Srok..srok..srok.. Sebuah suara
sayup-sayup terdengar di sela-sela raungan kendaraan. Hari masih gelap, ayam jantan
pun belum berkokok. Pak Moh dengan langkah tergopoh mencoba mencari asal suara,
sebuah karung usang tersampir di pundaknya. Dari balik tumpukan kardus dia
melihat sesosok bayangan putih yang bergerak turun naik. Suara itu semakin
jelas terdengar.
“Siapa disana ?” tegurnya, sambil
menjulurkan kepala ke balik tumpukan kardus.
Teriakan Pak Moh membuat sosok itu kaget, lalu berkelebat pergi. Lari tunggang langgang. Pal Moh terkesiap, mengurut dada agar tenang. Sesaat senyap, lamat-lamat terdengar suara seperti anak kucing. Karena penasaran, Pak Moh mendekati suara itu. Dia berjinjit, pelan tanpa suara berusaha lebih dekat. Didepannya sebuah kardus bekas mie instant tampak bergerak-gerak. Dengan bergetar, dia ulurkan tangan untuk membuka tutup kardus.
Astaga ! Pak Moh terperanjat, tubuhnya terpental ke belakang. Dalam kardus itu tergolek seorang bayi lengkap dengan tali pusarnya. Dia beristighfar beberapa kali, mencoba menenangkan hati. Melihat ke sekeliling, mencari orang untuk di minta tolong. Tidak ada seorang pun yang nampak. Orang-orang masih terlelap. Tanpa pikir panjang, dia raih kardus itu, memasukkannya ke dalam karung dan membawanya pulang.
Teriakan Pak Moh membuat sosok itu kaget, lalu berkelebat pergi. Lari tunggang langgang. Pal Moh terkesiap, mengurut dada agar tenang. Sesaat senyap, lamat-lamat terdengar suara seperti anak kucing. Karena penasaran, Pak Moh mendekati suara itu. Dia berjinjit, pelan tanpa suara berusaha lebih dekat. Didepannya sebuah kardus bekas mie instant tampak bergerak-gerak. Dengan bergetar, dia ulurkan tangan untuk membuka tutup kardus.
Astaga ! Pak Moh terperanjat, tubuhnya terpental ke belakang. Dalam kardus itu tergolek seorang bayi lengkap dengan tali pusarnya. Dia beristighfar beberapa kali, mencoba menenangkan hati. Melihat ke sekeliling, mencari orang untuk di minta tolong. Tidak ada seorang pun yang nampak. Orang-orang masih terlelap. Tanpa pikir panjang, dia raih kardus itu, memasukkannya ke dalam karung dan membawanya pulang.
“Lho .. kok balik lagi pak ?” Bu
Moh heran, melihat suaminya pulang lagi. Pak Moh tidak langsung menjawab, dia
menyeret tangan istrinya kedalam kamar, dan mengeluarkan kardus dari karungnya.
“Astaga ! kamu dapat dari mana
ini pak ?” Bu Moh berteriak kaget. Tapi Pak Moh segera menyumpal mulut Bu Moh
dengan tangannya.
“Ssstt.. kamu diam saja. Jangan
ribut. Cukup kamu bersihkan anak itu, dan kubur ari-arinya” Matanya mendelik,
memberi peringatan serius.
“Tapi pak..” Bu Moh masih ragu.
Tapi melihat keseriusan di wajah suaminya, dia mengurungkan niatnya untuk
protes. Bergegas, dia keluarkan bayi itu dari kardus, dan segera
membersihkannya. Sementara itu Pak Moh, kembali pergi. Kali ini dengan sedikit
mengendap-ngendap.
****
Suasana kota gaduh, televisi dan
surat kabar heboh memberitakan tentang maraknya kasus penculikan bayi dan kematian
misterius di beberapa tempat. Mendengar berita menyeramkan itu orang-orang jadi
takut untuk keluar rumah. Mereka memilih untuk bertahan dan waspada di dalam
rumah.
Pak Moh berjalan di antara gang
perumahan, memungut benda-benda terbuang yang bisa dia jadikan uang. Dia merasa
sedikit aneh dengan jalanan yang sepi, tapi hanya sesaat, dia kembali teruskan
berjalan.
****
Hari telah sore, Pak Moh
mempercepat langkah kaki agar segera sampai kerumah. Perutnya yang keroncongan
telah berontak meminta untuk segera diisi. Sedari pagi, hanya sepotong roti yang
masuk ke perutnya. Itu pun ia dapat dari kotak yang tertinggal di bangku taman.
Lagi pula dia tidak sabar untuk segera menemui bayi yang ia temukan tadi pagi.
Naluri ayah-nya memanggil, setelah penantian panjangnya bersama istri.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih telah berkunjung ^.^
Tinggalkan komentar ya, biar kita saling kenal.
Note : Mohon maaf, komentar anonim dan link hidup saya anggap spam, ya.