbukanya kembali hubungan May dengan pria masa lalunya itu.

"Itu semua terjadi karena kamu sendiri May, kamu yang memberi celah di hatimu sendiri sehingga semua kenangan masa lalu yang telah terkunci rapat itu bisa kembali. Dari awal aku sudah bilang kan, hati-hati May, jangan bermain api."

"Iya Ta.. aku tau.. aku sadar.. dan aku salah Ta. Ada kesombongan di hatiku ketika membuka lagi komunikasi dengan Rian. Aku mengira setelah sekian lama aku telah melupakannya. Ternyata aku salah Ta, yang ada makin kesini aku makin terjerat dalam pusaran kenangan masa lalu yang semakin kuat menuntut aku untuk mengulangnya kembali. Aku harus bagaimana Ta? Bagaimana caranya agar aku bisa bebas dari perasaan ini? Hatiku perih mengingat Romi, dan hatiku berdebar memikirkan Rian.. aku tersiksa Ta.. tersiksa banget.."

"Kendali ada di tanganmu May, sebelum perasaan itu terlalu jauh, hentikanlah sekarang. Ingatlah masa-masa sulit ketika Romi mengobati hatimu yang terluka. Dia sangat sabar May, meskipun kamu sering mengabaikannya waktu itu. Dia memaklumi sikapmu kala itu adalah dampak trauma yang kamu rasakan."

Shinta memang benar. Romi adalah dokter penyembuh luka di hati May. Dia mampu menjalankan peran ganda sebagai teman, abang sekaligus kekasih dalam satu waktu. Bahkan beberapa kali dia harus menggantikan sosok Papa ketika May sedang rapuh dan nyaris terpuruk dalam keputus asaan. May tersenyum membayangkan tingkah polah Romi ketika menghiburnya dulu. Mulai dari mengajaknya bermain permainan anak tempo dulu, menyanyikan lagu lucu sampai membisikkan kata cinta sebelum May tidur. Aahh.. May sungguh beruntung memilikinya.

"Satu lagi yang harus kamu sadari May, luka kamu yang telah sembuh itu adalah Rian penyebabnya. Dia mengkhianati kamu dengan menghamili mantan pacarnya. Mikir May.. mikir.. masih pantaskah hatimu bergetar untuk namanya?"

May tertunduk semakin dalam, mengakui dengan tulus semua kebenaran yang diungkap Shinta. Rian memang sungguh terlalu saat itu. Dua minggu sebelum hari pernikahan mereka May justru harus dihadapkan  pada fakta mereka gagal menikah karena Rian harus bertanggung jawab atas kehamilan mantan pacarnya. Meskipun pengakuannya Rian telah dijebak, rasa-rasanya jebakan itu tidak akan bisa terjadi kan? Jika saja Rian dan mantannya itu benar-benar tidak pernah melakukan hubungan terlarang itu.

"Sekarang Rian kembali dengan status barunya, dia duda. Pernikahannya dengan si mantan pacar itu hanya bertahan selama satu tahun, dia tidak bisa melanjutkan pernikahannya karena masih mencintai kamu.. katanya.. itu katanya kan May? Dan kamu percaya itu? Came on May.. wake up !! Dia hanya mempermainkan kamu, memanfaatkan sisi melankolis kamu yang menurutku useless banget itu. Dengan karakter flamboyannya itu, kamu percaya dia cinta mati sama kamu? Kamu percaya dia cuma mikirin kamu? Kamu percaya?"

Suara Shinta semakin tinggi. Sepertinya dia semakin sulit menahan emosinya melihat sahabatnya yang larut dalam cinta semu masa lalunya, bahkan menyia-nyiakan cinta nyata yang ada dihadapannya.

Sebenarnya May juga tidak begitu percaya dengan semua omongan Rian. Logikanya bilang begitu. Tapi hatinya yang tidak tahu diri justru terlena dengan semua rayuan itu, dan semakin hari semakin membuatnya mabuk kepayang. Huft..

"Secara akal sehat May, menurut kamu Rian itu pria seperti apa sih? Dia mengetahui status kamu adalah mantan tunangannya yang telah menikah dengan laki-laki lain, tetapi dia masih saja menggoda kamu dengan semua kenangan masalalu kalian. Dan kamu dengan bodohnya terlena akan semua itu. Coba kamu telaah dengan akal sehat May. Menurut aku, dimata Rian kamu itu tidak lebih dari wanita jablai yang jarang dibelai dan haus kasih sayang."

May tersentak mendegar kata-kata Shinta yang semakin tajam, menikam hingga ke ulu hati May. Dia manusia biasa yang tidak bisa menerima kata-kata seperti itu. Dia ingin membantah, namun Shinta lebih dulu melanjutkan bicaranya.

"Sorry kalo kamu tersinggung, tapi aku jujur dengan pendapatku tentang Rian. Dia itu 100% pemberi harapan palsu. Sekarang terserah kamu. Kalo kamu tetap kukuh untuk bertahan dengan getaran hati kamu itu, yaaa silahkan, tapi jangan pernah menyesal jika suatu saat Romi akan berpaling dari kamu. Ingat May.. karma itu ada."

Setelah mengungkapkan semua isi hatinya, Shinta kemudian kembali melanjutkan bacaannya yang tertunda. Sementara May kembali sibuk memaikan sendok digelas tehnya. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Langit yang semula mendung kembali menghadirkan matahari di balik awannya yang satu-persatu mulai pergi.  Dia tersenyum lebar kepada dunia seakan-akan ingin memberi semangat kepada jiwa-jiwa yang tengah gelap tertutup awan hitam.

May pun telah menetapkan hati pada sebuah keputusan yang terbaik untuknya dan semua orang yang peduli kepadanya.

Hubungan ini memang sangat indah, tapi juga menyakitkan. Agar tidak lagi melukai banyak orang, yang terbaik adalah hubungan ini memang harus diakhiri. 

May membatin dalam hati.







1 comment:


Terimakasih telah berkunjung ^.^
Tinggalkan komentar ya, biar kita saling kenal.

Note : Mohon maaf, komentar anonim dan link hidup saya anggap spam, ya.