Tuesday, April 9, 2019

Berbagi Tanpa Rasa Takut via Dompet Dhuafa

Pengalaman yang Tidak Terlupakan, Berbagi Tanpa Rasa Takut via Dompet Dhuafa






Peristiwa tahun 2017 silam benar-benar tidak akan pernah terlupakan seumur hidupku. Aku harus menghadapi kenyataan pahit. Perusahaan tempatku berkerja tutup, dan otomatis aku bersama puluhan karyawan lainnya menerima pemutusan hubungan kerja. Kami juga tidak bisa mengharapkan pesangon dari perusahaan karena alasan ditutupnya perusahaan adalah karena pailit.

Beberapa bulan setelah menganggur, aku mulai merasa kewalahan mengelola keuangan keluarga. Tidak bisa dipungkiri, suami adalah satu-satunya pencari nafkah saat itu. Bukan tidak menyukuri nikmat dari Yang Maha Pemberi, tetapi penghasilan suami memang masih kurang untuk memenuhi kebutuhan bulanan keluarga. Saat aku berkerja, kondisi keuangan kami memang bisa dikatakan berlebih, sehingga tidak hanya menabung, waktu itu kami juga masih bisa untuk menyisihkan sebagian penghasilan untuk berbagi dengan yang membutuhkan.

Berbagi disaat kondisi ekonomi sedang berlebih memang tidak akan terasa sama sekali. Tetapi ketika kondisi keuangan sedang terpuruk, ada hutang yang harus dibayar, ada kebutuhan pokok yang harus dipenuhi, ada sekolah anak yang harus dibiayai, belum lagi biaya operasional sehari-hari yang tidak bisa bilang tidak. Maka memberikan sebagian uang yang ada untuk amal itu memang merupakan sebuah tantangan. Tidak bisa dibohongi terkadang hati berbisik, “untuk makan aja ga cukup, gimana mau kasih ke orang lain?”

Suatu malam di pertengahan bulan, waktu itu aku benar-benar merasa sangat nelangsa. Uang di tangan tersisa 600.000 sedangkan bulan masih tanggal 15. Berarti masih sangat jauh dari periode gajian berikutnya. Hatiku benar-benar merasa gelisah karena khawatir uang yang tersisa tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga akhir bulan. Kegelisahanku ternyata membuat suami terbangun dari tidurnya, dan dia sangat heran ketika mendapati aku yang belum tidur. Ketika suami bertanya ada apa, pertahananku pun jebol. Air mataku jatuh, aku pun menangis sejadi-jadinya. Seperti biasa, ketika aku menangis suami tidak akan banyak bertanya, dia hanya memelukku erat sampai aku tenang dan tangisanku mereda. Setelah tenang, aku pun menceritakan semua kegundahanku kepada suami. Aku bersyukur suamiku merespon dengan bijak semua keluhanku waktu itu, dia tidak mencecarku dengan pertanyaan mengapa uang sisa segitu padahal masih pertengahan bulan. Justru dia mengajukan pertanyaan yang membuatku tersentak.

“Bi, gaji ayah bulan ini, sedekahnya udah dikeluarin belum?” Aku menggeleng.

“Jangan lupa, ya. Ada hak orang lain di rezeki yang Allah kasihkan ke kita,” kata suamiku lagi.

Aku masih terdiam. Bukannya lupa, tetapi aku memang merasa gaji yang ada ga cukup, lha ... kalo sebagian dikeluarkan untuk amal tentu saja semakin gak cukup. Tapi aku ga katakan semua itu kepada suami.

“Ya, udah. Masalah uang yang tersisa tidak usah dipikirkan lagi, ya. Udah malam, istirahat yuk. Inshaa Allah, DIA YANG MAHA MENCUKUPI akan mencukupi kebutuhan kita.”

Deg!

Jantungku bagaikan berhenti berdetak. Ya Allah, betapa kufurnya aku dengan nikmat yang Allah berikan selama ini.

Benar yang suamiku bilang, mengapa aku harus khawatir kalau rezeki tidak akan cukup, ada DIA YANG MAHA KAYA yang akan mencukupi kebutuhan hamba-NYA. Disetiap rupiah yang Allah anugrahkan sebagai rezeki, terselip hak orang lain yang harus diberikan kepada yang berhak. Jadi tidak semestinya aku takut dan khawatir, kemudian menunda-nunda hak orang lain.

