Monday, February 23, 2015

Anak tak [harus] seperti kita

Memiliki anak yang sehat dan pintar sudah pasti adalah keinginan semua orang tua. Sejak di kandungan hingga anak itu lahir, bertumbuh dan berkembang, orang tua pasti memberikan asupan gizi terbaik untuk anaknya dengan harapan anak itu kelak akan tumbuh sehat dan cerdas.

Namun ketika perkembangan anak tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan oleh orang tua, seringkali sebagian dari orang tua mencari kambing hitam atas kekurangan anak tersebut. Sebagai contoh, yang sering saya lihat terjadi dilingkungan sekitar saya, ketika anak-anak lain pada usia 1 tahun telah bisa berjalan sementara anaknya tidak, si orang tua 'kurang' bisa menerima keadaan tersebut lalu mencari perbandingan dengan dirinya sendiri semasa kecil dulu. "waktu aku kecil dulu, ibuku bilang aku usia 9 bulan udah bisa jalan lho, ini si Ana kok udah lebih setahun belum bisa jalan ya ? Oh mungkin niru bapaknya nih, bapaknya dulu waktu kecil juga lambat bisa jalannya"

Begitu juga ketika anak sudah duduk di bangku sekolah. Ekspektasi orang tua yang semasa sekolah dulu berprestasi pastilah mengharapkan prestasi anaknya sama bahkan lebih dari dirinya. Ketika si anak meraih prestasi yang baik, si orang tua dengan bangganya akan bilang, "kamu memang anak papa, kepintaran kamu itu pasti turunan dari papa". Namun ketika si anak tidak memiliki prestasi yang menonjol, atau bahkan lemah dalam belajar apa reaksi orang tuanya ? Banyak orang tua yang hatinya berkata"dulu waktu aku seumuran Ana, aku selalu juara kelas, dan sering menang berbagai lomba, tapi kok Ana nggak ya ? siapa yang dia tiru ya ?"

Saya merenungkan fenomena ini beberapa hari terakhir. Apakah anak harus sama dengan orang tuanya ? Apakah  dalam tumbuh kembang anak faktor genetika merupakan hal mutlak yang mempengaruhinya ? Tidak bisakah orang tua lebih menghargai usaha anak ? Bukan mencari kambing hitam atas kelemahan dan kekurangan anak, namun justru sebaliknya mencari dan menggali potensi anak yang mungkin masih terpendam dibalik egoisme keinginan orang tuanya sendiri ?
Anak adalah sosok individu yang memiliki bakat dan kemampuan sendiri yang tidak bisa disamakan dengan orang lain sekalipun orang tuanya. Rasanya sungguh tidak adil memvonis kemampuan anak hanya dengan orang tua sebagai barometernya. Jika anak diberi ruang yang lebih untuk menggali potensi dirinya, diberi kebebasan dalam mengekspresikan bakatnya, saya rasa bukan suatu hal yang mustahil jika suatu saat prestasi anak akan jauh melebihi orangtuanya. Karena alasannya (menurut saya) cuma satu, Anak tak harus seperti [kita] orang tuanya.

No comments:

Post a Comment


Terimakasih telah berkunjung ^.^
Tinggalkan komentar ya, biar kita saling kenal.

Note : Mohon maaf, komentar anonim dan link hidup saya anggap spam, ya.