Beberapa waktu terakhir ini perasaan sering banget deh
melihat berita orang yang menghadiri pesta pernikahan mantannya, trus bikin
drama yang akhirnya viral di dunia maya. Ada yang nangis histeris, ada yang
tiba-tiba meluk mantan yang lagi bersanding trus mewek, ada yang nyumbang
nyanyi lagu-lagu kenangan, bahkan ada juga yang pingsan.
Ondeh mandeeeh, kalo emang belum bisa move on, ngapain juga
datang ke pernikahan mantan ?
Ah, elu mah cuman
komen doang, coba aja alamin sendiri, bisa-bisa lo bunuh diri di sono.
Eits ... jangan suudzon dulu, ya. Aku pernah menghadiri
pesta pernikahan mantan. Pria ini sudah 10 tahun aku pacari, kami pun sempat
tunangan, trus putus, dan 3 bulan setelahnya dia nikah.
Tragis ?
Banget.
Trus kenapa mau datang ke pestanya ?
Begini ceritanya, pada
zaman dahuluuuuu ...
‘Love at the first
sight’ = Failed
Seperti yang aku singgung di atas, aku dan dia pacaran sejak
SMU. Kalau ada orang yang bilang love at
the first sight itu hanya ada di cerita dongeng, aku udah buktikan sendiri.
Kami bener-bener saling jatuh cinta sejak pandangan pertama.
Kemudian dia pindah ke luar kota, dan komunikasi kami pun
berlanjut lewat berita dari orang ke orang. Sesekali dia datang ke kotaku
ketika Idul Fitri atau musim liburan tiba. Meski terpisah jarak dan waktu
masing-masing kami tidak ada yang melontarkan kata-kata putus. Begitulah hingga
tanpa terasa 10 tahun pun berlalu . Kami pun bukan remaja lagi, dan aku pun
merantau ke kota lain.
Suatu waktu takdir kembali mempertemukan kami. Aku dan dia
berada di kota yang sama, dan hubungan kami yang selama ini menggantung di
udara kembali terajut indah.
Merasa yakin dengan perasaan yang ada, dia pun melamar, dan
pastinya juga aku sambut dengan senang hati. Kami sangat yakin, cinta kami
adalah takdir dari yang kuasa.
Persiapan pernikahan mulai dilakukan. Perkenalan keluarga,
penentuan hari H, hingga perencanaan pesta. Bahkan kami juga sudah membeli
kebutuhan rumah tangga bersama, lho.
Tapi, manusia memang hanya bisa merencanakan, tetapi
keputusan tetap di tangan Allah. Tanpa alasan yang begitu jelas (yang hingga
hari ini sebenarnya aku masih belum tahu
jawabannya), dia berubah 180 derajat. Menghindar saat ditemui, tidak
mengangkat telepon, dan juga tidak membalas SMS.
Singkat cerita, hubungan kami pun kandas, dengan menyisakan
luka yang teramat dalam di hatiku. Mungkin ada sekitar sebulan yang aku lalui
dengan air mata. Sampai-sampai mataku sulit untuk melihat karena sembab oleh
air mata.
Satu kalimat yang selalu aku bisikkan dalam hati saat itu,
“aku yakin, Allah pasti tengah mempersiapkan seseorang yang jauh lebih baik
untuk menjadi suamiku.”
Berbekal keyakinan itulah, aku bisa melewati masa-masa sulit
itu.
Hingga suatu siang, ketika jam istirahat di tempat kerja,
handphoneku berdering, sepintas aku sudah tau yang menelpon adalah ayah si mantan. Luka yang
hampir kering itu terbuka kembali.
Tapi, aku tetap terima panggilan itu. *dodol banget gak sih
?*
Suara diseberang terdengar sangat berat, dengan suara serak
lelaki paruh baya itu meminta maaf dengan tulus, sekaligus memberitahukan bahwa
anaknya yang merupakan mantanku akan menikah. “Papa tidak mau menyakitimu lebih
jauh, tapi jika kamu bisa datang ke pesta nanti, papa akan sangat bahagia. Kamu
harus selalu ingat, bagi papa dan mama kamu bukan lagi orang lain, kamu adalah
anak kami. Kapan pun kamu mau datang, pintu rumah kami selalu terbuka untuk
kamu.” Kata-kata beliau masih terngiang jelas hingga saat ini.
Dan semua kalimat panjang itu, aku jawab singkat, “Insya
Allah. Aku datang, Pa.”
Meski Diragukan Ibu,
Aku Hadiri Pernikahan Mantan
Ibuku sangat khawatir ketika mendengar aku akan menghadiri
pesta si mantan. Karena dia adalah saksi mata yang menyaksikan langsung
perjuangan aku untuk bisa move on saat baru putus beberapa waktu lalu. Sebagai
ibu dia khawatir kalau-kalau kehadiranku nanti akan merusak suasana pesta, yang
akhirnya jadi gunjingan orang banyak.
Tapi, tekadku sudah bulat.
Ada dua alasan kuat yang membuatku sangat ingin hadir di pernikahan
mantan itu.
1.
Aku ingin memperlihatkan bahwa aku baik-baik
saja, dan tetap bisa tersenyum bahagia, walau tanpa dia di sampingku.
2.
Aku ingin memperlihatkan bahwa aku adalah wanita
yang terdidik dengan baik, dengan menghargai undangan langsung yang disampaikan
ayahnya via telepon.