Keesokan harinya, tanpa pikir panjang lagi, aku segera mentransfer sejumlah uang ke rekening donasi Dompet Dhuafa. Aku merasa sangat terbantu dengan adanya rekening donasi Dompet Dhuafa ini, karena bisa berdonasi dengan cara praktis. Selain itu berdonasi di Dompet Dhuafa juga membuatku terhindari dari amalan riya. Terkadang sulit disembunyikan, saat aku berbagi secara langsung terselib juga rasa ujub dan bangga pada diri sendiri. Akibatnya aku jadi jauh dari rasa ikhlas. Tapi ketika berbagi via Dompet Dhuafa semua perasaan keduniawian itu tidak muncul sama sekali. Aku pun bisa beramal dengan penuh ikhlas, jauh dari rasa bangga yang menyebabkan riya. Alhamdulillah.


nominalnya ditutup aja yaaaaa





Berbagi Membuka Pintu Rezeki


Setelah menginfakkan sebagian uang yang kami miliki, hatiku pun mulai merasa tenang. Meskipun uang di tangan tersisa 4 lembar, tapi tidak ada sedikitpun kecemasan menggelayut di hatiku. Karena aku yakin, Allah akan mencukupi kebutuhan kami tanpa harus membuat kami terhina karena hutang.

Al-Baqarah : 245

مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً ۚ وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Barang siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.


Dan memang benar. Allah membuktikan kekuasaannya. Allah mendatangkan rejekinya lewat blog yang aku miliki. MasyaAllah. Blog yang selama ini hanya tempat menulis curhat, tanpa ku sangka ternyata bisa menjadi jalan rezeki yang nominalnya berkali-kali lipat dari uang yang aku donasikan.

Jadi aku pun semakin percaya. Jangan takut berbagi, karena dengan berbagi sebenarnya yang kamu lapangkan bukan hanya kesulitan orang lain, tapi justru melapangkan jalan rezeki menuju dirimu sendiri.




Berbagi Tidak Harus Menunggu Kaya



Aku percaya kata-kata adalah doa, jadi jangan pernah mengucapkan kata-kata, “Ntar deh, kalo udah kaya baru aku bagi-bagi rezeki. Kalo sekarang makan aja susah, gimana mau bagi-bagi.”

Jika hati dan lisan telah menyepakati sesuatu itu ‘susah’, maka hal itu akan menjadi benar-benar susah. Ucapkanlah kata-kata yang mensugesti diri dengan hal yang baik-baik.


Al-Baqarah : 264

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ لَا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.


Berbagi tidak harus menunggu kaya, kok. Berbagi juga tidak ada patokan nominalnya. Bisanya 10.000 silahkan, bisa 100.000 pun silahkan. Yang dituntut hanya keikhlasan kita saja agar yang kita amalkan bernilai ibadah disisi Allah.


Berbagi Tidak Harus Berupa Uang



Ini adalah pengalamanku yang lain saat berbagi dalam kondisi minim. Hanya selang beberapa bulan setelah kejadian yang ku ceritakan di awal tadi. Kontrak kerja suami berakhir disaat aku baru saja memulai usaha di rumah. Otomatis bulan itu kondisi kami sedang minim sekali. Tapi berbekal pengalaman yang telah ada, aku tidak lagi khawatir dan takut untuk berbagi.

Mengingat uang yang ada bener-bener hanya pas untuk biaya operasional, akhirnya aku putuskan untuk berbagi dalam bentuk barang. Aku sangat yakin, berbagi itu tidak harus dalam bentuk uang, tetapi bisa dalam bentuk apapun yang orang lain butuhkan. Kebetulan suamiku hobi memanci ng. Jadi hasil pancingannya kami tampung dalam bak kecil di belakang rumah. Tujuannya disaat kami tidak memiliki cukup uang untuk beli ikan, maka ikan yang ada di dalam bak itu bisa kami manfaatkan. Alhamdulillah, selama ini walaupun kondisi sangat pas-pasan, ikan yang ada di penampungan itu jarang kami gunakan. Ternyata inilah jalannya dari Allah. Ikan-ikan itu aku bagi-bagikan ke beberapa orang tetangga yang kondisinya sedang kurang beruntung. Memang tidak membantu secara finansial, tetapi setidaknya keluarga-keluarga itu bisa makan dengan lauk yang cukup untuk 1-2 hari. Alhamdulillah.

Berbagi memang tidak harus berupa uang. Tetapi bukan berarti bisa dilakukan secara sembarangan. Berikanlah barang yang kondisinya baik, yang kita sendiri menyukainya. Jangan berbagi barang yang tidak layak, yang kita sendiri tidak menyukainya. Apalagi jika barang itu berupa makanan.

Al-Baqarah : 267

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ ۖ وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيثَ مِنْهُ تُنْفِقُونَ وَلَسْتُمْ بِآخِذِيهِ إِلَّا أَنْ تُغْمِضُوا فِيهِ ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ

Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya, melainkan dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Mahakaya, Maha Terpuji.




