Thursday, January 22, 2015

Diam Itu [Tak Selamanya] Emas

Pernah dengar pepatah yang bilang "diam itu emas" ? Saya yakin, pepatah kuno tersebut sangat familiar ditelinga banyak orang diseluruh Indonesia. Dan saya adalah salah satu orang yang telah bertahun-tahun hidup dengan filosofi itu. Jadi untuk semua hal yang terjadi dalam hidup saya, khususnya untuk hal-hal yang tidak mengenakkan hati, dari pada ribut lalu menimbulkan konflik, maka saya selalu memilih untuk diam lalu tersungkur dan larut dalam deraian airmata. Kemudian saya dengan pengecutnya menyerahkan penyelesaian semua masalah tersebut kepada waktu. Karena saya juga menganut filosofi lainnya yaitu "biarkan waktu yang kan menjawab". Menjadi pribadi yang sendu dan pasrah adalah keseharian saya.

Ternyata saya salah ! Sangat-sangat salah !

Filosofi yang saya anut selama 20 tahun usia dewasa saya, ternyata tidak lagi efektif dalam menyelesaikan setiap persoalan yang saya hadapi. Justru filosofi tersebut balik menyerang dan menyudutkan saya pada satu pojok ruang yang gelap, sehingga mereka bisa dengan leluasa menginjak-injak harga diri saya.

Dulu saya tidak pernah protes atau memberontak ketika diperlakukan tidak adil oleh orang lain. Karena saya berpendapat "biarlah Tuhan yang Maha Adil yang kan membalaskan perlakuan mereka kepada saya". Tetapi lagi-lagi saya salah, dengan diam yang saya lakukan, dengan kepasrahan yang saya perlihatkan justru membuat mereka membenarkan semua hal yang mereka perbuat terhadap saya.

Tahun 2015 ini sungguh tahun yang sangat berarti bagi hidup saya. Karena pada tahun ini saya mendapatkan pencerahan yang luar biasa sehingga hidup saya tak lagi kalem dan redup seperti tahun-tahun sebelumnya. Mungkin sesuai dengan prediksi kalender Cina yang menyebutkan tahun 2015 adalah tahun Kambing Kayu. Kambing adalah shio ke 8 dalam kalender Cina, yang filosofinya angka yang dapat memberikan keberuntungan serta melambangkan perdamaian dan kemakmuran dalam hidup. Saya bukan orang Cina, dan saya juga tidak meyakini apa yang dipercaya oleh mereka, namun kiranya apa yang saya rasakan saat ini sedikit sejalan dengan prediksi tahun Cina tersebut.

Ya, di tahun 2015 ini saya tidak lagi sepakat dengan pepatah "diam itu emas". Karena sekarang saya lebih meyakini "diam itu ubi". Sekarang tidak zamannya lagi diam ketika menerima perlakuan tidak adil, tidak zamannya lagi hanya pasrah menyerahkan pada Tuhan. Toh Tuhan juga telah berkata "tidak akan merubah nasib suatu kaum, jika kaum itu sendiri itu berniat untuk merubahnya". Jadi sekarang adalah saatnya untuk berbicara lantang atas semua ke semena-menaan. Karena tindakan semena-mena itu tidak jauh beda dengan penjajahan hak azazi manusia. Jadi jika dulu saya diam dibully, dicaci, dihina dan dimaki orang lain.

Lalu apakah saya lantas membalas apa yang mereka lakukan terhadap saya dengan balik membully mereka ? balas mencaci mereka ? turut menghina mereka ?

Dengan jelas saya katakan TIDAK. Saya tidak akan tergiur untuk melakukan itu semua, meskipun setan di telinga kiri saya kerap membisiki kata-kata makian untuk mereka. Namun saya memilih untuk tidak melakukannya. Yang saya lakukan adalah sebaliknya. Ya, saya tidak perlu balas memaki atau menghujat. Yang saya lakukan adalah menyerap sebanyak mungkin energi mereka yang emosi dan meluap-luap itu dengan satu cara, yaitu Pengabaian.

Ya.. dengan mengabaikan mereka, dan menganggap mereka itu sesuatu yang Worthless membuat saya tenang dan bisa berkonsentrasi untuk mengumpulkan semua energi positif yang ada pada diri saya. Saya tidak membuang semua sms atau pun pesan intimidatif yang mereka kirimkan, justru saya simpan dengan rapi, bahkan sebagian ada yang saya backup. Semua pesan intimidatif ini sewaktu-waktu saya baca, dan seperti baterai yang recharge, maka saya anggap semua pesan bully itu sebagai 'charger' untuk energi saya. Saya diam dalam berkata, tapi tidak untuk bertindak. Semua jawaban saya berikan dalam bentuk tindakan. Action-action-action !

Dengan menampakkan yang terbaik pada diri saya, dengan memperlihatkan kesuksesan yang saya raih, dengan menunjukkan kebahagiaan yang saya rasa, maka buat saya itu semua adalah jawaban terpedas atas semua hujatan yang mereka lemparkan kepada saya.

Jadi masih berpikir "diam itu emas"??

No comments:

Post a Comment


Terimakasih telah berkunjung ^.^
Tinggalkan komentar ya, biar kita saling kenal.

Note : Mohon maaf, komentar anonim dan link hidup saya anggap spam, ya.