Bicara tanggal tua, aku jadi terkenang sama
peristiwa semasa kuliah dulu. Waktu itu, aku kuliah dengan sambil kerja sebagai
SPG di salah satu Dept. Store di Pekanbaru. Karena perkerjaanku yang sistem
shift, dan itu berarti ada shift malamnya kan, maka demi keamanan saat pulang
kerja aku memilih untuk kost di sekitar tempat kerja.
Jadi sehari-harinya itu, paginya aku kuliah, trus
siang aku kerja sampe malam. Sebenarnya aku harus aplusan sama rekan kerja,
bergiliran menjalani shift pagi dan shift malam, dan juga harus lembur ketika
lawan shift sedang off. Tapi, karena aku harus kuliah, otomatis ga bisa donk
masuk pagi, jadinya dengan terpaksa aku harus menjalani shift malam setiap
hari. Ga enak banget yah, gais ? Tapi mau gimana lagi ? Demi kau dan si buah
hati masa depan yang lebih baik kita harus berjuang kan ?
Waktu itu sekitar tahun 2001, sebagai SPG setiap
bulannya aku menerima gaji sekitar Rp575.000. Setiap terima gaji, aku langsung
sisihkan tuh biaya-biaya yang wajib seperti uang kost dan tabungan untuk uang
semester. Aku masih ingat banget, waktu itu uang kost aku tiap bulan adalah
Rp60.000. Sementara uang semester aku waktu itu adalah Rp295.000. Murah banget
ya ? Kalo dibandingkan dengan sekarang sih, iya, murah. Banget malah. Tapi di
tahun itu, bagi aku masih cukup berat.
Aku kuliah pada angkatan tahun 2000, dan itu adalah
angkatan terakhir yang menikmati uang semester senilai itu. Jadi uang semester
yang segitu aku genapin 300 ribu, jadi aku bagi enam, tiap bulannya au sisihkan
Rp50.000 untuk bayar uang semester. Berarti dari Rp575.000 gaji aku itu,
Rp110.000nya ga bisa diganggu gugat lagi, dan tersisa di tangan kurang lebih
senilai Rp465.000 untuk sebulan.
Tempat kost ku emang ga jauh dari tempat kerja, aku
bisa jalan kaki pergi dan pulangnya. Tapi kampusku jauh banget dari dari
kost-an. Jika menggunakan angkot, aku harus nyambung tiga kali angkot, dan
untuk pergi-pulang kuliah berarti harus 6x naik angkot. Saat itu ongkos angkot
masih Rp1000, berarti Rp6000 per hari. Dikalikan 25 hari aktif, sama dengan
Rp150.000. Itu masih untuk ongkos saja lho, gais. Belum lagi untuk makan,
sabun, bedak dan lain-lain sebagainya aku harus cukup-cukupin dengan uang yang
kurang lebih Rp300.000 itu sampai masa gajian berikutnya.
Jadi ceritanya, pernahlah suatu waktu, bulan itu
tidak seperti bulan-bulan sebelumnya dimana tugas kuliah lumayan banyak,
sehingga aku harus keluar biaya ekstra untuk rental komputer dan biaya-biaya
fotocopy demi memenuhi tuntutan kuliah. Belum lagi biaya cari data di warnet.
Uuhh... benar-benar menguras biaya dari kantongku yang isinya sangat tidak
seberapa itu. Tapi mau protes juga percuma kan ? Suka gak suka, rela gak rela,
aku tetap harus rogoh kocek dalam-dalam untuk memenuhi semua tugas-tugas dari
dosen itu. Alhasil, uang di tanganku tersisa Rp20.000. Padahal hari itu masih
tanggal 20, berarti masih ada 10 hari yang harus aku lalui menjelang gajian
tiba. Gila, puyeng beratkan, gais ? Gimana mo ngampus seperti biasa dengan uang
segitu ? Makan aja terancam. Ampun, dilema berat deh aku waktu itu.
