Monday, April 11, 2016

#Mom's Working Stories : Siapa Yang Jagain Anak ?

Sejak memutuskan untuk kembali berkerja sebenarnya aku mengalami dilema yang luar biasa. Masalahnya sih klasik, kurang lebih samalah dengan para mom's working lainnya. Apa lagi kalo bukan masalah "siapa yang jagain anak ?"

Tidak seperti dikota-kota besar kebanyakan, dimana-mana ada tempat penitipan anak alias daycare, di kota tempatku berada usaha sejenis itu masih sangat minim. Mungkin jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari. Dan itu pun lokasinya sangat jauh dari rumah kami.

Diantara rasa bimbang dan ragu yang mendera aku bener-bener merasa pusing luar biasa. Pengennya ketika berkerja nanti aku tidak perlu merasakan risau tentang keamanan dan kenyamanan anak. Ada tetangga yang menawarkan diri untuk menjaga Aira waktu itu, tapi aku tetap saja merasa tidak yakin. Rasanya kok ya remeh banget ya sama anak, kok main dititipin gitu aja. Walaupun mereka 'dibayar' tapi hati kecil ini tetap aja merasa kontra. Gimana juga mereka kan orang 'asing'. Jadi ga mungkinlah aku bisa mempercayakan Aira seratus persen dalam pengawasan mereka selama 8 jam setiap harinya.

Suami mengusulkan, gimana kalo kami meminta pertolongan mertua untuk menjaga Aira selama kami berkerja. Sebenarnya itu ide yang bagus lho. Apalagi kita semua tahu lah ya, biasanya kakek dan nenek itu lebih sayang sama cucunya daripada anaknya. Jadi udah bisa dipastikanlah berada dibawah pengasuhan mereka Aira pasti aman dan nyaman serta tidak kurang kasih sayang.

Tapi aku kembali ragu. Kok rasanya jadi menantu kok ya 'jahat' banget ya, bisa,-bisanya mengalihkan tanggung jawab sama orang tua. Rasanya ga tega harus membebani masa-masa istirahat mereka untuk ngurusin anak kecil lagi.

Keputusan harus segera diambil, karena kontrak kerja telah ditanda tangani. Akhirnya aku dan suami sepakat mengambil jalan tengah. Aira kami masukkan PAUD, dengan begitu selama aku dan ayahnya berkerja, kurang lebih 8 jam sehari, 4 jam dia di sekolah, dan 4 jam sisanya dia bersama kakek dan neneknya. Dengan begitu dia bisa tumbuh dan bermain bersama dengan teman seumurannya di sekolah tetapi juga tetap bisa merasa kasih sayang yang cukup dari orang-orang terdekatnya.

Bagi sobat Jeoja yang sempat mengalami kegalauan seperti yang aku rasakan, aku punya kiat sederhana nih agar mom's working bisa berkerja dengan tenang.

1. Tanamkan dalam hati dan pikiran, perkerjaan adalah part time, sementara profesi sebagai ibu adalah fulltime.

Jadi dalam kondisi apa pun urusan anak adalah prioritas nomor 1. Sekalipun anak dititipkan pada pengasuh atau daycare, usahakan agar kebutuhan makan dan minumnya dibuatkan oleh kita ibunya. Saya selalu menyempatkan diri untuk menelpon minimal satu kali untuk berbicara dengan anak untuk menanyakan apakah dia senang ? Apakah dia sudah makan ? Jika anak masih terlalu kecil untuk bicara, maka cukup perdengarkan suara kita ditelinganya. Dengan demikian si anak akan tetap merasakan kedekatan dengan kita orang tuannya. Ini juga salah satu bentuk kontrol kita terhadap pengasuhan anak, terlebih lagi jika anak dititipkan kepada pengasuhnya.

2. Anak tidak harus memahami orang tuanya berkerja.

Terkadang mom's working ini suka lupa, kalo dia adalah seorang ibu. Tanggung jawabnya utamanya adalah mengurus tumbuh kembang anaknya. Tetapi ketika perkerjaan menumpuk, tidak jarang mom's working ini setelah pulang berkerja masih saja mengurusi perkerjaan dengan alasan di buru deadline. Padahal waktu itu adalah masa-masa bermain dengan anak setelah seharian ditinggal berkerja. Bahkan tanpa sadar mengarahkan anak dunia digital. Anak cukup disodorin tivi, game dan tablet. Tanpa sadar kita telah memaksa anak untuk memahami perkerjaan orang tuanya.

3. Dunia anak adalah bermain.

90% kecakapan pada anak muncul dalam aktivitas bermainnya. Dalam permainan yang dilakukannya syaraf motorik dan sensorik anak berkembang. Terkadang mom' s working lupa fakta itu dn hanya mengutamakan perkembangan otaknya, tetapi tidak diimbangi dengan perkembangan syaraf motoriknya. Hal ini bisa memicu anak menjadi pribadi yang kurang mampu bersosialisasi. Bermain dengan anak selain mendekatkan hubungan ibu dan anak, juga meningkatkan kinerja otak dan otot anak.

Nah itu dia beberapa kiat dari aku, semoga bermanfaat ya.
Sampai jumpa lagi.


No comments:

Post a Comment


Terimakasih telah berkunjung ^.^
Tinggalkan komentar ya, biar kita saling kenal.

Note : Mohon maaf, komentar anonim dan link hidup saya anggap spam, ya.