Tuesday, October 20, 2015

Orang Miskin Juga Manusia

Postingan kali ini aku beri judul Orang Miskin Juga Manusia.

Awalnya aku berencana judulnya adalah "Orang Miskin, Bukan Manusia ?" Tapi aku ganti, karena khawatir ada yang tersinggung dengan judul yang rada-rada sarkasm begitu. Bisa-bisa aku didemo oleh seantero jagad dong nanti, ujung-ujungnya blog ini diblokir, kemudian aku ga bisa nulis lagi. Kalau sudah begitu, aku syedih dong, ya kan ?

Okay, cukup membahas soal judul postingan ini. Karena yang penting sekarang adalah apa maksud aku menulis artikel dengan  judul yang seperti itu ?

Ide ini muncul ketika sore kemarin, sepulang kerja, aku mendapati sekarung beras di dalam rumah. Sebenarnya tidak ada yang aneh sih ya ? Apa istimewanya coba ? Sekarung beras saja kok dijadikan bahan tulisan ?

Memang tidak terlalu istimewa sih kalau tulisan yang tertera di karungnya adalah merek beras yang biasa aku dan keluargaku konsumsi. Tetapi, karena di karungnya tertera tulisan Beras Bulog, makanya ini pun menjadi istimewa.

Aku yakin, teman-teman pasti sudah pernah mendengar kan tentang beras yang dibagi-bagikan pemerintah untuk keluarga miskin ini ? Itu lho, raskin, alias beras untuk keluarga miskin. Yup, itu adalah beras Bulog.

Selama ini aku tidak pernah terpikir untuk mencari tahu bagaimana bentuk atau pun rasa dari beras ini. Yang ada dalam pikiran aku adalah, pemerintah kita baik dan perhatian kepada keluarga tidak mampu. Keluarga miskin di Indonesia tidak perlu pusing lagi memikirkan bagaimana cara mendapatkan beras murah, karena pemerintah sudah menyediakannya. Cukup dengan membayar sejumlah Rp3000 sebagai upah angkut, beras seukuran 15 kg bisa mereka miliki. Jadi satu beban hidup dalam keseharian mereka pun telah terangkat. Dengan kata lain, keluarga miskin di Indonesia tidak terlalu pusing lagilah memikirkan urusan perut. Okay, fix.

Itu yang ada dalam pikiran aku selama ini.
Dan ternyata, aku salah.

Aku salah, karena ternyata beras yang diberikan untuk rakyat miskin ini sangat berbeda dengan beras yang aku konsumsi sehari-hari. Bukan beras berwarna putih yang ketika dimasak wanginya mengundang selera. Bukan beras yang  putih  bersih. Justru sebaliknya, raskin ini berasnya kotor, hancur dan banyak sekali ditemukan batu-batu kecil dan gabah di dalamnya. Jika di hitung, dalam 1 kg raskin itu, perbandingan antara beras dan gabahnya adalah 3:1.


Beras Raskin yang kotor

Perbandingan Raskin dengan beras biasa

Beras Raskin kotor dan banyak batu


Jika beras biasa cukup dicuci 2x untuk dimasak, jangan berpikir raskin ini bisa begitu. Kemarin sore aku mencoba sendiri, lebih dari 5x cuci, warna air cucian raskin ini masih saja keruh dan berwarna kekuningan. Kain pel dirumahku saja, setelah 3x cuci, air bilasannya bisa jernih lho. Tapi ini ? Ckckck .. Tidak ada cara lain dong ya, terpaksa deh raskin ini dicuci berkali-kali sampai air bilasannya tidak berwarna kekuningan lagi.

Tapi, yang kita tahu mencuci beras itu kan tidak boleh terlalu sering ? Karena vitamin B yang ada didalamnya bisa hilang, larut bersama air cucian. Lalu bagaimana dong ? Jika tidak dicuci berkali-kali, berasnya masih kotor, kalau dimasak berarti sama dengan memakan sampah. Trus, kalau berasnya dicuci berkali-kali, berasnya pasti bersih,  tetapi tinggal ampas, vitaminnya hilang. Simalakama banget kan ?

Eitss, jangan ditanya bagaimana aromanya ketika dimasak. Karena aromanya apek, persis seperti jemuran yang tidak kering selama berhari-hari. *Kalau sudah brgini bagaimana mau mencoba rasanya ?*

Sungguh sulit dibayangkan, bagaimana beras dengan kualitas buruk seperti itu akan masuk kedalam perut orang-orang miskin di Indonesia. Dimana letak gizinya lagi ?

Kalo beras yang diberikan untuk keluarga miskin adalah seperti ini, menurut aku pemerintah bukannya membantu keluarga miskin. Justru mendorong mereka untuk jatuh dan terpuruk ke lembah gizi buruk. Karena dengan penghasilan mereka yang jauh dari rata-rata, mereka tidak akan mampu untuk membeli lauk-pauk dengan nutrisi yang cukup. Lantas apa perlu ditambah lagi dengan beras yang tidak layak makan, begitu ?

Please deh, bapak-bapak dan ibu-ibu yang di 'atas' sana. Lihatlah ke bawah. Bagaimana kebijakan yang kalian jalankan. Apakah sudah dijalankan dengan semestinya ?

Pantaskah rakyat miskin yang memberikan suara bagi kalian untuk duduk nyaman di kursi empuk itu diberi makanan yang bentuk dan rasanya hampir sama dengan pakan ternak ?

Coba saja lihat gambar di bawah ini, mereka tampak mirip kan ? Kalau aku tidak membuat captionnya, bisa-bisa pembaca disini salah memilih yang mana beras dan yang mana pakan ternak. Ironis banget kan ?

Beras Raskin
Pollard (Pakan Ternak)
Di negara yang sumber daya alamnya melimpah ruah ini, bahkan pernah swasembada beras, tapi rakyat miskinnya disuguhi beras yang tidak layak konsumsi. Seolah-olah mereka - orang miskin - bukanlah manusia. Yang tidak punya hati dan tidak punya rasa. Padahal, kenyataannya ... mereka - orang miskin - juga manusia, kan ?




No comments:

Post a Comment


Terimakasih telah berkunjung ^.^
Tinggalkan komentar ya, biar kita saling kenal.

Note : Mohon maaf, komentar anonim dan link hidup saya anggap spam, ya.