Hari H pun datang, ditemani salah seorang rekan kerja
(cowok, dan ganteng pastinya, hehehe) aku datang ke pestanya dengan
dandanan terbaik. Ya, iyalah, masa iya tampil dekil, ntar dikira depresi karena
makan hati lagi sama orang-orang. Hahaha.
Sesampainya di parkiran, ternyata pihak dari keluarganya
yang mengenaliku langsung lari ke dalam. Dan gak lama kemudian orang tua, kakak
dan keluarga terdekatnya yang lain pun berlarian keluar. Ibu dan ayahnya
langsung memelukku-cukup lama-dengan erat. Bahkan salah satu tante si mantan
memelukku dengan sangat kuat sambil berbisik, “kami sebenarnya gak mau dia yang
jadi menantu, kami maunya kamu, tapi gimanalah.” Aku melepas pelukan tante itu, dan
melihat matanya yang basah. Terharu sekaligus bangga juga sih saat itu. Dalam hati
aku membatin, menantu idaman rupanya. Hahaha.
Sampai di dalam, aku bener-bener diladeni dengan maksimal,
makananku diambilkan, minumanku dituangkan. Kadang jadi mikir juga, kalo aku
yang jadi mantu dapat layanan kayak gini juga gak, ya ? Wkwkwkwk.
Momen yang menentukan itu tiba. Bersalaman dengan kedua
mempelai. Rasanya seperti menunggu pengumuman lomba blog deh, deg-degaaaan.
Sempat juga sih merasa was-was, tapi aku langsung berdoa, meminta diberi
kekuatan, biar ga malu-maluin. Jatuh dong harga diri eikeh kalo sampe nangis
bombay, hahaha.
Alhamdulillah, Allah mengabulkan doaku, proses salam-salamannya
pun berjalan lancar.
Aku berjalan menuju parkiran dengan perasaan lega. Plong ! Berasa musim semi seolah-olah hadir di depan mata. Seakan sukses menjalani terapi, rasanya kepercayaan diriku
semakin kuat setelah meninggalkan pesta itu.
Tips Menghadiri Pesta
Pernikahan Mantan
Menghadiri pernikahan mantan bagi sebagian orang memang
buang-buang energi. Buat apa, sih ? Gak ada manfaatnya. Hati sakit, uang pun habis buat kado. Rugiiiii !
Well ... memang ga salah, kok, kalo banyak orang berpendapat begitu.
Kalo kamu menghadiri pernikahan mantan dengan perasaan yang
belum bisa move on, bisa dijamin, disana kamu cuma bakan jadi tontonan, gais.
Trus kiri-kanan bakal bisik-bisik, bikin kamu makin tensi.
Tapi, jika kamu udah bisa move on, seperti yang pernah aku
alami, menghadiri pernikahan mantan sebenarnya bisa banget jadi terapi jiwa, lho.
Nah, gimana caranya agar menghadiri pernikahan mantan
menjadi terapi jiwa ?
1.
Pastikan dulu kamu sudah move on. Sudah bisa
menerima keadaan dan ketentuan Allah, bahwa dia memang bukan jodoh kamu.
Yakinkah di hati, Allah sedang mempersiapkan seseorang yang jauh lebih baik
untuk menjadi pendamping kamu.
2.
Kalo sudah move on, pastikan dulu kamu di undang
atau tidak ? Jangan pernah menghadiri pernikahan mantan tanpa di undang. Jaga
harga diri, dong.
3.
Kalo udah pasti menerima undangan, jangan pergi
sendiri. Dengan pedenya pergi sendiri, tau-tau liat mantan bersanding, malah
pingsan. Bikin malu, ah. Makanya bawa teman, ya, kalo bisa lawan jenis yang
wajahnya enak dilihat, mobilnya bagus yang si mantan gak kenal. Ini bisa
menumbuhkan rasa percaya diri, lho.
4.
Kalo rasa-rasanya ga kuat menyalami mantan,
tidak usah disalami. Ntar kamu jadi syuting film di sono, tiba-tiba meluk
mantan, terus nangis sesegukan. Jadi lewatin aja proses salam-salamannya, siap
makan langsung pulang aja, ya.
5.
Kalo yakin merasa kuat untuk menyalami mantan
dan pasangannya, salamilah mereka dengan iringan doa. Doanya, “Ya Allah,
berkahi pernikahan mereka, dan berilah hamba pendamping hidup yang terbaik
menurutMU. Aamiin”. Lhooo, kok, malah mendoakan mereka ? Ingat ya, gais.
Mendoakan sesama mukmin tanpa di ketahui oleh orangnya itu berpahala, lho. Dan
Allah menjanjikan apa yang kamu doakan untuk orang itu, juga diberikan untuk
kamu. Jadi percaya, deh. Gak rugi, kok.
Doain aja mantan bahagia, biar lu lega, kata Seo Da Yeong |
Oke, ya, gais.
Itu sedikit (((SEDIKIT tapi lebih 1000 KATA))) cerita dari
aku. Ambil yang baik-baiknya ya, yang rasanya ga bermanfaat lupain aja, pilih
aja postingan yang lain. Kategorinya banyak, lhooo. *tetep modus*
Eh, ngomong-ngomong, kalo kamu berani gak hadir di
pernikahan mantan ?
No comments:
Post a Comment
Terimakasih telah berkunjung ^.^
Tinggalkan komentar ya, biar kita saling kenal.
Note : Mohon maaf, komentar anonim dan link hidup saya anggap spam, ya.