Tapi aku bertekad untuk tidak mengeluh. Karena aku
berprinsip, mengeluh itu hanya akan mematikan kreatifitas, jadi sama sekali tidak
ada gunanya. Kalau aku ingin survive dalam situasi itu, aku harus berpikir
keras untuk mencari jalan keluar.
Beberapa teman yang tahu kondisiku sempat
mengulurkan tangannya memberi pinjaman, tapi aku tolak. Bukannya aku sombong
dan sok-sok-an menolak bantuan mereka, tetapi menurutku utang tidak akan
membantuku lepas dari masalah. Memang benar untuk saat itu terbantu, tetapi
bulan depannya aku akan menjadi minus dua kali lipat. Yang namanya utang harus
dibayar kan ?
Jadi agar bisa bertahan sampai akhir bulan, aku
harus mencari cara untuk mendapatkan uang tambahan. Karena kalau tidak, sudah
bisa dipastikan aku harus mengorbankan kuliahku untuk 10 hari. Ya, bagaimana
mungkin bisa tetap ke kampus setiap hari dengan uang Rp20.000 itu ?
Langkah awalku saat itu adalah mendekati beberapa
teman kost, dan aku menawarkan diri untuk menjadi ‘koki’ sementara mereka. Agar
mereka terbuka memberi bantuan, aku pun harus terbuka menceritakan kondisiku.
Aku terus terang kepada mereka mengatakan bahwa aku sedang kesulitan, dan aku
menawarkan jasa untuk menjadi ‘koki’ mereka dengan harapan aku bisa dibayar
dengan ‘makanan’. Dan Alhamdulillah, mereka bersedia, jadi aku bangun pukul 5
pagi agar bisa menyiapkan sarapan untuk si A, lalu pulang kuliah aku kebutkan
memasak untuk si B. Dengan begitu urusan makanku pun selesai. Memang capek sih,
tapi aku puas karena masalahku selesai tanpa harus ngutang.
Tapi tetap saja untuk transportasi ke kampus
tidaklah cukup dengan uang yang Rp20.000 itu. Untuk amannya, aku harus mencari
uang sekitar Rp40.000 lagi agar cukup untuk ongkos selama sepuluh hari.
Sebenarnya aku sempat tergoda lho buat minjam sama teman. Tapi aku urungkan
niat itu karena setelah mikir panjang kali lebar kali tinggi. Aku ga mau
terjebak dalam pusaran labirin ‘gali lobang, tutup lobang’.
Win-win solution-nya adalah aku harus ekstra kerja
keras lagi. Yah, ekstra capek lagi. Dan lagi-lagi Alhamdulillah, Allah
menunjukkan jalanNya. Salah satu warnet di sekitar kampus menerima lamaranku
untuk berkerja part time di hari off. Kebetulan tanggal 20 itu adalah hari
senin, sementara Rabu adalah hari off ku di tempat kerja, jadi di hari itu aku bisa
kerja menggantikan salah satu karyawan warnet yang tidak masuk. Karena bersedia
lembur sampai malam, aku pun dibayar dua kali lipat. Alhamdulillah.
Nah, itu sepenggal cerita tanggal tua-ku semasa
kuliah dulu. Sekarang ini, aku sudah menikah dan berumah tangga. Beda situasi
dan kondisi pastinya kan. Tapi bukan berarti aku juga ga punya cerita tanggal
tua setelah menikah. Justru setelah berumah tanggalah cobaan bulan tua itu
semakin terasa.
Ketika lajang, kalo ga ada uang kita bisa ‘egois’
nahan lapar, karena toh yang ngerasain kan diri sendiri. Tetapi setelah berumah
tangga, kita tidak bisa lagi seperti itu. Di saat tanggal tua tiba, aku harus
putar otak untuk kreatif agar bahan-bahan yang dibeli di awal bulan tetap cukup
hingga akhir bulan. Sebagai ibu rumah tangga harus disiplin dalam penggunaan
arus listrik agar token cukup hingga akhir bulan. Sebagai istri yang baik aku
juga ga sopan donk mengeluh seenak jidat, trus nodongin tangan minta uang
tambahan sama suami. Apalagi aku tahu banget penghasilan suami udah disetor
full pas gajian. Lha, kartu ATMnya kan aku yang pegang, hehehe.
