Wednesday, November 13, 2019

Nilai Sekolah adalah Bagian dari Rezeki



Nilai Sekolah adalah Bagian dari Rezeki. Orangtua mana sih yang tidak akan senang jika anak-anaknya memiliki prestasi akademik. Makanya aku sangat bersyukur ketika Aira meraih ranking di sekolahnya.

Tetapi, meski pun begitu, kami selalu sounding kepada Aira bahwa NILAI BUKANLAH YANG PALING PENTING, NILAI SEKOLAH BUKANLAH SEGALANYA.

Dengan begitu Aira tumbuh menjadi anak yang tidak ''mendewakan nilai" sehingga dia selalu jujur dengan nilai-nilai yang ia hasilkan di sekolah. Dia tidak perlu melakukan hal-hal curang demi nilai bagus. Dia pun  tidak perlu kuatir orangtuanya akan marah ketika nilainya tidak memuaskan, karena dia tau orangtuanya tidak mengutamakan itu.




Sebagai orangtua kami lebih menekankan pada pendidikan karakter. Kami lebih fokus pada pembentukan karakter Aira agar menjadi manusia yang penuh tanggung jawab dan berbudi pekerti.

Terkadang miris hati ini melihat sikap anak-anak zaman sekarang yang sangat jauh dari etika. Perkataan mereka tidak sopan, sikap dan tingkah lakunya pun nyaris tidak beradab. Mereka juga boleh dikatakan tidak memiliki kepekaan terhadap sekitar.

Memang tidak semua bersikap buruk seperti itu, tetapi tidak sedikit juga yang ditemui di tempat-tempat umum.

Kami tidak mau Aira tumbuh menjadi anak-anak berkepribadian negatif seperti itu.

Oleh karenanya, di rumah Aira kami beri bimbingan dan teladan tentang tugas dan tanggung jawab.  Alhamdulillah tanpa perlu diberi perintah dia sudah paham tugas dan tanggung jawabnya sebagai anak dan juga siswa.

Dia akan belajar tanpa perlu diingatkan. Dia akan kerjakan PRnya tanpa perlu suruh-suruh. Dia juga sudah paham dengan kesepakatan bahwa gadget hanya boleh dimainkan maksimal 1 jam sehari. Alhamdulillah, dengan begitu dia tumbuh menjadi anak yang kreatif.




Hari ini Aira mendapat pelajaran berharga dalam hidupnya, bahwa kelalaiannya dalam tanggung jawab menyebabkan banyak hal yang tidak diinginkan terjadi.

Aira lalai menjaga kesehatan tubuhnya  sendiri selama di sekolah. Dia tidak cukup minum air putih, padahal hari itu ada mata pelajaran olahraga. Akibatnya, tubuh Aira mengalami dehidrasi sehingga menyebabkan demam pada malam harinya. Tetapi dia tetap sekolah keesokan harinya karena ada ulangan harian. Qadarullah, ulangan hari itu ditunda. Selasa malam panas badannya masih naik turun, jadi agar bisa memberikan pengobatan yang maksimal Aira kami liburkan sekolah pada hari Rabu. Qadarullah (lagi), ternyata ulangan hariannya diadakan hari ini.

Raut wajah Aira langsung tampak sedih ketika aku menyampaikan info dari wali kelasnya bahwa tidak ada ulangan susulan untuk ulangan harian.

"Nilai Aira jadi kosong, dong, Nda." Ujarnya sedih.

Sebagai orangtua aku juga tidak kalah kecewa sebenarnya. Mengapa harus ada kebijakan seperti itu? Jika kebijakan ini diberlakukan pada siswa yang tidak masuk tanpa keterangan sih wajar. Tapi bagaimana dengan anak yang tidak masuk karena sakit. Adilkah kebijakan itu?

Tapi aku berusaha mengendalikan diri di depan Aira, karena aku ga mau Aira menjadi salah paham terhadap gurunya.

Untuk mengobati kekecewaannya aku pun mengajaknya bicara dari hati ke hati.

Aku katakan padanya bahwa aku paham dengan rasa kecewa yang ia rasakan. Tetapi, semua ini terjadi karena Allah. Segala sesuatu yang terjadi atas izin Allah pasti adalah yang terbaik bagi kita.

"Jika karena sakit Aira jadi gagal mendapatkan nilai, berarti nilai itu bukan rezeki Aira saat ini. Allah pasti berikan Aira rezeki dalam bentuk lain yang jauh lebih bermanfaat. Salah satunya adalah kesempatan untuk istirahat dengan tenang."

Aku ajak Aira untuk berprasangka baik pada Allah.

Alhamdulillah, dengan selalu melibatkan Allah dalam setiap hal yang kita pikir dan lakukan, in syaa Allah, hasilnya juga pasti akan baik.

Hati pun menjadi lebih lega dan ikhlas.

Aku percaya, sejatinya nilai-nilai sekolah yang diraih oleh anak-anak adalah rezeki dari Allah. Jadi gak ada tuh istilah anak pintar dan anak bodoh. Yang ada adalah Allah sedang membagi secuil 'keMahaanNya' kepada hambanya.

Oleh karena itu aku tanamkan di pikiran anak untuk tidak pernah bangga dan jumawa dengan semua kelebihan yang ia miliki saat ini, karena jika Allah berkehendak semua kelebihan itu bisa jadi kekurangan dalam hitungan detik.

Dengan tegas aku juga melarang keras anakku memandang rendah kekurangan orang lain. Karena bisa jadi di mata kita orang itu tampak kurang, tapi di mata Allah bisa jadi dia lebih mulia.

Jadi masih menganggap nilai sekolah anak itu yang paling penting?




No comments:

Post a Comment


Terimakasih telah berkunjung ^.^
Tinggalkan komentar ya, biar kita saling kenal.

Note : Mohon maaf, komentar anonim dan link hidup saya anggap spam, ya.