Wednesday, March 8, 2017

Menilik Kepribadian Natasha Gabriella Tontey Lewat Kacamata Teori Fromm

Menilik Kepribadian Natasha Gabriella Tontey Lewat Kacamata Teori Fromm - Beberapa waktu yang lalu jagat maya sempat dihebohkan dengan tagar atau hashtag Makan Mayit yang berseliweran di twitter. Hashtag makan mayit ini diprakarsai oleh seniman muda asal Indonesia yaitu Natasha Gabriella Tontey, wanita 27 tahun lulusan Universitas Pelita Harapan jurusan Desain Komunikasi Visual tahun 2011 lalu (seterusnya aku tulis NGT aja, yah, gais).

Jamuan makan mayit ini adalah sebuah karya yang katanya berlandasan seni. Memang dalam jamuan itu tentu saja bukanlah mayat sungguhan, ya, gais. Melainkan makanan yang dibentuk menyerupai janin, potongan-potongan bayi dan hidangan berbentuk tak wajar lainnya. Selain itu makanan dan minuman yang disajikan pun diolah dengan menggunakan bahan dari ASI.

Sebuah karya yang menurut aku konyol sekali. Karena karya seperti ini, tidak pantas disebut sebuah seni. Sejatinya seni itu adalah sesuatu yang lahir dari kreativitas dan imajinasi seseorang yang bertujuan positif menjadikan penikmat merasa dalam kebahagiaan. 

Bahkan para seniman kelas dunia sekalipun tidak pernah membuat sebuah karya yang menyiratkan kanibalisme tersebut. Sebut saja seniman Marina Ambrimovi yang terkenal dengan ide-ide kontroversinya itu, dan meskipun dirinya pribadi telah melakukan aborsi berkali-kali, tetapi tidak pernah sekalipun dia membuat sebuah karya yang merendahkan makhluk mungil tak berdosa seperti bayi. 

Aku berpendapat, NGT telah memperlakukan para bayi itu sama dengan binatang yang pastinya kerap digunakan sebagai objek dalam banyak karya seni. Tapi itu pun bukan dalam bentuk jamuan seperti jamuan makan mayit itu. Ada banyak cara menghadirkan karya seni yang melibatkan makhluk hidup sebagai objek.


Sebagai perempuan, tindakan NGT dengan karya jamuan makan mayit ini jelas-jelas sebuah tindakan yang tidak menghormati kodratnya sendiri. Dia lupa, bahwa di dalam tubuhnya ada rahim yang kelak akan menjadi tempat bagi ‘objek seni’nya itu tumbuh dan berkembang. 


Di mana hati nuraninya ketika menggagas ide itu ? Tidakkah dia memiliki rasa simpati dan empati kepada mereka para orang tua yang mungkin baru saja kehilangan buah hati ? 

Tidakkah ia memiliki rasa iba kepada mereka para ibu yang berjuang mati-matian karena kesulitan memberikan ASI ? 

Sebagai generasi bertalenta, haruskah mencari popularitas dengan mengabaikan penderitaan dan kesulitan orang lain ? Sedemikian buntukah idenya  dalam berkarya ?


Menolak Dengan Tegas Penggunaan Tagar Makan Mayit.

Oh ya, jika kamu perhatikan tulisan ini dari awal, pasti bisa melihat, bahwa tulisan ini tidak dilengkapi dengan tanda pagar atau hashtag makan mayit sama sekali. Aku memang sengaja menuliskannya tanpa tanda pagar, karena aku jelas-jelas menolak dengan keras jamuan makan mayit ini. Jika aku menggunakan hashtag makan mayit, maka karya seni ini akan semakin menjadi trend, dan secara tidak langsung juga akan menaikkan popularitas senimannya. 

Aku gak mau itu terjadi. Aku ga mau karya seni yang mengobok-obok perasaan kaum ibu di dunia ini menjadi trend. Dan aku ga pernah rela, senimannya menuai popularitas dengan karya seperti ini. Kelak jika NGT memiliki karya lain yang tulus merupakan hasil sebuah kreatifitas tanpa menyinggung pihak mana pun, maka aku akan mempertimbangkan untuk menjadi pendukungnya.

Dan tulisan ini aku buat juga bukan demi sebuah popularitas. Ini adalah sebuah tulisan yang lahir dari hati terdalam seorang perempuan yang pernah merasakan sulit dan sakitnya proses melahirkan seorang bayi, seorang perempuan yang pernah merasakan suka dukanya dalam memberikan ASI. 

Jika teman-teman yang membaca tulisan ini merasa sependapat dengan apa yang aku tuliskan di sini, maka silahkan share artikel ini kepada semua orang. Agar tulisan ini bisa sampai ke telinga para seniman muda kita, sehingga kelak mereka akan semakin kreatif dan sensitif dalam berkarya.

Menilik Kepribadian Natasha Gabrilla Tontey Lewat Kacamata Teori Fromm


Dalam bukunya Escape From Freedom (1941) Fromm menyebutkan bahwa manusia menjadi semakin bebas dari abad ke abad, dan mereka juga makin merasa kesepian. Jadi, kebebasan pun menjadi sebuah keadaan negatif yang membuat manusia ingin melarikan diri.