Karena pernah
ngalamin gimana pahitnya tanggal tua waktu kuliah dulu, jadinya aku ga begitu
‘kaget’ lagi ketika mengalami lagi setelah menikah. Justru aku udah punya
cara-cara jitu agar bisa melewati tanggal tua dengan tanpa masalah.
Untuk
teman-teman semua berikut aku bagiin nih, 5 Tips menghadapi tanggal tua ala Meirida.my.id :
1. Kejar Promo, Untung Ku Tangkap
Bukan hanya toko offline aja lho gais, toko online seperti Matahari Mall.com aja promonya bejibun. Belanja bulanan itu kan jumlahnya lumayan besar, untuk ukuran keluarga ku yang kecil aja tiap bulannya bisa mencapai 500 ribuan lho. Itu mencakup sembako, susu dan aneka sabun-sabunan. Dengan jumlah yang lumayan itu kalo dibelanjakan di toko-toko konvensional ga akan dapat apa-apa. Beda banget kalo berbelanja di supermarket. Belanja dengan senilai itu bisa membawa pulang banyak hadiah lho. Bisa berupa barang, uang cash back, point belanja, bahkan voucher diskon. Kan mayan banget gais, bisa digunakan buat belanja kebutuhan berikutnya.
2. Sampahmu adalah harta karunku
3.
Jangan pernah kehabisan beras.
4.
Jangan abaikan uang recehmu.
5. Manfaatkan sarana gratis.
Hmmm.. ini satu lagi yang ga boleh dilewatin sama sekali gais. Apa lagi buat kamu-kamu yang suka internetan, kalo tiba di tanggal tua pasti puyeng banget tuh karena quota internet habis. Aku juga pernah ngalamin itu tuh. Tapi tentu saja aku ga mau kehabisan akal. Ga jauh beda sama Budi, aku kalo lagi kepepet di tanggal tua, sukanya cari wifi gretongan. Nah dengan fasililtas wifi gratis ini aku bisa buka websitenya Matahari Mall yang emang banjir promo. Berkat #TTS dari Matahari Mall.com aku bisa terselamatkan sampai masa gajian tiba. Eh.. bingung ya ama apa itu TTS ? TTS yang aku maksud bukannya teka-teki silang ya gais, tapi Tanggal Tua Surprise yang diadakan oleh Matahari Mall.com
Hmmm.. ini satu lagi yang ga boleh dilewatin sama sekali gais. Apa lagi buat kamu-kamu yang suka internetan, kalo tiba di tanggal tua pasti puyeng banget tuh karena quota internet habis. Aku juga pernah ngalamin itu tuh. Tapi tentu saja aku ga mau kehabisan akal. Ga jauh beda sama Budi, aku kalo lagi kepepet di tanggal tua, sukanya cari wifi gretongan. Nah dengan fasililtas wifi gratis ini aku bisa buka websitenya Matahari Mall yang emang banjir promo. Berkat #TTS dari Matahari Mall.com aku bisa terselamatkan sampai masa gajian tiba. Eh.. bingung ya ama apa itu TTS ? TTS yang aku maksud bukannya teka-teki silang ya gais, tapi Tanggal Tua Surprise yang diadakan oleh Matahari Mall.com
Nah,
itu dia cerita tanggal tuaku, mana ceritamu ?
No comments:
Post a Comment
Terimakasih telah berkunjung ^.^
Tinggalkan komentar ya, biar kita saling kenal.
Note : Mohon maaf, komentar anonim dan link hidup saya anggap spam, ya.