Dulu, waktu aku awal-awal nikah, orang-orang suka banget kepo
nanyain, “udah isi, belum ?”
Mau itu ketemu di jalan, di pasar, bahkan di pesta kawinan
tetangga orang-orang suka banget tuh nanyain udah hamil apa belum. Sebelum aku
menjawab dengan kata ‘udah’, sepertinya telinga mereka berasa ada yang kurang
aja. Ibarat sayur tanpa garam, hambar aja gitu.
Trus, waktu berjalan, setahun, dua tahun, dan seterusnya.
Ketika aku udah punya anak satu, ketemu lagi nih sama mereka-mereka itu. Liat
aku udah gendong anak lantas apa kekepoan mereka hilang ? Ga lho, justru
nambah. “Udah berapa orang nih ?”, “Masa masih satu aja ?”, “Kapan kakaknya
dikasih adek ni ?” and bla-bla-bla.
Dilain kondisi, ada orang yang anaknya rame, susun paku
lagi. Jarak kelahirannya mepet banget, masing-masing satu tahun aja. Lima tahun
nikah, anaknya enam #eh. Komen mereka beda lagi donk, “wah, tokcer ya, Jeng”,
“apa ga ribet punya anak rapat gitu ?”, “Ntar apa ga pusing sama biaya mereka
?”, and so on, and so on. What the ...
Kok berasa seperti dikejar-kejar gitu ya ?
Padahal mo punya momongan apa enggak, mo nambah lagi apa
enggak, mo punya anak satu atau selusin itu kan hak segala bangsa. Kayanya ga
perlu dikomenin pake panjang kali lebar trus jadi luas juga kan, ya.
Beda orang, pasti beda pola pikirnya. Apa yang menurut kita
baik, belum pasti cocok bagi mereka. Kalo kita berpendapat punya anak 2 itu
cukup, mereka boleh saja bilang ga cukup. Kita kan ga tau rencana mereka apa.
Siapa tau, mereka bercita-cita pengen buat tim sepakbola sendiri, ya kan ?
Aku sendiri adalah salah satu dari beberapa orang yang suka
merasa sedikit kesal jika ditanyaain, “kapan nambah adek Aira ?”.
Suka merasa gerah ketika ada yang komen, “Airanya kan udah
gede, udah bisalah dikasih adek.”
Aku berasa pengen kabur kalo ada orang yang nanya,”Ga
kasihan liat Aira tumbuh sendiri, kan dia kesepian ga ada temannya.”
Dan aku merasa pengen ngegampar orang yang suka nanya bin
nuduh,”Kamu ga mo nambah anak lagi karena ayahnya kaya ‘gitu’ ya ?”
Errrrr.... what the ...
Ada banyak hal yang jadi pertimbangan ketika seseorang ingin
menambah anak, berikut aku rangkum 3 diantaranya, apa saja itu ? Cekidot yuk :
1.
Faktor Finansial
Tidak semua orang menganut prinsip “banyak
anak, banyak rezeki”. Beberapa dekade sebelumnya prinsip ini mungkin memenuhi
kepala para orang tua zaman dahulu. Makanya ga heran, kalo ada teman yang terlahir
sebagai anak ke 8 dari sembilan bersaudara. Saat itu ketika jumlah penduduk
Indonesia masih belum sebanyak sekarang, saat program Keluarga Berencana belum
berjalan maksimal, orang-orang mah masih santai saja punya anak banyak gitu.
Lain dulu, lain sekarang pastinya. Orang tua
zaman sekarang mikirnya udah semakin kompleks. Agar tumbuh dengan baik, anak
itu butuh makanan yang bergizi. Anak butuh pakaian yang layak, butuh tempat
tinggal yang nyaman.Dan yang tidak kalah pentingnya, demi masa depan mereka, anak
butuh pendidikan yang memadai. Dan biaya untuk pendidikan itu ga sedikit. Makanya
banyak orang tua yang bertahan dengan satu atau dua orang anak tujuannya ya
itu, biar mereka bisa maksimal memenuhi kebutuhan hidup dan pendidikan mereka.
2.
Faktor Kesiapan Mental Orang Tua
Ada beberapa pasangan suami istri yang
tidak begitu sejalan dalam mendampingi tumbuh kembang anaknya. Jika kamu punya
suami yang super care, yang mau sinsingkan lengan bajunya untuk sekedar berbagi
tugas dalam mengurus anak mah mungkin ga akan berpikir dua kali buat nambah
momongan. Karena kamu ga akan sendirian mengurus anak, ada suami yang
senantiasa ada mengulurkan tangannya. Disaat kamu sibuk dengan perkerjaan rumah
tangga, ada suami yang mau berbagi tugas untuk gantiin popok anak, ada suami
yang mau bantu mandiin anak. Ada suami yang dengan senang hati bermain dengan
anaknya.
Tapi, jika suami kamu bukan tipe laki-laki
yang mau direpotkan dalam urusan anak, maka menambah momongan adalah hal yang
terakhir ada dalam pikiran istrinya. Dengan anak satu saja si istri udah
kewalahan mengurusnya, apa lagi kalo dua atau tiga. Ya kalau punya uang
berlebih, bisalah bayar baby sitter buat bantu-bantu jagain anak. Tapi,
mempercayakan anak sama baby sitter di zaman gini ? Kalo aku sih ga berani. Kalo
memang ada budget berlebih, mending buat bayar asisten rumah tangga kali ya, dengan
begitu anak bisa sepenuhnya diurus sama ibunya.
3.
Faktor Anak Pertama
Ada lho orang tua yang merasa khawatir anak
pertamanya tumbuh kurang kasih sayang jika menambah momongan. Ini mungkin berlaku
buat anak pertamanya yang masih usia balita ya. Usia ini kan periode emas,
dimana anak akan menyerap maksimal semua info yang ada disekitarnya. Jadi jika
diusia ini dia udah memiliki adek, semaksimal apa pun usaha orang tua dalam
mencurahkan perhatian dan kasih sayang pasti terbagi juga dengan sang adek yang
jelas-jelas lebih membutuhkan perhatian ekstra. Karena kondisi inilah ada orang
tua yang memilih untuk menunda menambah momongan. Karena mereka ingin
memberikan kasih sayang maksimal untuk anak pertama di periode emas mereka.
Nah, itu dia 3 alasan umum yang jadi bahan pertimbangan
orang tua dalam menambah momongan. Pastinya ada lagi faktor khusus lainnya. Entah
itu faktor kesehatan, karena penyakit misalnya. Entah itu adalah faktor psikis,
sepert trauma misalnya. Yang jelas orang pasti memiliki hal-hal yang jadi
pertimbangan mereka, apakah itu hal-hal yang bersifat umum seperti hal diatas,
atau alasan pribadi yang kita tidak berhak untuk mengetahuinya.
Jadi biar ga ada rasa kesal yang tersisa di hati, kalo
ketemu sama kenalan, teman atau saudara yang baru punya anak satu, ga usah kepo
deh ya. Sebelum melontarkan pertanyaan kepada mereka, ingat 3 hal diatas deh.
Udah cukup mewakili jawaban mereka kan ?
======================
No comments:
Post a Comment
Terimakasih telah berkunjung ^.^
Tinggalkan komentar ya, biar kita saling kenal.
Note : Mohon maaf, komentar anonim dan link hidup saya anggap spam, ya.