Manusia pun berusaha untuk memecahkan kontradiksi yang ada padanya, dimana sebagai makhluk individu manusia merupakan bagian sekaligus terpisahkan dari alam ; manusia merupakan binatang sekaligus manusia.


“Sebagai satu-satunya hewan yang memiliki kesadaran diri, imajinasi dan akal pikiran, manusia adalah ‘suatu keganjilan’ dalam alam semesta” (Fromm, 1955, hal. 23)


Sebagai hewan, manusia terdorong oleh kebutuhan-kebutuhan fisiologis seperti rasa lapar, seks, dan keamanan. Tetapi manusia tidak akan pernah menyelesaikan dilema mereka sebagai manusia dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan hewani itu. Karena itu manusia memiliki kebutuhan lain yang sesuai dengan eksistensinya sebagai manusia, yaitu kebutuhan memahami dunia. Kebutuhan ini memanfaatkan sifat unik manusia yang terdiri dari Frame of Orientation, Frame of Devotion, Excitation Stimulation dan Effectiveness.

Kemudian manusia berhubungan dengan dunia melalui dua cara yaitu dengan mencapai dan menggunakan sesuatu (asimilasi) dan dengan menghubungkan diri sendiri dengan diri-diri yang lain (sosialisasi).

Ciri-ciri kepribadian yang sehat menurut Teori Fromm

Lebih lanjut Fromm menyatakan bahwa kepribadian seseorang tercermin dari orientasi karakternya yaitu cara yang relatif permanen dari seseorang dalam berhubungan dengan manusia dan hal-hal lainnya.

Menurut Fromm, orang-orang yang berkepribadian sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

·         Mampu mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam masyarakat
·         Mampu mencintai dan dicintai
·         Mampu mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan itu
·         Mampu hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat
·         Mampu menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa merusaknya.
·         Memiliki watak sosial yang produktif.


Masyarakat kapitalis kontemporer sayangnya berhasil menempatkan manusia sebagai korban dari perkerjaan mereka sendiri. Konflik antara kecendrungan untuk mandiri dengan ketidakberdayaan justru bisa merusak kesehatan mental seseorang.

Inilah yang terjadi pada NGT. 

Ketika hasratnya untuk membuat sebuah mahakarya terkendala dengan dengan terbatasnya ide, maka lahirkan jamuan makan mayit ini. Dia berharap karya yang dia anggap ‘orisinil’ dan ‘hanya satu-satunya di dunia’ itu akan menjadikannya sebagai seorang seniman yang layak dipercaya dengan kualitas karyanya. Tetapi dia lagi-lagi lupa, Fromm telah menyebutkan, bahwa ciri-ciri orang dengan kepribadian sehat itu mampu mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan itu sendiri. 

NGT meluncurkan karya terbarunya, sudah pasti ia ingin dipercaya dengan kualitas karyanya. Karena percaya kepada NGT orang-orang pun datang dan melihat karyanya itu. Tetapi kemudian orang-orang pun kecewa. Karya yang NGT agungkan itu dibuat diatas kesedihan orang lain. Karya itu dibuat tanpa mempertimbangkan rasa solidaritas terhadap orang lain. Itu adalah sebuah manipulasi atas kepercayaan yang orang lain berikan.

Mungkin belum masuk dalam taraf gangguan kepribadian. Tetapi aku melihat, NGT ini memiliki gejala gangguan kepribadian narsistik (narcissistic personality disorder)

Gejala, ya, gais. 

Ingat, GEJALA!

Seseorang disebut memiliki gangguang kepribadian narsistik bila memiliki 5 dari 9 ciri-ciri sebagai berikut :

·         Melebih-lebihkan prestasi dan bakatnya, merasa dirinya seorang yang hebat.
·         Selalu membutuhkan kekaguman dan pujian dari orang lain
·         Berfantasi tentang kesuksesan, kecantikan, kekuasaan dan ketenaran tanpa batas
·   Menganggap diri istimewa dan unik sehingga hanya sudi bergaul dengan orang-orang yang berstatus tinggi atau berhubungan dengan institusi yang berkelas
·    Merasa berhak untuk mendapatkan perlakuan istimewa atau orang lain harus selalu mengikuti kemauannya
·         Mengeksploitasi orang lain untuk mendapatkan apa yang ia inginkan
·         Tidak dapat mengenali atau berempati dengan perasaan dan kebutuhan orang lain
·         Selalu iri dengan kesuksesan dan kepemilikan orang lain
·         Berperilaku arogan, congkak dan angkuh.

Bagaimana, gais ?
Menurut kamu beneran gejala atau beneran udah gangguan nih ?
Share di comment, ya.
Terimakasih.

Sumber : 
www.majalahkesehatan.com/9-tanda-kepribadian-narsistik.html
www.psychologymania.com/2010/05/erich-fromm-teori-psikologi-sosial.html

No comments:

Post a Comment


Terimakasih telah berkunjung ^.^
Tinggalkan komentar ya, biar kita saling kenal.

Note : Mohon maaf, komentar anonim dan link hidup saya anggap spam, ya.