Thursday, October 8, 2015

Ngomongin Soal Krisis

Dunia ini bener-bener penuh warna, bener ga temans ?
Ada yang warnanya terang membuat hati cerah, dan ada juga yang warnanya gelap membuat hatipun ikutan gelap. Ini aku bukannya iklan cat tembok loh ya, sama sekali bukan. Percaya deh ^.^

Yang aku bicarakan ini adalah warna-warni kehidupan.
Lhooo, emangnya hidup ada warnanya juga ?
Ada donk.
Kalo aku pribadi nih ya, hidupku itu cenderung berwarna cerah merona setiap tanggal 1, lalu warna itu perlahan meredup dan semakin gelap mendekati tanggal 30 ... hehe ..
*sekarang tanggal berapa ?*
*elus-elus dompet*

Kira-kira Sobat Jeoja sama kaya' aku juga ga ya ?

Etapiiiii, itu dulu lhooooo.

Duluuuu sekali waktu belum ada krisis, ketika semuanya lancar, aman dan terkendali. Siklus hidup itu teratur, meskipun ada fase terang, redup lalu gelap, tapi hati ini ga ikut-ikutan gelap. Semua itu terjadi karena aku tahu, dan aku yakin banget bahwa sesudah gelap pasti ada terang. *toss dulu deh sama Ibu Kita Kartini*

Namun sayangnya, sekarang ini yang ada gelap berkepanjangan. Krisis tidak berkesudahan. Udah krisis udara bersih akibat asap dimana-mana, ditambah lagi krisis air bersih akibat kemarau, eh nambah lagi krisis keuangan karena pengeluaran ekstra. Beli masker, beli air bersih, beli suplemen, beli obat dan banyak lagi pengeluaran lainnya yang biasanya ga beli, sekarang jadi harus beli. Yang dulunya ga penting sama sekali, sekarang pentingnya pake banget. Nyebelin kan ? Huft >.<

*semoga Sobat Jeoja tidak mengalami yang kami alami disini ya ... *

E.. tapi, ternyata ga cukup lho tiga krisis yang aku sebutin tadi. Masih ada krisis lainnya, yang justru inilah krisis yang benar-benar parah. Krisis yang benar-benar bisa membuat kita bermimpi buruk, dan terjaga sepanjang malam. Krisis yang membuat para orang tua khawatir siang dan malam. Dan itu adalah krisis moral.

Hari gini banyak orang yang udah ga peduli lagi sama lingkungannya. Mereka buang sampah disembarang tempat. Banyak orang yang ga peduli dengan keselamatan orang lain. Mereka berkendara dengan ugal-ugalan, beraksi layaknya Valentino Rossi di sirkuit balap. Banyak orang yang ga peduli sama perlunya berbagi kebaikan dengan sesama. Mengutamakan egonya, kepentinganngan sendiri tanpa mempedulikan orang lain terganggu karena kepentingannya. Dalam pikirannya yang ada hanya, "ini hidup gue, terserah gue". Manusia tipe ini ga bisa di beri masukan, baginya dirinya adalah yang paling benar. Mereka menjunjung tinggi motto hidup, "siapa lu, siapa gue".

Dimana-mana yang ada makin maraknya aksi kejahatan. Makin banyak tangan-tangan ga bertanggung jawab melakukan tindakan-tindakan tidak bermoral lainnya. Lihat saja acara berita di tivi-tivi kita. Saban hari kita pasti disuguhi dengan tindakan kriminal yang membuat kita bergidik ngeri. Ada pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, dan banyak kasus-kasus kriminal lainnya.

Yang bikin kita semakin miris adalah pelakunya yang masih di bawah umur. Coba bayangkan deh, Sobat Jeoja. Anak usia belasan tahun udah bisa mempunyai pikiran untuk menghabisi nyawa orang lain hanya karena alasan picisan. Karena cemburulah, sakit hati-lah. Ga masuk akal banget, kan ?

Trus, ada lagi pelakunya orang-orang terdekat yang sangat dipercaya. Suami bunuh istri, istri tikam suami, ayah hamili anak, paman sodomi ponakan, kakek hamili cucu, guru cabuli murid, dan banyak lagi yang kalo di sebutin satu per satu bisa habis waktu seharian.

Sekarang aku kembali ke krisis yang pertama tadi, yaitu krisis udara bersih akibat asap dimana-mana. Nah, pelaku pembakaran hutan itu juga adalah salah satu dari manusia-manusia yang mengalami krisis moral tadi. Demi pengembangan usaha mereka, mereka terlalu menerapkan prinsip ekonomi dimana dengan modal sekecil-kecilnya mendapatkan untung yang sebesar-besarnya. Dari pada bayar pekerja buat nebangin pohon satu-satu, babatin rumput satu-satu, yang pasti bakal makan waktu lama dan juga boros dari segi biaya. Makanya mereka pun ambil jalan pintas. Cukup bermodalkan satu derigen minyak tanah, dan sebatang korek api, lahan yang mereka inginkan pun licin dengan seketika. Apalagi didukung oleh cuaca panas dan angin yang berhembus cukup kencang, ga perlu lama-lama, dalam hitungan menit, areal seluas satu hektar yang semulanya hijau oleh semak belukar langsung kering merangas.


Jadi, kalo ngomongin soal krisis, menurut aku yang paling krusial itu adalah krisis moral.
Kalo gitu, kira-kira perlu ga sih kita adakan revolusi moral ?



No comments:

Post a Comment


Terimakasih telah berkunjung ^.^
Tinggalkan komentar ya, biar kita saling kenal.

Note : Mohon maaf, komentar anonim dan link hidup saya anggap spam, ya.