Disiplin bisa dikatakan adalah salah satu syarat utama untuk
mencapai kesuksesan hidup. Sebuah cita-cita hanya akan menjadi sebuah impian
semata jika si pemilik cita-cita adalah orang yang tidak disiplin.
Disiplin merupakan hal yang sangat penting untuk diajarkan
sedini mungkin, agar kedisiplinan menjadi bagian dalam hidup sehari-hari. Dan
tugas untuk mengajarkan kedisiplinan ini sejak dini berada di tangan kedua
orang tua.
Cara terbaik untuk meletakkan dasar disiplin adalah dengan
membuat aturan di rumah dengan sedemikian rupa sehingga tetap terasa sederhana
dan jelas. Sayangnya selama ini orang tua banyak yang salah persepsi,
mengartikan disiplin sebagai sebuah hukuman dan konsekuensi semata.
Menurut psikolog Dr. Laura Markham, sebelum menerapkan
disiplin pada anak, orang tua terlebih dahulu harus menerapkan disiplin positif
yaitu :
1.
Mengatur emosi sendiri
Orang tua harus mampu mengatur emosinya sendiri agar bisa
menjadi orang tua yang penyabar dan murah hati seperti yang diinginkan, dan
pastinya juga seperti yang anak pantas dapatkan.
2.
Miliki ikatan yang kuat dengan anak
Ini merupakan strategi disiplin yang paling efektif, karena
secara naluriah anak-anak ingin menyenangkan hati orang tuanya. Makanya
bimbingan yang penuh cinta akan lebih efektif dibandingkan pemberian hukuman.
3.
Lakukan dengan empati
Aturan harus dijalankan, tapi jika anak melanggar sebagai
orang tua kita tetap harus mendengarkan perspektif anak. Ketika anak merasa
dimengerti,, maka selanjutnya orang tua bisa menerapkan batasan yang telah ditetapkan.
“Ibu mengerti mengapa kamu marah, tapi memukul itu tidak baik. Temannya kita
ajak bicara yuk beritahukan semua apa
yang kamu rasakan.”
4.
Hindari Timeout
di saat emosi
Ada kalanya orang tua menjadi sangat emosi ketika berhadapan
dengan anak yang membangkang dan tidak menuruti arahan. Dari pada memukul anak,
banyak orang tua yang memilih untuk timeout dan meninggalkan anaknya sendiri. Ini sangat
salah. Meskipun lebih baik dari pada memukul anak, tetapi tindakan ini adalah
sebuah hukuman dalam bentuk ‘pengusiran’ dan penghinaan. Meninggalkan anak demi
mengelola emosi yang kusut hanya akan merusak kecerdasan emosi anak.
“Mbak Mer, aku udah buat peraturan di rumah, udah disertai
dengan hukuman malah, tapi anak-anakku kok masih saja bandel, ya. Tidak mau diatur.”
Demikian curhat salah satu tetangga.
Ketika dasar kedisiplinan telah diletakkan tapi kedisiplinan
anak masih saja jauh dari harapan, sebagai orang tua kita harus mulai
introspeksi diri. Terkadang tanpa disadari, ada kelalaian orang tualah yang menyebabkan
kedisiplinan itu gagal diterapkan.
3 Sikap Orang Tua yang Bisa Menggagalkan Penerapan Disiplin pada Anak.
1.
Menyuap anak
Orang tua menyuap anak demi tegaknya peraturan di rumah.
“Kalau kamu makannya banyak, nanti mama belikan mainan.”
Sound familiar ?
Yes, banyak yang model begitu terdengar di sekitar kita.
Anak menjadi disiplin ? Ya, untuk sementara. Tetapi tidak
untuk jangka panjang. Menyuap anak hanya akan membuat anak semakin egois, tanpa
sadar orang tua justru mengajarkan anaknya untuk berlaku curang demi keinginan
mereka.
Bagaimana jika kelak anak berlaku sebaliknya, “kalau mama
mau aku rajin belajar, belikan dulu aku PS 5.”
2.
Mengancam anak
Aku termasuk orang tua yang tidak setuju menerapkan hukuman
pada anak. Makanya ketika membuat aturan untuk anak, aku juga mengenalkannya
pada resiko.
Aturannya : Buat PR langsung sepulang sekolah (setelah
istirahat, sholat, makan)
Resikonya : Jika kamu menunda-nunda membuat PR, sampai besok
mau dikumpulkan, bagaimana jika nanti kamu lupa ? Atau bagaimana kalau nanti
tiba-tiba kamu sakit ? Bagaimana kalau nanti lampu padam ? Resikonya kamu tidak
membuat PR sama sekali. Nilai kamu jadi hilang, deh.
Dengan mengenalkan resiko anak jadi belajar menganalisa
akibat dari prilakunya, sehingga dia akan disiplin dengan sendirinya.
Jika aturan dibuat disertai ancaman hukuman, maka
kedisiplinan anak terbentuk bukan karena kesadarannya, tetapi hanya sebatas
rutinitas karena takut akan hukuman. Ketika pemberi hukuman tidak berada didekatnya,
maka anak akan kembali lalai dan bersantai-santai.
3.
Orang tua tidak konsisten
Orang tua membuat aturan, tetapi tidak jarang orang tua juga
yang melanggar aturan tersebut. Pernah melihat kejadian ini ?
Banyak.
Anak dilarang merokok, tapi orang tuanya merokok.
Anak dilarang main game, tapi dibelikan juga alat-alat game.
Anak disuruh bangun cepat, orang tuanya malah bangun siang.
Itulah yang disebut orang tua tidak konsisten. Bagaimana kita
bisa mengharapkan anak-anak untuk disiplin sesuai yang diharapkan jika orang
tua yang seharusnya jadi teladan justru pemberi contoh yang buruk.
Jadi semuanya kembali kepada orang tuanya ya, Pak-Bu. Mau anaknya
disiplin ?
Mulailah dari orang tua dan orang-orang terdekat di sekitar
anak. Anak adalah peniru ulung. Pastinya pernah mendengar pepatah itu, kan ?
Tanpa perlu banyak teori dan aturan, sebenarnya jika semenjak dini anak-anak
sudah dikelilingi oleh orang-orang yang disiplin, maka anak itu akan disiplin
dengan sendirinya.
So, ayah-bunda-papa-mama semua. Yuk, mari kita jaga sikap kita agar anak-anak bisa tumbuh sebagaimana yang kita harapkan.
So, ayah-bunda-papa-mama semua. Yuk, mari kita jaga sikap kita agar anak-anak bisa tumbuh sebagaimana yang kita harapkan.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih telah berkunjung ^.^
Tinggalkan komentar ya, biar kita saling kenal.
Note : Mohon maaf, komentar anonim dan link hidup saya anggap spam, ya.