Wednesday, May 27, 2015

Ketika Aira Bertanya, "Selingkuh itu apa Nda ?"

Ketika memiliki anak, semua orang tua pasti menaruh harapan yang sama terhadap anaknya. Pintar, baik hati, soleh/soleha, berbakti pada orangtua, dan lain-lain. Begitu pun saya. Makanya ketika tahu Aira udah lancar menulis dan membaca di usianya yang 4,5 tahun saya senaaaanng sekali. Gimana ga senang coba, setidaknya satu PR udah rampung, saya tidak perlu repot lagi membacakannya cerita yang dia suka. Karena dia sudah bisa membacanya sendiri. Alhamdulillaahh.

Tapiii.. ada pusingnya juga. Yang bikin pusing itu adalah ketika dia ikut menonton tayangan yang menurut kita dia ga perhatikan. Lalu dengan polosnya mengajukan pertanyaan ala wartawan infotainment. Hehe..

Seperti kejadian yang saya alami baru-baru ini. Waktu itu saya sedang menonton tayangan K-Drama di salah satu channel, sementara Aira duduk disamping saya sibuk dengan game di tab-nya. Lagi seru-serunya melihat adegan pertengkaran yang membahas tentang perselingkuhan, tiba-tiba Aira nyeletuk bertanya, "Selingkuh itu apa Nda ?" *toooeeenggg* Kepala saya langsung berbintang mendengar pertanyaannya. Bingung  mau menjelaskannya seperti apa. Karena jika saya beri jawaban asal dan dia tidak puas, maka dia akan lanjut mengajukan pertanyaan berikut yang tidak akan ada habisnya.

Belum lagi dapat jawaban yang pas, mulut mungilnya itu kembali bertanya, "Istri simpanan itu apa Nda ?" *tooeenggg* Saya kembali melongo, ga tau musti jawab apa. Ternyata selama perhatian saya teralihkan karena sibuk memikirkan jawaban, matanya masih juga menyimak adegan itu dan membaca teks-nya dengan bebas.

Sadar dengan kondisi darurat yang saya hadapi, ayah pun langsung bertindak bijak, dia memanggil Aira dan mengajaknya bermain bersama. Alhamdulillah.. Aira pun larut dalam permainan baru dengan ayahnya dan lupa dengan pertanyaannya barusan. *airrrr... mana aiirrr*

Kejadian ini menjadi pelajaran sangat berharga bagi saya. Saya pernah membaca di sebuah buku, bahwa tayangan tivi itu berpengaruh sangat besar dalam perkembangan anak. Jadi sebagai orangtua yang bijak kita harus selektif dalam memberikan tontonan untuk anak. Tetapi setelah kejadian yang saya alami itu, saya menarik kesimpulan bahwa bukan hanya tontonan untuk anak yang perlu di seleksi. Tetapi tayangan yang orangtuanya tonton pun perlu di pilah mana yang bisa diputar disekitar anak dan mana yang tidak.

Kejadian yang saya alami itu membuat saya lebih mawas diri, bahwa jangan pernah menganggap usia anak yang kecil membuat kita lantas meremehkan kemampuannya dalam menyerap gambar atau tayangan yang ada. Karena tanpa kita sadari, alam bawah sadar mereka menyerap semua informasi tersebut. Dan jika tayangan-tayangan tersebut adalah tayangan yang hanya pantas untuk konsumsi dewasa, maka jangan pernah salahkan jika nanti anak kita tumbuh dewasa sebelum waktunya.

***
Catatan : renungan diri
***



No comments:

Post a Comment


Terimakasih telah berkunjung ^.^
Tinggalkan komentar ya, biar kita saling kenal.

Note : Mohon maaf, komentar anonim dan link hidup saya anggap spam, ya.