Berbagi Sebagai Bentuk Rasa Syukur


Sejak bangun tidur Allah sudah melimpahkan karunianya kepada kita, salah satu karunianya adalah DIA masih memberi kesempatan untuk kita hidup, dan itu berarti DIA telah memberi kita kesempatan untuk berkarya dan beribadah kepadaNYA. Allah masih beri kita kesempatan untuk bertobat dari semua kesalahan kita, dan juga masih beri kita kesempatan untuk melakukan kebaikan lebih banyak lagi. Dan berbagi adalah salah satu kebaikan yang sangat tinggi nilainya di sisi Allah. Jadi sebagai tanda rasa syukur kita atas semua limpahan kebaikan dari Allah, maka kita bisa lakukan berbagi kebaikan kepada sesama bisa berupa materi atau pun non materi.



Berbagi Tanpa Takut Salah Sasaran


Jika konteks berbagi yang kita bahas adalah sedekah, infak dan zakat, maka tentu saja ada syarat dan ketentuan berlaku yang harus dipenuhi agar amal kebaikan kita bernilai ibadah di sisi Allah. Untuk bersedekah misalnya, tidak bisa kita lakukan ke semua orang karena tidak semua orang berhak menerima sedekah. Begitu juga infak, apalagi zakat yang semakin tegas batasan syarat-syaratnya.

Lalu adakah aksi berbagi yang tidak mengenal syarat dan ketentuan berlaku? Kalau menurutku nih, ya. Ada banget, yaitu berbagi kebaikan. Misalnya membantu sesama yang sedang ditimpa musibah, bencana alam, atau korban kejahatan misalnya. Berbagi materi atau pun non materi kepada orang-orang yang mengalami hal itu tentu saja tidak berlaku syarat sebagai mana pada sedekah, infak dan zakat.

Oleh karena itulah, aku merasa sangat terbantu dengan adanya ruang donatur dari Dompet Dhuafa. Aku tidak perlu lagi merasa khawatir kalau pemberianku tidak tepat sasaran, karena Dompet Dhuafa memiliki orang-orang kompeten di bidangnya. Mereka tidak akan salah sasaran dalam menyalurkan donasi dari para donatur.

Aksi berbagi pun semakin mudah dilakukan, bisa transfer antar bank, donatur tinggal pilih rekening tujuan sesuai kebutuhan ada rekening untuk zakat, rekening untuk infak dan sedekah, juga ada rekening untuk dompet kemanusiaan.



Berbagi Membersihkan Hati dan Pikiran juga Mendatangkan Bahagia


Sekarang aku sudah merasakan sendiri manfaat langsung dari berbagi ini. Sejak membiasakan diri untuk selalu berbagi dalam setiap kesempatan aku merasakan hati dan pikiranku jauh dari kekhawatiran. Hati dan pikiran pun jadi bersih dan terhindar dari prasangka buruk terhadap Allah, sehingga rasa bahagia pun datang dengan sendirinya.

Dulu jika dalam keadaan sulit, aku sering berprasangka buruk kepada Allah. Berpikir Allah itu tidak adil-lah, berpikir Allah itu tidak sayang aku-lah, bahkan di puncak kufurnya aku pernah meragukan keberadaan Allah itu sendiri. Astaghfirullahal’adzim.

Jangan pernah ditiru ya, teman-teman. Apa yang aku pikirkan tentang Allah waktu dulu itu adalah SALAH BESAR yang menjurus pada DOSA BESAR.

Tentu saja Allah itu Maha Adil, hanya saja sebagai manusia keserakahan diri yang terkadang membuat pemberian Allah terasa tidak cukup. Padahal manusia itu terlahir dengan rezekinya masing-masing.

Alhamdulillah, sekarang semua prasangka dan pikiran buruk itu telah sirna sepenuhnya. Cukup tanamkan keyakinan di dalam hati, ALLAH itu MAHA KAYA dan MAHA MAMPU. DIA pasti mencukupi kebutuhan hambaNYA yang selalu beriman dan percaya dengan kekuasaanNYA. Tugas kita sebagai manusia hanya berusaha dan berdoa, tunaikan semua kewajiban, berbuat baik kepada sesama, dan berbagi adalah salah satu jalan untuk mewujudkannya. Jadi #JanganTakutBerbagi karena berbagi itu tidak ada batas minimumnya, tidak harus berupa uang, tidak harus menunggu kaya, tapi satu yang pasti rezeki itu bisa membuka pintu rezeki dan juga bisa membersihkan hati dan pikiran kita sehingga rasa bahagia akan selalu memenuhi ruang hati kita.

Nah, Sobatku tersayang. Sudah berbagi apa saja hari ini?



***
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jangan Takut Berbagi yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”

No comments:

Post a Comment


Terimakasih telah berkunjung ^.^
Tinggalkan komentar ya, biar kita saling kenal.

Note : Mohon maaf, komentar anonim dan link hidup saya anggap spam, ya.